Mahasiswa UI

Polisi Berpangkat AKP Raih Gelar Doktor Ilmu Kedokteran UI dengan Lulus Cumlaude

dr. Leonardo Polisi Berpangkat AKP Raih Gelar Doktor Ilmu Kedokteran UI dengan Lulus Cumlaude

Editor: dodi hasanuddin
Humas dan KIP UI
Polisi Berpangkat AKP Raih Gelar Doktor Ilmu Kedokteran UI dengan Lulus Cumlaude 

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, JAKARTA - Dokter ahli forensik Ajun Komisaris Polisi (AKP) dr. Leonardo, Sp. FM., meraih gelar Doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI).

Dalam disertasinya, dr. Leonardo mengangkat topik tentang potensi jaringan lemak sebagai salah
satu kandidat sampel yang dapat digunakan dalam proses identifikasi pada kasus bom bunuh diri.

Bom bunuh diri merupakan kejadian yang tidak dapat diprediksi dan seringkali memakan korban jiwa.

Baca juga: DPM UI Dukung Langkah Rektorat Beri Sanksi Skorsing ke Melki Sedek Huang di Kasus Kekerasan Seksual

Bahkan, pada periode tahun 2001-2019 dilaporkan terdapat 22 kasus bom bunuh diri di Indonesia.

Pada kasus tersebut, jaringan pelaku teridentifikasi melalui bomb signature, yaitu ciri khas bom yang
digunakan, sebagian besar bom tersebut menggunakan bahan peledak high explosive berupa TATP
(Triacetone Triperoxide).

Walaupun tidak stabil dan mudah meledak, bahan peledak TATP sering digunakan oleh kelompok teroris, karena bahan baku pembuatannya mudah didapatkan dan destruksi yang dihasilkan sangat besar.

Baca juga: Terbukti Lakukan Kekerasan Seksual, Eks Ketua BEM UI Melki Sedek Huang Minta Pemeriksaan Ulang

Bom bunuh diri mengakibatkan tubuh korban yang sekaligus adalah pelaku tindak pidana terorisme mengalami kerusakan parah, karena posisi yang sangat dekat dengan sumber ledakan.

Sisa jaringan tubuh yang ditemukan terkadang tidak dapat diidentifikasi karena tidak dapat dikenali secara visual dan tercampur dengan banyak material. Baik itu biologis dan nonbiologis  yang terkena dampak ledakan.

Lemak Jadi Pencarian Identitas

Menurut dr. Leonardo, serpihan tubuh akibat ledakan terkadang hanya berupa jaringan lemak yang
sering kali dianggap sebagai sampah, karena tidak ideal untuk digunakan dalam pencarian identitas
dengan menggunakan DNA.

Padahal, lemak juga memiliki inti sel dan memiliki fungsi fisiologis untuk melindungi tubuh, sehingga memiliki kekuatan yang lebih baik dari jaringan lainnya.

“Lemak merupakan jaringan yang lebih tahan terhadap benturan, sehingga material genetik di
dalamnya lebih terlindungi. Hal tersebut tentu menjadikan jaringan lemak sebagai salah satu kandidat
sampel yang baik digunakan dalam proses identifikasi pada kasus bom bunuh diri. Oleh karena itu,
dibutuhkan penelitian mengenai penggunaan jaringan lemak pada identifikasi DNA terutama pada
kasus ledakan bom bunuh diri,” ujar dr. Leonardo.

Baca juga: Ini Penjelasan UI Soal Ketua BEM UI Nonaktif Terbukti Lakukan Kekerasan Seksual, Disanksi Berat

Pada penelitian yang dilakukannya, didapatkan 240 sampel jaringan lemak dari satu subjek dan
membagi sampel tersebut menjadi dua kelompok.

Yaitu terpajan dan tidak terpajan ledakan dengan variasi media preservasi (alumunium foil, ice box, dan larutan PBS/Phosphate Buffered Saline), metode ekstraksi DNA (organik dan PrepFiler®) dan waktu tunda pemeriksaan (Hari ke-5 dan ke-7).

Ekstrak DNA kemudian dievaluasi untuk melihat kemurnian, integritas, typing, dan kuantitas DNA.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved