Masjid Al-Atiq Salah Satu Tertua di Jakarta, Tapi Pengurus Tak Ingin Masuk Dalam Daftar Cagar Budaya

Masjid tersebut berdiri diabad ke-16 dan pada tahun itu kubahnya berbentuk Prisma mirip dengan masjid tertua di Demak, Jawa Tegah.

Editor: murtopo
Wartakotalive.com/Miftahul Munir
Masjid Jami Al-Atiq di Jalan Kampung Melayu Besar, Kelurahan Bidara Cina, Jatinegara, Jakarta Timur menjadi salah satu masjid tertua di Jakarta setelah Masjid Marunda dan Masjid Salafi Jayakarta. 

Selain itu, ada sebuah tongkat kramat panjangnya sekira satu meter dipercayai oleh warga di tanah Jawa bisa menyembuhkan segala penyakit.

Baca juga: Cerita Ramadan, Masjid Al Alam Marunda Cilincing Tak Pernah Terendam Banjir Rob

Saferin menceritakan, suatu ketika pernah ada salah satu warga dari Jawa Tengah datang ke Masjid Al-Atiq hanya untuk melihat tongkat kramat.

Sebab, kisah tongkat penyembuh segala penyakit ini sudah beredar luas di pulau Jawa dan pengurus masjid tidak mengetahui hal itu.

Warga misterius itu kemudian memberitahu pengurus masjid dan akhirnya tidak ada lagi yang boleh mengikis tongkat tersebut.

Namun Saferin tidak bisa memperlihatkan tongkat tersebut karena gudang penyimpanannya dikunci.

"Jadi orang itu dapat cerita dari sepuh orang dahulu, bahwa di masjid sini ada tongkat untuk sembuhkan penyakit," tegasnya.

"Dikikis saja tongkatnya sedikit terus dibawa pulang, pas dilihat benar sudah ada kikisan makanya sekarang tidak boleh lagi disimpan dalam gudang," Sambung Saferin.

Sejarah Awal Berdirinya Masjid Al-Atiq Kampung Melayu

Saferin mengakui tidak ada yang mengetahui secara persis sejarah masjid Al-Atiq yang sudah berdiri sekira 300 tahun.

Karena warga di sana awalnya mengenal tempat ibadah itu sebagai musala dan belum terjadi perluasan lahan atau tanah.

Di dalam bangunan masjid itu ada empat tiang membentuk kotak dengan jarak satu sama lain sekira 2,5 meter.

Empat pondasi itulah menjadi awal mula masjid ini berdiri karena memang peruntukannya hanya untuk salat dan istirahat.

Di balik keramik pondasi tersebut masih ada sebuah tiang kayu dan posisinya tidak diubah pengurus masjid meski sudah terjadi beberapa kali renovasi.

"Dahulu ini hanya musalah, namanya Musala Kampung Melayu," tutur lelaki lanjut usia.

Menurut Saferin, Kampung Melayu adalah tempat pelarian para pahlawan yang diburu oleh pasukan Belanda.

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved