Lingkungan Hidup

Delegasi RI Dorong Lahirnya Sejumlah Draft Keputusan pada Negosiasi COP30 di Brasil, Ini Daftarnya

Konferensi Perubahan Iklim COP30 di Belem, Brazil tesmi ditutup pada Jumat (21/11/2025).

Penulis: Hironimus Rama | Editor: Hironimus Rama
Dok. Kementerian Lingkungan Hidup
COP30 Brazil -Konferensi Perubahan Iklim COP30 di Belem, Brazil tesmi ditutup pada Jumat (21/11/2025). 

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, JAKARTA - Konferensi Perubahan Iklim COP30 di Belem, Brazil tesmi ditutup pada Jumat (21/11/2025).

Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (LH/BPLH), Hanif Faisol Nurofiq, mengatakan delegasi Republik Indonesia berhasil mendorong lahirnya sejumlah draft decision pada berbagai agenda negosiasi kunci yang akan dibahas dan diadopsi dalam forum pengambilan keputusan tertinggi para pihak pada penyelenggaraan COP30, CMP20, dan CMA7 di Brasil. 

"Pada Minggu pertama, dua badan subsider UNFCCC, yakni SBSTA 63 dan SBI 63, telah menyelesaikan rangkaian persidangan dan menghasilkan sejumlah draft decision pada isu-isu utama," kata Hanif dalam  keterangan tertulis, Jumat (21/11/2025).

Baca juga: Indonesia Luncurkan Peta Jalan dan Panduan Aksi Ekosistem Karbon Biru di COP 30 Brazil

Salah satu isu yang dibahas terkait Global Goal on Adaptation (GGA) dengan tiga opsi indikator utama.

"Ada tiga opsi GGA yang masih diperdebatkan, yaitu adopsi dengan mandat pembaruan indikator, adopsi sebagian indikator dengan penghapusan atau modifikasi, serta take note indikator yang ada dan meluncurkan program dua tahun untuk penyempurnaan lanjutan," ujarnya.

Hanif juga memaparkan bahwa pada isu Just Transition, negara maju mendorong penyusunan action plan, sementara negara berkembang mengusulkan pembentukan institutional arrangement baru untuk memperkuat mekanisme yang sudah ada. 

"Negara berkembang juga menyoroti potensi dampak negatif unilateral trade measures terhadap keadilan transisi," ungkapnya.

Perdebatan lainnya muncul terkait kelanjutan Dialog Global Stocktake (GST). Sebagian pihak menilai dialog tidak perlu dilanjutkan, sementara pihak lain menegaskan pentingnya keberlanjutan dialog sebagai masukan penyusunan NDC, terutama bagi negara yang belum menyerahkan NDC 3.0.

"Masih terdapat perbedaan pandangan mengenai referensi prioritas kebutuhan teknologi negara berkembang yang akan menjadi dasar pemberian dukungan oleh negara maju," tutur Hanif.

Selain itu, negara berkembang menekankan perlunya kejelasan jadwal operasional international registry dan Centralized Accounting and Reporting Platform (CARP).

Pada Article 6.4, diskusi berfokus pada panduan Paris Agreement Carbon Market (PACM) Platform, namun implementasinya masih menghadapi upaya penundaan.

Hanif menambahkan bahwa pada isu International Transaction Log (ITL), masih terjadi perbedaan pandangan mengenai tujuan transfer sisa dana kontribusi ITL di bawah Protokol Kyoto, apakah untuk pengembangan infrastruktur Pasal 6 atau mendukung kegiatan response measure bagi pihak yang terdampak kebijakan mitigasi.

Sebagai Presidensi COP30, Brasil turut merespons hadirnya sejumlah proposal agenda baru dengan menyatukan empat di antaranya ke dalam satu agenda Konsultasi Presidensi.

Proposal tersebut mencakup Laporan Sintesis NDC, Laporan Sintesis Biennial Transparency Report (BTR), penegasan Pasal 9 ayat 1 Paris Agreement, serta Unilateral Trade Measures (UTM).

"Paket ini dikemas dalam Mutirão Decision yang diberi nama resmi Global Mutirão: uniting humanity in a global mobilization against climate change," ujarnya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved