Pendidikan
Australia Gembira Program Makan Bergizi Gratis Prabowo-Gibran, Pakar Pemuliaan Ternak IPB Bilang Ini
Pakar Pemuliaan Ternak IPB University Prof Ronny Rachman Noor Australia Australia Antusias Menyongsong Program Makan Bergizi Gratis.
TRIBUNNEWSDEPOK.COM, BOGOR - Program makan minum susu gratis yang menjadi program andalan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka disambut antusias peternak sapi di Australia.
Hal itu disampaikan Pakar Pemuliaan Ternak IPB University, Prof Ronny Rachman Noor.
Menurut Prof Ronny, program yang baru saja berganti nama menjadi program makan bergizi gratis ini menjadi pembicaraan hangat di kalangan pelaku industri peternakan Australia.
Sebab, Australia sangat mampu memasok susu dan daging untuk keperluan program ini,” ujarnya.
“Pelaku industri susu di Australia sudah mulai bereaksi dan mempersiapkan diri untuk menangkap peluang yang sangat signifikan yang akan berdampak besar bagi peternak di Australia,” imbuh Prof Ronny.
Baca juga: Prabowo Terima Kunjungan Airlangga dan Sekjen OECD, Update Proses Keanggotaan Penuh Indonesia
Prof Ronny menyatakan bahwa antusias ini dinilai sangat wajar karena Australia sudah sejak lama menjadi negara utama pemasok susu dan daging bagi Indonesia.
Hal ini karena industri peternakan di sana sudah sangat mapan untuk menghasilkan susu dan daging dalam jumlah besar dan berkelanjutan.
“Jika dihitung secara bisnis, program makan siang dan minum susu gratis di sekolah yang menjangkau 83 juta siswa diperkirakan akan dimulai tahun depan akan menelan dana yang tidak sedikit yaitu mencapai Rp120 triliun,” ujarnya.
Dalam situasi seperti ini, jelas Prof Ronny, Australia sudah mulai mengambil ancang-ancang untuk bekerja sama dengan pemerintah Indonesia yang baru untuk memenuhi kebutuhan daging dan susu untuk melaksanakan program ini.
Baca juga: Gara-Gara Video Prabowo Subianto, Sinyal Rekomendasi Rudy Susmanto Maju Bupati Bogor Makin Kencang
Menurut dosen Fakultas Peternakan IPB University ini, jika dianalisis secara teknis, kemungkinan besar program ini dimulai dengan mengimpor sapi perah.
Sebab, paling tidak selama satu tahun, Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan susu dalam jumlah besar.
“Ini karena sapi perah harus bunting dan menghasilkan anak dulu baru menghasilkan susu,” ungkapnya.
Di samping itu, persiapan infrastruktur pengolahan susu harus juga dipersiapkan secara masif.
Oleh sebab itu, sangat masuk akal jika pelaku bisnis susu di Australia sudah mengantisipasi akan kebutuhan susu bubuk dan susu UHT dalam jumlah yang sangat besar.
“Walaupun konsumsi susu Indonesia per kapita sangat kecil dibandingkan dengan Australia (Indonesia 15 liter per tahun vs Australia 300 liter per tahun), saat ini Australia menjadi salah satu negara pemasok susu terbesar bagi Indonesia sekaligus menjadi pasar ekspor susu terbesar ketiga bagi Australia dengan nilai paling sedikit Rp1.382.292.000.000 per tahunnya,” ujar Prof Ronny.
Baca juga: Prabowo Gelar Halal Bihalal Bersama 1.000 Pegawai Kemhan, Ingatkan Pentingnya Pertahanan yang Kuat
Program KKN Ecogreen, Mahasiswa UP Ajak Warga Mulyaharja, Kota Bogor Peduli Lingkungan |
![]() |
---|
Aturan Rombel 50 Bikin Jumlah Murid Sekolah Swasta Turun, BMPS Kabupaten Bogor: Kebijakan Ngawur |
![]() |
---|
Murid Sekolah PGRI di Kabupaten Bogor Menurun Imbas Kebijakan Rombel 50 Dedi Mulyadi |
![]() |
---|
Pengamat Sebut Aturan Rombel 50 Dedi Mulyadi Sebagai Kebijakan yang Serampangan |
![]() |
---|
Guru SMKN 1 Cibinong Berharap Kebijakan Rombel 50 Dedi Mulyadi Dievaluasi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.