Berita Depok
Hilangkan Kesan Angker, Pemkot Depok Percantik Jembatan Panus dengan Lampu & Ornamen Instagramable
Hilangkan Kesan Angker, Pemkot Depok Percantik Jembatan Panus dengan Lampu & Ornamen Instagramable. Jembatan diyakiniakan menjadi spot foto yang indah
Penulis: Mochammad Dipa | Editor: Dwi Rizki
TRIBUNNEWSDEPOK.COM, DEPOK - Bagi warga Depok mungkin tidak asing lagi dengan Jembatan Panus.
Jembatan yang berlokasi di Jalan Tole Iskandar ini masih kokoh berdiri di atas Sungai Ciliwung yang mengalir melintasi Kota Depok.
Jembatan Panus Depok ini sudah dibangun sejak jaman penjajahan Belanda, yaitu pada tahun 1917 tahun silam.
Jembatan Panus Depok dirancang oleh seorang arsitek bernama Andre Laurens yang merupakan salah satu dari 12 marga para bekas budak Cornelis Chastelein.
Meski dibangun oleh Andre Laurens, namun jembatan ini justru dinamakan Jembatan Panus.
Nama tersebut diangkat dari nama orang Belanda yang merupakan mandor dari proyek jembatan tersebut saat dibangun yaitu Stevanus Leander.
Tetapi, karena warga sekitar merupakan mayoritas orang Sunda, maka warga sering memanggilnya Panus.
Baca juga: Polres Bogor Kembali Tangkap Jaringan Pengedar Tembakau Sintetis
Baca juga: Gelar Vaksinasi Presisi di Enam Lokasi, Polsek Cileungsi Sukses Vaksin 4.170 Orang Warga
Pada zamannya, Jembatan Panus adalah satu-satunya akses dari Batavia atau yang sekarang dikenal sebagai ibu kota Jakarta ke Bogor.
Namun sekarang sudah tergantikan dengan adanya jembatan di seberangnya yang lebih besar dan lebih mudah diakses karena memiliki kontur jalan yang lebih bagus.
Walaupun begitu, masih banyak orang yang mengakses jembatan tersebut.
Pantauan Wartakotalive.com pada Selasa (21/9/2021), warga sekitar masih memanfaatkan Jembatan Panus untuk menyebrang dengan menggunakan motor.
Tampak juga beberapa lampu gantung menghiasi sepanjang jalan Jembatan Panus untuk penerangan warga yang melintas ketika malam hari.
Hanya saja menurut warga sekitar, lampu tersebut tidak menyala saat malam hari.
Baca juga: Berharap Bogor Wonderfull Golf Kembali Digelar, Ade Yasin Minta Protokol Kesehatan Ketat Diterapkan
Baca juga: Kesadaran Berlalu Lintas Masih Rendah, 2560 Pengendara Ditilang pada Hari Pertama Operasi Patuh Jaya
"Kalau malam lampunya nggak nyala ujar Meri Yuliana (63) saat ditemui Wartakotalive.com, Selasa (21/9).
Kawasan Angker
Menurut Meri, gelapnya kondisi jalan membuat Jembatan Panus ini terkenal dengan kisah mistisnya.
Dengan kata lain, banyak orang maupun warga sekitar mengiyakan bahwa jembatan yang berdiri di atas sungai Ciliwung ini sebagai jembatan angker.
"Kadang warga suka ngelihat sosok anak kecil di jembatan. Kalau kita ngelewatin dia bisa celaka. Soalnya pernah kejadian orang bawa motor ada anak kecil itu, sama yang bawa motor dilewatin aja, langsung kejebur diujung jembatan," ucap perempuan yang tinggal di sisi Jembatan Panus ini.
Meski jembatan ini memang terkenal angker, menurut wanita yang tinggal sejak tahun 1983 ini, saat ini kondisi lingkungan disekitar Jembatan Panus ini sudah ramai dengan pemukiman penduduk dibandingkan saat awal dirinya tinggal di sekitar Jembatan Panus.
"Dulu kondisinya sepi, nggak ada lampu-lampu jalanan makannya banyak orang yang lewat sini sering diganggu," ucapnya.
Baca juga: Wali Kota Depok Mohammad Idris Berharap Siswa TK dan SD Bisa Ikut Menggelar Pembelajaran Tatap Muka
Baca juga: Satlantas Polres Metro Depok Bakal Terapkan Sistem Ganjil Genap di Jalan Margonda
Wanita yang memiliki delapan anak dan 11 cucu ini menyebutkan bahwa sering adanya kisah mistis di Jembatan Panus, mungkin disebabkan oleh usia jembatan tersebut yang sudah berumur lebih dari 100 tahun.
"Ya boleh dibilang menyeramkan tapi kita harus menghormati lah, namanya juga jembatan peninggalan Belanda, karena memang ada kisah mistis yang nyata dialami warga yang melintas di jembatan ini," ungkapnya.
Sempat ada perbaikan jembatan
Meri menuturkan bahwa Pemerintah Kota Depok pernah melakuan perbaikan tembok Jembatan Panus yang mengalami roboh.
"Pernah ada perbaikan karena sempat juga tembok di bagian ujung jembatannya roboh," ucapnya.
Menurutnya, karena sudah pernah dilakukan perbaikan, maka material bangunan Jembatan Panus ini tidak lagi 100 persen asli peninggalan Belanda.
"Sebagian temboknya ada yang sambungan, karena kan ada beberapa tembok jembatan yang sudah rapuh diperbaiki kembali," ungkapnya.
Untuk fungsinya, hingga sekarang Jembatan Panus juga digunakan untuk mengindikasikan banjir kiriman dari Bogor.
Hal itu bisa dilihat dari adanya ukuran batas ketinggian debit air sungai ciliwung pada tembok penyangga jembatan.
Selain itu, warga sekitar juga kerap mancing dibawah Jembatan Panus yang dialiri sungai Ciliwung.
"Masih suka ada warga yang mancing," ucapnya.
Sementara itu Tatik wijayati Kabid Kebudayaan dan Pengembangan Kepariwisataan Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Disporyata) Kota Depok mengatakan, bahwa Jembatan Panus merupakan salah satu bangunan cagar budaya di Kota Depok yang telah dikaji oleh Tim Ahli Cagar Budaya (TACB).
"Setelah dikaji oleh TACB dan sesuai dengan kriteria, maka TACB merekomendasikan Jembatan Panus sebagai obyek cagar budaya yang kemudian ditetapkan sebagai obyek cagar budaya yang ditetapkan melalui SK Walikota Depok," ujar Tatik saat dikonfirmasi Wartakotalive.com melalui sambungan telepon, Selasa (21/9).
Lebih lanjut Tatik mengatakan, bahwa setelah Jembatan Panus ditetapkan sebagai obyek cagar budaya, pihaknya melakukan langkah pelestarian, pemanfaatan dan pembinaan.
"Untuk pelestarian Jembatan Panus, kami lakukan pemeliharaan seperti beberapa waktu lalu kami cat jembatannya," ucapnya.
Untuk tahun ini, lanjut Tatik, Disporyata melakukan pemeliharaan Jembatan Panus dengan memasang sejumlah lampu jalan.
"Soalnya banyak masyarakat yang udah komplain kok gelap, akhirnya kita ajukan pemeliharaannya berupa penerangan jalan," jelasnya.
Hanya saja, saat ini Disporyata Kota Depok masih menunggu izin dari pihak Dinas Perhubungan agar lampu-kampu penerangan yang sudah dipasang segera dialiri listrik.
"Kami lagi izin ke Dishub supaya cepat dialiri listrik, jadi masih tahap perizinan, kalau lampunya sudah dipasang," sebut Tatik.
Selain pemeliharaan, Jembatan Panus juga dimanfaatkan sebagai obyek wisata budaya.
"Kami pernah ajak piknik guru-guru dan murid ke sejumlah obyek wisata budaya di Depok, salah satunya ke Jembatan Panus," sebut Tatik.
Tatik kembali menyebutkan, pihak Disporyata juga berencana memasang spot-spot foto di Jembatan Panus.
"Tapi kami belum menemukan posisi yang bagus untuk membuat spot foto disana. Lalu pemasangan lampu-lampu juga sedang kami konsultasikan ke TACB. Jadi kalau mau rehab harus dapat rekomendasi dari TACB," ujarnya. (dip)