Imlek

Tradisi Imlek Indonesia dengan Tiongkok Ada Perbedaan Ungkap Pakar Budaya FIB UI

Pakar Budaya Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya FIB UI ungkap adanya perbedaan tradisi Imlek Indonesia dengan Tiongkok.

Editor: dodi hasanuddin
Humas dan KIP UI
Tradisi Imlek Indonesia dengan Tiongkok Ada Perbedaan Ungkap Pakar Budaya FIB UI 

Di negeri empat musim, pergantian dari musim dingin ke musim semi memberikan harapan.

Musim semi membawa suasana alam yang berbeda dengan bunga-bunga bermekaran, tumbuhan menghijau, dan tunas-tunas tanaman muncul sehingga menyambut musim semi adalah hal yang membahagiakan.

Baca juga: Polisi Berpangkat AKP Raih Gelar Doktor Ilmu Kedokteran UI dengan Lulus Cumlaude

Sementara di Indonesia, Imlek justru identik dengan hujan, karena selalu jatuh pada bulan Januari dan
Februari yang termasuk musim hujan.

Rahadjeng mengatakan, turunnya hujan pada perayaan Imlek hingga saat ini dikaitkan dengan berkah yang melimpah, kesejahteraan, dan panen rezeki.

“Pada masa purba, masyarakat Tiongkok bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Saat itu, turunnya hujan merupakan berkah yang tiada tara, karena membuat tanaman tumbuh subur dan
menghasilkan panen yang melimpah. Musim kekeringan adalah masa paceklik yang sangat merugikan
para petani,” ujarnya.

Cap Go Meh

Rahadjeng menyatakan bahwa bukan hanya keterikatannya dengan hujan yang membuat perayaan Imlek di Indonesia unik.

Tetapi ada pula berbagai wujud akulturasi budaya Tiongkok di Indonesia yang banyak muncul saat Imlek.

Salah satu bentuk akulturasi terkait Imlek di Indonesia adalah perayaan hari ke-15 Imlek, yang
disebut sebagai perayaan Cap Go Meh.

Lontong Cap Go Meh kemudian menjadi populer, dan disantap saat perayaan hari ke-15 Imlek di Indonesia.

"Di Tiongkok, tidak ada kebiasaan menyantap lontong Cap Go Meh," ujar Rahadjeng.

Barongsai Indonesia

Di samping lontong Cap Go Meh, lanjutnya, bentuk barongsai di Indonesia juga merupakan wujud akulturasi budaya Tiongkok dan Indonesia, meskipun gerak dan akrobatnya mirip dengan tarian di Tiongkok.

Rahadjeng mengatakan, penamaan ‘barong’ jelas dari Indonesia, karena di Tiongkok tidak dikenal
penamaan ini.

Baca juga: UI Terima Donasi Rp 2 M dari Yayasan Daya Bhakti Pendidikan UI untuk Kembangkan Pemimpin Berkarakter

Sebenarnya, tarian ini disebut ‘Tarian Singa’ di Tiongkok. Tarian ini dihadirkan saat festival musim semi, bersamaan dengan tarian naga.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved