Berita UI

Jawab Tuntutan Era Revolus 4.0, Rektor UI Prof. Ari Kuncoro Sebut Perlu Konsep Kebudayaan yang Tepat

Rektor UI Prof. Ari Kuncoro sebut perlu konsep kebudayaan yang tepat untuk menjawab tuntutan era Revolusi 4.0.

Penulis: dodi hasanuddin | Editor: dodi hasanuddin
Dok. Humas dan KIP UI
Jawab Tuntutan Era Revolus 4.0, Rektor UI Prof. Ari Kuncoro Sebut Perlu Konsep Kebudayaan yang Tepat. 

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, PANCORAN MAS - Menjawab tuntutan era Revolusi 4.0, Rektor UI Prof. Ari Kuncoro sebut perlu konsep kebudayaan yang tepat.

Revolusi Industri 4.0 telah memaksa manusia melakukan perubahan perilaku, cara pandang, dan pola pikir agar sesuai dengan perkembangan zaman.

Baca juga: Universitas Indonesia Raih Penghargaan Keterbukaan Informasi Publik 2021

Transformasi budaya tersebut menjadi penting karena ketika suatu bangsa tidak siap menghadapi Revolusi Industri 4.0., maka bangsa tersebut berada dalam 'kegalauan' atau mengalami guncangan budaya yang berpotensi merusak nilai-nilai budaya lama.

Kemudian juga meninggalkan nilai budaya baru dalam kondisi belum sempurna terbentuk.

Baca juga: Universitas Indonesia Masuk Top 15 Universitas Terbaik di Asia Tenggara

Hal ini dapat menyebabkan masyarakat kehilangan arah dan pegangan, sehingga mudah terjebak dalam konflik, dan mudah didikte oleh bangsa lain.

Dengan dilatar belakangi fakta-fakta tersebut yang ada di sekeliling kita, Makara Art Center (MAC) bersama Aliansi UI Toleran (AUTO) dan Forum Kebangsaan UI menggelar Sarasehan Budaya bertema “Transformasi Budaya di Era Revolusi Industri 4.0.” pada Rabu (10/11/2021) di Auditorium Makara Art Center, Kampus UI Depok.

Acara ini disiarkan melalui YouTube dan Zoom, didukung oleh Atitude Achievement For Titanium Generation 4.0. (A2G).

“Guna menjawab tuntutan era Revolusi 4.0., perlu dirumuskan konsep strategi kebudayaan yang tepat dan akurat agar transformasi budaya dapat berjalan dengan tepat dan relevan sesuai dengan tuntutan zaman,” kata Prof. Ari Kuncoro, Rektor Universitas Indonesia (UI).

Baca juga: Mahasiswa FT UI Depok Temukan Sistem Pengolahan Sampah Medis Hanya dengan Menggunakan Handphone

Menanggapi hal ini, perwakilan AUTO, Pamela Cardinale, mengatakan, salah satu tujuan penyelenggaraan kegiatan sarasehan ini adalah merumuskan strategi budaya tersebut agar nilai-nilai tradisional yang ada di Indonesia dapat menjadi sesuatu yang relevan dengan perkembangan zaman.

Baca juga: UI Depok Terus Berkomitmen Menjadi Kampus Bertaraf Internasional dan Tetap Jalankan Pengabdian

Menurut Pamela, bangsa yang tidak memiliki arah ini akan sibuk bertikai dan berdebat mengenai hal sepele serta mudah larut dengan tren dan pemikiran bangsa lain.

“Bangsa Indonesia sedang mengalami ini, ditandai dengan adanya perdebatan dan konflik yang timbul karena isu-isu kecil dan mengabaikan persoalan yang besar. Kedua, ditandai dengan memandang peyoratif budaya sendiri dan lebih mengagungkan budaya lain,” ujar Pamela.

Baca juga: Serahkan Donasi Beasiswa Rp 50 Miliar ke Universitas Indonesia, Ini Pesan Pendiri Bayan Resources

Bangsa yang seperti itu, lanjut Pamela, akan menjadi bangsa yang rapuh dan memiliki daya kreativitas yang rendah.

Kondisi tersebut menggambarkan bahwa Indonesia masih tertinggal dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 yang menuntut adanya transformasi budaya.

'Perlu ada suatu strategi yang matang, terarah dan terukur agar proses transformasi budaya dapat berjalan secara kreatif, tanpa gejolak dan tetap dinamis dan kreatif," tuturnya.

 

Sarasehan ini terbagi menjadi dua sesi yang membahas mengenai tradisi budaya pengetahuan masa kini serta tantangan revolusi industri 4.0. untuk mengubah pembelajaran dan pola pikir pendidik.

Revolusi industri 4.0. telah menyebabkan adanya disrupsi digital yang menyebabkan percikan perubahan mengejutkan di bidang ekonomi, sosial dan budaya.

Oleh karenanya, pembaruan strategi budaya diperlukan untuk menghadapinya, terutama pembaruan dalam hal sistem pendidikan karena sumber-sumber disrupsi merupakan sumber yang terkait dengan penguasaan teknologi.

Baca juga: Lestarikan Budaya, Serial Angling Dharma Tayang di Aplikasi VoD MAXstream

Lebih lanjut, sarasehan juga membahas mengenai adanya kegagapan dalam pendidikan tentang budaya yang ada, salah satunya karena metode pembelajaran yang telah kadaluarsa di era revolusi industri 4.0.

Untuk itu, model pendidikan haruslah diperbarui agar dapat lebih berorientasi ke pemecahan masalah yang menekankan pada kreativitas serta inovasi.

Tujuan pendidikan juga harus diperhatikan, yakni tidak hanya berfokus pada memperoleh pengetahuan namun juga memperoleh pendidikan karakter.

Baca juga: UI Depok Gandeng BPKP untuk Wujudkan Entrepreneurial University yang Ditunjang oleh Smart Campus

Pendidikan juga bukan hanya fokus kepada pengetahuan saintifik, namun juga memperhatikan liberal arts yang menekankan daya mental dan karakter peserta didik, seperti politik dan kewarganegaraan, ilmu budaya, logika, etika dan estetika.

Liberal arts dapat menjadi penyeimbang dan dasar dalam pendidikan untuk membuat pikiran peserta didik lebih terbuka, kritis serta kreatif terutama dalam menghadapi perkembangan zaman di revolusi industri 4.0.

Baca juga: UI Depok Persiapkan Bus Listrik Baru dengan Nama UI-MAB E-Bus, Tahun 2023 Ditargetkan Rampung

Diharapkan, kegiatan ini dapat memunculkan pemikiran dan konsep-konsep yang cerdas, dan akurat yang dapat menjadi jawaban bagi persoalan-persoalan yang muncul di era Revolusi Industri 4.0.

Selain itu, sarasehan ini diharapkan juga dapat menjadi pijakan dalam merumuskan arah kebijakan kebudayaan nasional serta solusi terhadap perubahan kurikulum pendidikan dan metode pembelajaran.

Beberapa pembicara hadir mengisi acara ini, seperti Sujiwo Tejo, Romo Haryatmoko, Budiman Sujatmiko dan Andrinof A. Chaniago.

Sarasehan ini juga menghadirkan Prof. Ravik Karsidi selaku Staf Khusus Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia.

 

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved