Wawancara Eksklusif Warta Kota

Luncurkan Satelit Baru pada 2024, Telkomsat Bertekad Masuk 3 Besar Pemain Satelit di Asia

Kata Rama meskipun Telkomsat masih tergolong baru tapi Telkom sudah memulai bisnis satelit sekitar tahun 1970-an.

Penulis: Hironimus Rama | Editor: murtopo
Youtube Wartakotalive.com
Komisaris PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat) Rama Pratama. 

Lebih lanjut Rama menjelaskan bahwa tahun 2017 Telkom melakukan konsolidasi bisnis satelit yang tesebar-sebar itu.

Patrakom sebagai anchor-nya kemudia berubah nama menjadi Telkomsat.

Ini menjadi corporate identity supaya jelas bahwa Telkom Group mempunyai bisnis satelit melalui PT Telkom Satelit Indonesia atau Telkomsat.

Kemudian satelitnya diserahkan dari Divisi Satelit Telkom ke Telkomsat.

Baca juga: Harga Kacang Kedelai di Pasar Slipi Palmerah Rp, 15.000, Pedagang Sebut Ada Kenaikan Tapi Jarang

"Pembukuannya bukan lagi di Divisi Satelit Telkom tetapi di Telkomsat. Lalu unit bisnis Metrsat digabung lagi ke sini. Kita juga punya anak perusahaan di luar negeri yang menjalankan usaha satelit di Malaysia. Jadi kita sudah punya keinginan going global juga nih sejak dibentuk. Telkomsat ini baru dibentuk 2018. Jadi masih baru nih sehingga belum banyak yang kenal," ujarnya.

Sementara itu terkait dengan bidang layanan Telkomsat Rama mengatakan bahwa Telkomsat punya space segment dan ground segment.

Di Space Segment Satelit ada trasponder yang isinya ruang-ruang yang bisa disewakan untuk layanan telekomunikasi. Misalnya untuk layanan broadcast media, TV dan sebagainya; bisa full gime selama 1 tahin atau 2 tahun, bisa occasionally untuk mendukung program-program nasional seperti PON, Sea Games, dan lain-lain.

Di ground segment kita bisa cacah-cacah lagi. Ada layanan internet, telekomunikasi, dan video.

Baca juga: Pabrik Tahu dan Tempe Mogok Produksi, Pedagang di Pasar Musi Depok Tak Jualan Sampai Rabu

"Bahkan kita disewa juga oleh beberapa internet service provider (ISP). Segmen ini bisa dikerjakan oleh mereka yang tidak memiliki satelit. Produk kita di segmen ini ada Mangoesky, layanan internet satelit untuk wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar) yang susah sinyal. Selain itu ada Coconet untuk layanan internet di kapal-kapal. Kalau sudah di laut layanan komunikasi seluler dan fiber optic tidak bisa dijangkau, sehingga harus menggunakan satelit," ujarnya.

Akan tetapi kata Rama di daerah perkotaan yang infrastruktur fiber optik dan seluler sudah mapan, tetap diperlukan satelit.

"Misalnya untuk backhaul ketika ada bencana seperti di NTT kemarin. Itu kan kabel-kabelnya kebongkar semua. Ada beritanya Telkomsat yang backhaul komunikasi masa recovery. Begitu pun saat kabel optik ke Papua putus karena ketarik jangkar kapal di laut, Telkomsat yang jadi backhole untuk menggantikan komunikasi jaringan Telkomsel yang terputus," ujarnya.

Baca juga: Waspada Kondisi Iklim dan Cuaca di Indonesia Kerap Berubah, Ini Kata Wakil Direktur SIL UI

Di perkotaan, beberapa industri yang zero tolerance terhadap gangguan, misalnya industri perbankan, juga menggunakan satelit sebagai beckhaul.

"Makanya di mesin ATM ada ada piringan seperti parabola untuk menangkap sinyal. Jadi di beberapa industri, walaupun di tengah kota, tetap butuh satelit sebagai backhaul," jelasnya.

Sementara itu perkembangan teknologi digital yang segala macam urusan bisa dilakukan di gadget. Rama mengakui banyak peluang bagi Telkom untuk membentuk anak usaha baru.

Apalagi pandemi ini mendorong digitalusasi menuju transformasi digital lebih jauh lagi.

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved