Polusi Udara

Vitamin Laris Manis di Pasar Pramuka Matraman, Imbas Polusi Udara di DKI Jakarta

Menurut sejumlah pedagang obat, penjualan vitamin di pasar pramuka, kecamatan Matraman, Jakarta Timur meningkat hingga 10 persen

Penulis: Rendy Rutama | Editor: murtopo
Wartakotalive.com/Rendy Rutama Putra
Suasana toko obat di Pasar Pramuka, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur, Minggu (20/8/2023). 

Laporan wartawan Wartakotalive.com, Rendy Rutama Putra

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, MATRAMAN - Buruknya polusi udara di DKI Jakarta diduga menjadi penyebab meningkatnya warga yang datang ke Pasar Pramuka, kecamatan Matraman, Jakarta Timur, untuk membeli vitamin.

Menurut sejumlah pedagang obat, penjualan vitamin di pasar pramuka, kecamatan Matraman, Jakarta Timur meningkat hingga 10 persen pada Minggu (20/8/2023).

Menurut Yoyon, ketua Pedagang Pasar Pramuka menjelaskan, kenaikan itu bersamaan dari informasi terhadap masyarakat perihal buruknya polusi udara di DKI Jakarta.

Kata Yoyon jenis vitamin yang banyak dibeli warga saat ini adalah vitamin C yang untuk imunitas tubuh.

Baca juga: Beda dengan Jakarta, Wali Kota Depok Mohammad Idris Klaim Kualitas Udara di Wilayahnya Masih Aman

“Vitamin yang ada peningkatan itu ada, kisaran 10 persen, itu juga vitamin C yang untuk imunitas tubuh,” kata Yoyon saat ditemui awak media, Minggu (20/8/2023).

Yoyon mengatakan bahwa para pedagang juga sudah menyampaikan ke distributor untuk siapkan langkah antisipasi stok penyediaan obat maupun tabung oksigen jika dikhawatirkan mengalami lonjakan kasus penyakit serupa masa pandemi Covid 19 tahun lalu.

“Kita sudah meminta juga ke distributor untuk menyiapkan jika terjadi hal serupa kaya pandemik tahun lalu untuk oksigen dan obat-obatan sehingga ada persiapan,” pungkasnya.

Sementara itu Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Sigit Reliantoro menyampaikan, peningkatan itu memang rupanya sudah terjadi sejak Juni, Juli, hingga Agustus 2023.

Baca juga: Kualitas Udara di Depok Masuk Kategori Buruk, Pagi Hari Lebih Parah dari Jakarta

Meningkatnya pencemaran itu ditegaskan Sigit tentu berdasarkan beberapa faktor, sehingga tidak serta hanya terjadi seketika.

“Peningkatan pencemaran di Jakarta karena dipengaruhi juga oleh udara kering kita juga sudah melakukan upaya sebetulnya dari mana sih sumber pencemaran di DKI Jakarta,” kata Sigit saat konferensi pers di kantor Kementerian Lingkungah Hidup dan Kehutanan, kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, Jumat (11/8).

Selain itu, pemerintah sudah melakukan kajian perihal faktor yang membuat peningkatan pencemaran udara tersebut.

Hasilnya, sumber emisi gas disimpulkan mendominasi secara persentase.

“Jadi kalau dari segi bahan bakar yang diduga akan di DKI Jakarta itu bahan bakar itu adalah sumber emisi itu adalah dari batubara 0,42 persen, dari minyak itu 49 persen, dan dari gas itu 51 persen,” imbuhnya.

“Kalau dilihat dari sektor-sektornya ,maka transportasi itu 44 persen, industri 31 persen, industri energi manufaktur 10 persen, perumahan 14 persen, dan komersial 1 persen,” tambahnya.

Sumber: Warta Kota
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved