Kisah Kelenteng Tua di Semanggi Hok Tek Tjeng Sin, Berdiri Bersama Masjid Hidayatullah
Khuchel mengatakan kakeknya hanya pernah berujar bahwa kelenteng itu dibangun berbarengan dengan Masjid Hidayatullah Karet Semanggi.
Laporan Wartawan Wartakotalive.com Desy Selviany
TRIBUNNEWSDEPOK.COM, SETIABUDI - Sejarah berdirinya Kelenteng Hok Tek Tjeng Sin (Vihara Amurva Bhumi) di Karet Semanggi, Setiabudi, Jakarta Selatan masih menjadi misteri.
Pengurus kelenteng Khuchel (65) mengatakan, kelenteng itu sudah ada sebelum kakeknya lahir.
"Sekarang saya usia 65 tahun. Dari zaman kakek saya lahir ini kelenteng sudah ada. Jadi sejarahnya tidak tercatat," ungkap Khuchel ditemui di kawasan kelenteng Minggu (30/1/2022).
Khuchel mengatakan kakeknya hanya pernah berujar bahwa kelenteng itu dibangun berbarengan dengan Masjid Hidayatullah Karet Semanggi.
Saat itu, Karet Semanggi masih dihuni warga etnis tionghoa.
Baca juga: Kenapa Rawabelong Jadi Pasar Bandeng Jelang Imlek Setiap Tahun?, Eky Pitung Ceritakan Kisahnya
Sebagian warga etnis tionghoa beragama konghuchu namun sebagian lagi beragama muslim.
Ketika itu suasana Semanggi jauh dari kesan gedong-gedong mewah. Kawasan itu masih diisi pemukiman dan juga hutan serta perkebunan.
Di tengah pemukiman itu, berdirilah sebuah masjid bergaya tionghoa bernama Masjid Hidayatullah dan sebuah kelenteng yang terletak di belakangnya bernama Hok Tek Tjeng Sin.
"Dulu kita sesama muslim bersaudara. Jadi umat muslim buat masjid kami buat kelenteng. Jarak masjid dan kelenteng kalau lewat belakang itu kurang dari 200 meter," jelas Khuchel.
Baca juga: Jelang Tahun Baru Imlek 2573, Klenteng Ho Shan Bio di Parung, Kabupaten Bogor Mulai Bersolek
Maka kata Khuchel, pembangunan kelenteng itu hanya berpatokan dengan pembangunan Masjid Hidayatullah.
Saat itu kata Khuchel, kelenteng Hok Tek Tjeng Sin sangat kecil. Kelenteng sederhana itu juga tidak dibekali listrik.
Seorang saksi sejarah Bebenk (72) mengatakan, ketika kecil ia kerap membantu kakek Kuchel mengisi lentera di kelenteng agar tetap terang.
"Saya dari kecil sudah bantu-bantu kakek dia (Khuchel) untuk mengurus kelenteng ini. Jadi saya bantu hidupkan lentera setiap malam," ungkap Bebenk.
Baca juga: Sambut Tahun Baru Imlek 2573, Vihara Gayatri Depok Mulai Bersolek Diri
Bebenk mengatakan bahwa kelenteng itu sudah berdiri sebelum dia lahir. Sehingga Bebenk juga tidak tahu persis kapan kelenteng itu berdiri.
Kemungkinan kata Bebenk, kelenteng sudah berdiri saat zaman Belanda apabila berpatokan dengan Masjid Hidayatullah.
Diketahui Masjid Hidayatullah berdiri sejak tahun 1743.
Sedari Bebenk kecil, jemaat Kelenteng Hok Tek Tjeng Sin memiliki hubungan baik dengan jemaat Masjid Hidayatullah.
Misalnya saja, apabila ada perayaan khusus umat konghucu yang harus menabuh genderang, jemaat Masjid Hidayatullah tidak pernah berkomentar negatif.
Pun ketika jemaat masjid merayakan Idul Fitri, mereka selalu mengantarkan makanan lebaran untuk jemaat kelenteng.
Baca juga: Rayakan Secara Sederhana, Kelenteng Bio Kwan Tee Koen Karawang Hanya Gelar Ibadah Selama Imlek
"Kalau kami yang imlek. Kami yang bawa makanan halal untuk jemaat masjid. Jadi memang persaudaraan kita sudah kuat dari dulu hingga sekarang," jelas Bebenk.
Namun kata Bebenk, semenjak kawasan Karet Semanggi dibangun di tahun 1990an, warga asli di sekitar perlahan-lahan pergi meninggalkan kawasan tersebut.
Pemukiman etnis tionghoa betawi itupun tergantikan dengan gedung-gedung tinggi yang mayoritas diisi perkantoran.
Lahan-lahan perkebunan dan hutan juga tergantikan dengan bangunan tinggi dan aspal.
Kini hanya sedikit tersisa warga tionghoa betawi di kawasan itu yang masih bertahan tidak menjual tanah kepada pengembang.
Jemaat kelenteng pun semakin berkurang karena minimnya penduduk.
Kini yang tersisa jemaat yang beribadah ialah warga tionghoa yang masih tinggal di kawasan tersebut.
Apabila imlek, hanya sekira 30 jemaat yang beribadah berlalu lalang di kelenteng tersebut.
Di tengah gedung pencakar langit, kelenteng Hok Tek Tjeng Sin kini sudah berstatus Cagar Budaya.
Tidak ada yang boleh menggusur bangunan bersejarah tersebut semasif apapun pembangunan Ibukota Jakarta.
Pada 2 Mei tahun 1984, kelenteng itu juga sempat dibugar oleh pemerintah sehingga bangunan menjadi lebih layak.
Kini jalan menuju kelenteng juga dibuat lebih lebar muat untuk satu mobil melintas.
"Dulu ini hanya gang kecil. Kemudian kami bebaskan lahan agar lebih lebar untuk kendaraan masuk," tutur Bebenk.
Kelenteng Hok Tek Tjeng Sin memang terlihat agak tersembunyi dibandingkan bangunan elit lain yang berjejer di Jalan Prof Dr Satrio.
Bangunan bernomor 2 RT 4/RW 4 Karet Semanggi itu tertutup gedung-gedung tinggi dan jalan flyover.
Letaknya persis di dekat Ciputra World 2 Jakarta.
Apabila naik angkutan umum dapat ditempuh dengan MRT dan turun di Stasiun Benhil 2. (Des)