Wawancara Eksklusif
10 Tahun Tinggal di Jerman, Ayyasy Putuskan Pulang ke Depok Kembangkan Bisnis
Pria yang akrab disapa Ayyas itu memutuskan pulang ke tanah air, meski sudah nyaman 10 tahun tinggal di negara maju, Jerman.
Penulis: M. Rifqi Ibnumasy | Editor: murtopo
Kalau waktu di Jerman itu standar tata rata waktu itu mungkin kan hitungan per jam itu sekitar 25, 24 sampai 30, berarti mungkin dengan 160 hari kerja, mungkin sekitar 4.000 euro.
Kalau di kursus sekitar Rp60 jutaan per bulan. Tapi karena hidup di Jerman ini potongan pajaknya juga besar, jadi mungkin yang diterima pekerjaan itu sekitar 5,5/5,5, jadi 50 persen itu diambil oleh negara.
Karena kan memang Jerman itu negara federasi yang sosialis, jadi kalau di Jerman setiap orang punya BPJS, asuransi kesehatan, dan itu jauh lebih modern, jauh lebih mahal dibanding di Indonesia.
Jadi otomatis tarikan pajak dari negaranya pun juga besar, tapi pun yang diterima oleh pekerjanya juga banyak.
Jadi transportasi umum yang terhubung misalnya, yang kedua asuransi kesehatan yang besar.
Jadi per orang, kalau saya boleh cerita sedikit, asuransi kesehatan di Jerman itu per orang per kepala tanggungannya itu sekitar 2.000 euro, atau mungkin sekitar Rp40 juta per kepala.
Dodi: Kan sudah nyaman hidup di Jerman, kenapa Mas Ayyasy pilih pulang ke Indonesia? Kalau teman-teman di sana banyak yang menetap di sana?
Ayyas: Banyak, biasanya kalau orang-orang Indonesia malah paling senang itu ini, jalur pernikahan.
Jadi kalau nyari pasangan, baiklah ada orang yang nyari pasangan yang beda negara, jadi nyari bule-bule hunter lah. Itu tren-trennya waktu itu. Sekarang ini masih ngetrend.
Alhamdulillah saya enggak, karena memang kerjaannya memang pengen balik ke Indonesia, dan sebetulnya plus minus sih.
Memang di Indonesia banyak minusnya, tapi tetap ada plus yang kita cari juga.
Dodi: Mas Ayyasy, apa motivasi pulang ke Indonesia untuk bangun bisnis?
Ayyas: Pola pikir saya yang di Jerman, karena waktu di Jerman pun saya ketemu banyak orang. Saya pernah ketemu Almarhum BJ Habibie, banyak orang yang saya temui, baik orang Indonesia, orang Jerman, presiden perusahaan.
Saya ingin membagikan pola pikir atau cara pandang sesuatu yang baik dari Jerman harus dibawa ke Indonesia.
Diintegrasikan, baik dari hal sederhana, misalnya pola pikir, cara berdiskusi, cara berkomunikasi, sampai hal-hal yang sangat besar, misalnya sistem transportasi, itu kan sesuatu yang kita pelajari.
Karena selama kuliah, kalau saya belajar cuma dari kampus itu rugi sekali. Jadi saya belajar juga ambil banyak hal yang bisa saya pelajari.
Dari hal-hal sederhana, misalnya tata kota, sampai hal-hal yang kompleks. Saya jadi baron anak muda. Jadi janda ingin berguna-guna dan pengalaman yang pola pikir Jerman bisa dibagikan ke Indonesia. (m38)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.