Berita Universitas Indonesia
Kuliah di UI Mahal? Begini Pengakuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Rifki Mujahid Ziyad
Berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi pas-pasan, Rifki bisa mewujudkan impiannya kuliah di FKG UI.
Penulis: Hironimus Rama | Editor: murtopo
Dengan berbagai pertimbangan, keluarga Rifki mengajukan keringan UKT atau Biaya Operasional Pendidikan (BOP) Berkeadilan sebesar Rp 3 juta. Namun pihak UI lalu menetapkan UKT sebesar Rp 4,6 juta per semester.
Baca juga: Arie Pangesti Ajie Lulus Sebagai Doktor ke-500 Fakultas Teknik Universitas Indonesia dengan IPK 4.0
"Saya bayar UKT Rp 4,6 juta per semester. Alhamdulilah, bisa ditutupi oleh orang tua. Jadi kalau orang bilang masuk FKG UI butuh ratusan juta, enggak benar juga," jelas Rifki.
Dengan UKT Rp 4,6 juta, Rifki mengaku mendapatkan fasilitas yang sama dengan semua mahasiswa lainnya di UI.
"Kami di FKG UI banyak praktikum sehingga mendapatkan fasilitas laboratorium biasa dan Skills Lab untuk mengasah keterampilan. Ada memang alat-alat yang kami beli sendiri. Tetapi masih lebih banyak fasilitas yang diberikan kampus," tutur pria asal Bekasi ini.
Selain UKT yang lebih terjangkau, Rifki juga terbantu dengan adanya beasiswa dari NGO Rumah Kepemimpinan.
"Beasiswa ini fokus pada pengembangan diri. Saya tinggal di asrama selama masa beasiswa ini sehingga bisa mengembangkan diri lebih baik," paparnya.
Baca juga: Unit Kerja Khusus Universitas Indonesia Buka Program Pelatihan para Pemimpin di Indonesia
Saat ini Rifki sedang menempuh Program Profesi Dokter Gigi atau Coas (Co-Assistant).
Ketika mulai coas pada awal 2021, keluarganya cukup kaget dengan biaya yang harus dibayarkan.
"Biaya coas cukup tinggi, beda dengan kuliah S1. Biayanya Rp 12,5 juta per semester. Itu baru UKT atau BOP-nya. Ada juga uang pangkal sebesar Rp 10 juta," kenang Rifki.
Keluarga Rifki pun memutar otak mencari bantuan keuangan. Beruntung ada yang membantu untuk biaya semester pertama. Pada semester kedua, dia mencari peluang beasiswa. Upaya ini pun berhasil dengan adanya beasiswa dari Yayasan Wakaf Produktif PAII (Pengelola Aset Islami Indonesia).
Yayasan ini bergerak di bidang pengelolaan klinik gigi dan bernaug dibawah MHDC (Mulia Helath and Ddntal Care) Group.
"Kebetulan MHDC ini dimiliki alumni FKG UI. Beasiswa dari yayasan ini memang menyasar calon-calon dokter gigi yang sedang menempuh profesi," tambahnya.
Menurut Rifki, sebenarnya ada banyak kanal beasiswa yang bisa diperoleh mahasiswa di UI. Akan tetapi mahasiswa harus lebih pro aktif mencari informasi.
"Kalau kita aktif di BEM UI atau BEM Fakultas, di situ sudah ada kanalnya dari Departemen Advokasi Kesejahteraan Mahasiswa (Adkesma). Biasanya ada banyak informasi beasiswa, baik untuk membantu uang kuliah maupun pengembangan diri," ungkapnya.
Rifki berencana langsung membuka praktek setelah selesai coas nanti.
Namun dia akan menjalani masa penempatan atau internship selama 6 bulan terlebih dahulu.
"Usai internship, aku langsung buka praktek agar ilmunya tersalurkan," bebernya.
Tak hanya itu, Rifki juga memiliki rencana mengambil S2 bidang kesehatan masyarakat.
"Aku punya ketertarikan ke manajemen rumah sakit. Karena itu, saya mau ambil S2, entah di UI atau pun keluar negeri," tandasnya.
SKSG UI Lakukan Ini ke Pelaku UMKM Perkampungan Budaya Betawi, Setu Babakan agar Dapat Bertahan |
![]() |
---|
Universitas Indonesia Ambil Bagian di Forum AUA President Summit di Astana Kazakhstan |
![]() |
---|
Penerimaan Mahasiswa Baru 2023, Universitas Indonesia Tegaskan Tidak Ada Titipan |
![]() |
---|
Universitas Indonesia Jadi Perguruan Tinggi Terbaik di Indonesia Versi SIR 3 Tahun Berturut-turut |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.