Berita Universitas Indonesia

Kuliah di UI Mahal? Begini Pengakuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Rifki Mujahid Ziyad

Berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi pas-pasan, Rifki bisa mewujudkan impiannya kuliah di FKG UI.

Penulis: Hironimus Rama | Editor: murtopo
Tribunnewsdepok.com/Hironimus Rama
Rifki Mujahid Ziyad, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) UI. 

Laporan Wartawan TribunnewsDepok.com Hironimus Rama

TRIBUNNEWSDEPOK, JAKARTA - Banyak orang mengira kuliah di Universitas Indonesia (UI) mahal.

Apalagi jika mengambil jurusan favorit seperti Fakultas Teknik atau Fakultas Kedokteran.

Orang tua harus menyiapkan uang banyak agar bisa mewujudkan impian anaknya menjadi dokter.

Tetapi ternyata tidak semua persepsi itu benar. Hal itu dibuktikan oleh Rifki Mujahid Ziyad, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) UI.

Baca juga: UI Rancang Transformasi Pendidikan Vokasi Melalui Pengembangan dan Internasionalisasi

Berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi pas-pasan, Rifki bisa mewujudkan impiannya kuliah di FKG UI.

"Saya masuk FKG UI melalui jalur SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) pada 2017," kata Rifki dalam wawancara podcast dengan TribunnewsDepok.com pekan lalu.

Rifki sebenarnya tidak berharap terlalu banyak bisa kuliah di FKG UI. Selain persainvannya ketat, kemampuan ekonomi keluarganya juga kurang begitu bagus.

"Ayah saya berprofesi sebagai perawat di rumah sakit swasta. Sementara ibu sudah berhenti bekerja sebagai perawat. Jadi kondisi ekonomi kami tidak begitu bagus," ucapnya.

Baca juga: SKSG UI Lakukan Ini ke Pelaku UMKM Perkampungan Budaya Betawi, Setu Babakan agar Dapat Bertahan

Namun berkat kerja keras dan kedisiplinan dalam belajar, Rifki akhirnya lolos tes masuk FKG UI.

"Alhamdulilah, ternyata saya lulus SBMPTN pada 2017. Saya bersyukur banget bisa masuk UI, kampus yang diidam-isamkan banyak anak Indonesia," paparnya.

Meskipun dinyatakan lolos tes, saat itu Rifki belum tahu berapa besar biaya kuliah di FKG UI.

Dia hanya memiliki sekilas gambaran bahwa kuliah di FKG UI mahal.

Baca juga: Ada 5 Mahasiswa Baru UI Raih Nilai UTBK SNBT 2023 Tertinggi di Indonesia, Ini Jurusannya

"Begitu diterima, saya kontak BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) FKG UI. Dari situ saya baru tahu ternyata biaya kuliah di UI ada kelas-kelasnya. Bahkan kelas terendah bisa sampai nol rupiah sesuai kondisi ekonomi keluarga mahasiswa," imbuhnya.

Rifki lalu mendiskusi rencana kuliah di FKG UI dengan orang tuanya. Meskipun senang dengan berita gembira ini, namun keluarganya sempat bingung memikirkan biaya kuliah ini.

Dengan berbagai pertimbangan, keluarga Rifki mengajukan keringan UKT atau Biaya Operasional Pendidikan (BOP) Berkeadilan sebesar Rp 3 juta. Namun pihak UI lalu menetapkan UKT sebesar Rp 4,6 juta per semester.

Baca juga: Arie Pangesti Ajie Lulus Sebagai Doktor ke-500 Fakultas Teknik Universitas Indonesia dengan IPK 4.0

"Saya bayar UKT Rp 4,6 juta per semester. Alhamdulilah, bisa ditutupi oleh orang tua. Jadi kalau orang bilang masuk FKG UI butuh ratusan juta, enggak benar juga," jelas Rifki.

Dengan UKT Rp 4,6 juta, Rifki mengaku mendapatkan fasilitas yang sama dengan semua mahasiswa lainnya di UI.

"Kami di FKG UI banyak praktikum sehingga mendapatkan fasilitas laboratorium biasa dan Skills Lab untuk mengasah keterampilan. Ada memang alat-alat yang kami beli sendiri. Tetapi masih lebih banyak fasilitas yang diberikan kampus," tutur pria asal Bekasi ini.

Selain UKT yang lebih terjangkau, Rifki juga terbantu dengan adanya beasiswa dari NGO Rumah Kepemimpinan.

"Beasiswa ini fokus pada pengembangan diri. Saya tinggal di asrama selama masa beasiswa ini sehingga bisa mengembangkan diri lebih baik," paparnya.

Baca juga: Unit Kerja Khusus Universitas Indonesia Buka Program Pelatihan para Pemimpin di Indonesia

Saat ini Rifki sedang menempuh Program Profesi Dokter Gigi atau Coas (Co-Assistant).

Ketika mulai coas pada awal 2021, keluarganya cukup kaget dengan biaya yang harus dibayarkan.

"Biaya coas cukup tinggi, beda dengan kuliah S1. Biayanya Rp 12,5 juta per semester. Itu baru UKT atau BOP-nya. Ada juga uang pangkal sebesar Rp 10 juta," kenang Rifki.

Keluarga Rifki pun memutar otak mencari bantuan keuangan. Beruntung ada yang membantu untuk biaya semester pertama. Pada semester kedua, dia mencari peluang beasiswa. Upaya ini pun berhasil dengan adanya beasiswa dari Yayasan Wakaf Produktif PAII (Pengelola Aset Islami Indonesia).

Yayasan ini bergerak di bidang pengelolaan klinik gigi dan bernaug dibawah MHDC (Mulia Helath and Ddntal Care) Group.

"Kebetulan MHDC ini dimiliki alumni FKG UI. Beasiswa dari yayasan ini memang menyasar calon-calon dokter gigi yang sedang menempuh profesi," tambahnya.

Menurut Rifki, sebenarnya ada banyak kanal beasiswa yang bisa diperoleh mahasiswa di UI. Akan tetapi mahasiswa harus lebih pro aktif mencari informasi.

"Kalau kita aktif di BEM UI atau BEM Fakultas, di situ sudah ada kanalnya dari Departemen Advokasi Kesejahteraan Mahasiswa (Adkesma). Biasanya ada banyak informasi beasiswa, baik untuk membantu uang kuliah maupun pengembangan diri," ungkapnya.

Rifki berencana langsung membuka praktek setelah selesai coas nanti.

Namun dia akan menjalani masa penempatan atau internship selama 6 bulan terlebih dahulu.

"Usai internship, aku langsung buka praktek agar ilmunya tersalurkan," bebernya.

Tak hanya itu, Rifki juga memiliki rencana mengambil S2 bidang kesehatan masyarakat.

"Aku punya ketertarikan ke manajemen rumah sakit. Karena itu, saya mau ambil S2, entah di UI atau pun keluar negeri," tandasnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved