Metropolitan
Jakpro Mengundurkan Diri, Pemprov DKI Masih Tunggu Persetujuan DPRD Soal Pembangunan ITF Pakai APBD
Jakpro Mengundurkan Diri, Pemprov DKI Masih Tunggu Persetujuan DPRD Soal Pembangunan ITF Pakai APBD
Pemprov DKI Jakarta lalu menunjuk Jakpro agar bisa mencari investor untuk pendanannya, sehingga model kerjasamanya nanti berupa antarbisnis (business to business).
“Jadi APBD DKI kan terbatas dan kami sangat berharap peran serta swasta itulah yang nanti kemudian bisa memberikan pendanaan bagi ITF Sunter. Kalau ditanya mendesak atau tidak, yah ITF Sunter mendesak karena TPST Bantargebang sudah sangat penuh, sehingga Pemprov DKI butuh pengelolaan sampah di tengah perkotaan melalui ITF,” ungkapnya.
Sementara itu Direktur Utama Project Strategic Bisnis Unit ITF Sunter Aditya Bakti Laksana, mengatakan pembangunan ITF Sunter berbasis pada konsep waste to energy dengan mengakuisisi teknologi Babcock & Wilcock Volund dari Denmark.
Dia menyebutkan teknologi ini sudah digunakan selama hampir 100 tahun di berbagai belahan dunia seperti Eropa, Amerika dan beberapa negara di Asia.
Adapun cara kerja dari teknologi ini yaitu dengan memanaskan sampah-sampah tersebut ke sebuah ruangan tertutup bernama insinerator dengan suhu mencapai 1000 derajat Celcius.
Pembakaran itu nantinya akan menghilangkan sebanyak 80 hingga 90 persen dari bobot sampah awal yang dimasukkan kedalam alat tersebut.
“Kemudian sisa dari pembakaran itu jatuh ke bawah berupa namanya slek atau bottom ash (abu tidak terbang). Nah itu adalah sisanya residu yang memang sudah dikategorikan ramah lingkungan,” kata Adit yang dikutip dari kompas.com.
Teknologi ini dianggap Adit paling cocok untuk mengolah sampah DKI yang lembab dan rendah kalori. Di atas insinerator, dipasangi lagi sebuah alat lain bernama boiler atau ketel uap yang berisi air.
Dengan pemanasan yang mencapai 1000 derajat Celcius pada insenartor air yang ada pada boiler akan menjadi uap bertekanan tinggi. Uap tersebut kemudian disalurkan melalui alat lain bernama steam turbin.