Pesawat Jatuh

Kopilot Fajar Gugur Dalam Tragedi Rimbun Air, Sri Purwanti Kehilangan Anak Bontotnya yang Manja

Kopilot Fajar Gugur Dalam Tragedi Jatuhnya Pesawat Rimbun Air, Sri Purwanti Kehilangan Anak Bontotnya yang Manja

Editor: Dwi Rizki
Tribunnews.com
Sunari, Paman Kopilot Rimbun Air, Muhammad Fajar Dwi Saputra. 
TRIBUNNEWSDEPOK.COM, JAKARTA - Kabar jatuhnya pesawat Rimbun Air PK-OTW di hutan dalam di Distrik Sugapa, Intan Jaya, Papua, menjadi berita duka bagi Sri Purwanti (54).
Sri adalah ibu dari Muhammad Fajar Dwi Saputra, yang merupakan kopilot dari pesawat nahas tersebut. 
Kopilot Fajar, yang merupakan anak kedua dari dua bersaudara itu, dinyatakan meninggal dunia dalam insiden jatuhnya Pesawat Rimbun Air PK-OTW.
"Kita dapat kabar itu (pesawat Rimbun Air jatuh) dari Manajemen Rimbun Air, yang menerima kabar itu menantu saya (istri Kopilot Fajar)," kata Sri saat ditemui di kediamannya, Kampung Rawa Lele RT 03/13, Jatimakmur, Bekasi pada Kamis (16/9/2021).
Sri tidak pernah menyangka putra bungsunya itu akan pergi secepat ini. 
"Tidak ada firasat, kami pun sekeluarga sangat terkejut. Terakhir komunikasi dengan istrinya jam 3 pagi waktu Jakarta. Dia mau terbang itu komunikasi vidcall dengan istrinya," ucap Sri.
Dalam ingatan Sri, Fajar yang merupakan anak bontot, terkadang "agak manja." 
"Anak saya ini anak bontot yah, jadi jika sama saya masih agak manja," tutur Sri. 
Namun bila di hadapan orang lain, Fajar dikenal sebagai pribadi yang bertanggung jawab, baik sama istrinya, masyarakat, dan juga teman-temannya. 
"Dia humble, pergaulannya luas, dari kalangan apa saja. Kemudian kalau dia di wilayah, dia di sini dikenal ramah, baik hati, peduli sama lingkungan," kata Sri.
"Setidaknya seperti itu anak saya di mata saya, karena memang dia humble, orangnya ramah, dalam kondisi apapun dia selalu tersenyum," sambung Sri. 
Kehilangan Teman Canda Gurau
Hal senada diungkapkan oleh paman almarhum Muhammad Fajar, Sunari. 
Bagi Sunari, Fajar adalah pribadi yang ramah, tidak sombong, dan selalu perhatian. 
Kata Sunari, keponakannya itu mau bergaul dengan siapa saja, tanpa memandang latarbelakang dan status.
"Sosok Mohammad Fajar itu orangnya sangat humble sekali. Dengan siapapun dia sangat baik, pokoknya luar biasa ramah," ucap Sunari.
Sunari mengungkapkan, Fajar begitu dekat dengannya. 
Ada banyak kenangan bersama yang tidak akan mudah dilupakan, salah satunya yakni momen mereka saling berbagi tawa.
"Kebiasaan saya dengan Muhammad Fajar itu ya guyonannya. Kita kadang-kadang suka saling bercanda, main ejek-ejekan. Ya tentu sangat kehilangan," tutur Sunari.
Tiga bulan terakhir Sunari sama sekali tidak bertemu dengan Fajar. 
Itu dikarenakan Sunari menderita sakit, dan harus menjalani proses penyembuhan selama tiga bulan.
"Terakhir komunikasi dia sering nyapa, menanyakan kabar, 'Om bagaimana kabarnya? Apa sudah pulih?' begitu," tutur Sunari. 
Sunari mengaku sangat terkejut saat mendengar berita jatuhnya Pesawat Rimbun Air PK-OTW yang dikemudikan keponakannya. 
Dia sama sekali tidak merasakan firasat apapun, jelang kepergian Fajar ke pelukan Sang Khalik.
"Saya benar-benar tidak merasakan tanda-tanda kepergian Muhammad Fajar. Makanya saya terkejut waktu dapat kabar dari orangtuanya," ucap Sunari. 
"Ternyata sampai rumah dapat kabar kecelakaan pesawat," sambung Sunari. 
Video Call Minta Lihat Anak

Tragedi jatuhnya pesawat Rimbun Air PK-OTW di Distrik Sugapa, Intan Jaya, Papua pada Rabu (15/9/2021) pukul 07.37 WIT membawa duka bagi keluarga korban.

Satu di antaranya adalah keluarga Kopilot Rimbun Air, Muhammad Fajar Dwi Saputra.

Paman Kopilot Fajar, Sunari mengungkapkan, keluarga sangat terkejut atas insiden jatuhnya pesawat Rimbun Air

Pasalnya, keluarga besar sama sekali tidak merasakan firasat apapun, sebelum Fajar terbang ke Papua.

"Reaksinya sangat kaget, karena kita keluarga tidak ada firasat atas kepergian Fajar. Dari istri juga, setahu saya begitu," ucap Sunari saat ditemui Tribunnews.com di Kampung Rawa Lele, RT 03/13, Jatimakmur, Bekasi pada Kamis (16/9/2021).

"Sangat terpukul sekali keluarganya. Benar-benar mengejutkan," imbuh Sunari. 

Baca juga: Ponsel Kapten Mirza yang Dipakai Video Call Istri Masih Aktif Saat Pesawat Rimbun Air Hilang Kontak

Cerita haru dibagikan ibunda almarhum Kopilot Fajar, Sri Purwanti (54). 

Sri mengungkapkan, sebelum terbang ke Papua, Fajar sempat melakukan video call dengan istrinya. 

"Terakhir komunikasi dengan istrinya jam 3 pagi waktu Jakarta. Dia mau terbang itu dia komunikasi vidcall dengan istrinya," ucap Sri Purwanti. 

Baca juga: Viral Krisdayanti Ungkap Gaji-Tunjangan Anggota Dewan Fantastis, Gus Nadir Sindir Halus Warganet

Belakangan Fajar memang kerap melakukan video call dengan istrinya, untuk menanyakan kabar sang buah hati yang baru berusia 10 bulan.

"Selalu setiap saat komunikasi, karena dia baru punya anak kecil lagi lucu-lucunya. Setiap mau terbang dan landing dia sempatkan video call," tutur Sri Purwanti. 

Baca juga: Angkat Satu Kakinya Ketika Duduk di Atas Kursi, Cara Duduk Ustaz Abdul Somad Bikin Salah Fokus

"Anaknya seorang putra, berusia 10 bulan," imbuh Sri Purwanti.

Sri, sebagai ibu kandung Kopilot Fajar, mengaku telah mengikhlaskan putra keduanya tersebut.

"Keluarga besar harus menerima, karena ini sudah ketentuan Allah. Jadi kita sudah menerima," ujar Sri.

Ponsel Kapten Mirza Sempat Aktif 

Tak berselang lama setelah pesawat Rimbun Air hilang kontak di pedalaman Papua pada Rabu (16/9/2021), aparat segera menghubungi ponsel Kapten Mirza.

Ponsel sang pilot diketahui masih dalam keadaan aktif.

Namun Kapten Mirza yang tewas bersama dua orang kru, yakni Fajar sebagai kopilot, dan Iswahyudi selaku teknisi itu tak menjawab.

Momen tersebut terjadi sesaat Pesawat Rimbun Air PK OTW dikabarkan hilang kontak di Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua pada Rabu (15/9/2021) pagi.

Pesawat tersebut terbang dari Bandara Nabire pada pukul 06.40 WIT dengan tujuan Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya.

Umumnya waktu tempuh penerbangan dari Nabire ke Sugapa sekitar 40 menit. Pilot pesawat Rimbun kontak terakhir kali dengan peugas Airnav Sugapa sekitar pukul 07.30 WIT.

Baca juga: Tak Ada Firasat atau Gelagat, Kapten Mirza Terlihat Baik-baik Saja Dalam Video Call Sebelum Terbang

Baca juga: Tingkatkan Pelayanan, Polres Bogor Bangun Gedung Satlantas Baru Senilai Rp 13 Miliar

Pesawat Rimbun hilang kontak ketika masuk ke Bilorai, dekat dengan bandara.

Bandara Sugapa adalah salah satu bandara di Papua yang berada di tepian jurang dengan landasan hanya sepanjang 600 meter.

Karena itu, hanya pesawat berbadan kecil yang bisa mendarat di lokasi tersebut.

Baca juga: Yudhistira Ungkap Sepak Terjang Kapten Mirza, Jelajahi Aceh-Papua Selama 35 Tahun Jadi Penerbang

Baca juga: Sebelum Kecelakaan Pesawat, Kapten Mirza Sempat Video Call dengan Istrinya

Bawa bahan bangunan

Kapolres Intan Jaya AKBP Sandi Sultan menyatakan, ada tiga orang kru di dalam pesawat tersebut.

Mereka yakni Mirza sebagi pilot, Fajar sebagai kopilot, dan Iswahyudi selaku teknisi.

"Mereka hanya membawa kargo bahan bangunan," kata Sandi dikutip dari Kompas.com pada Rabu (15/9/2021).

Ia mengatakan, ponsel Kapten Mirza yang membawa pesawat masih aktif.

Namun ketika ditelepon sang kapten tidak menjawab.

"HP pilot masih aktif, hanya ditelepon tidak diangkat. Semoga saja pilot dan krunya semua masih hidup, itu harapan kami," kata Sandi, Rabu.

Ditemukan dalam kondisi hancur

Pesawat Rimbun Air PK OTW yang sempat hilang kontak di Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, telah ditemukan dalam kondisi hancur.

Berdasarkan pengamatan dari helikopter, bagian kepala pesawat yang terlihat paling hancur dan kemungkinan kru selamat sangat kecil.

"Sudah ditemukan di ketinggian 2.400 meter, jaraknya 5-6 km dari Bandara Bilogai ke arah Distrik Homeyo," ujar Kapolres Intan Jaya.

Proses evakuasi korban, sambung Sandi, akan dilakukan melalui jalan darat.

Untuk mengantisipasi adanya gangguan dari kelompok kriminal bersenjata (KKB) di wilayah tersebut, aparat keamanan akan didampingi oleh tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat.

Sempat Video Call

Kabar jatuhnya pesawat Rimbun Air yang jatuh di pedalaman Papua pada Rabu (16/9/2021) mengejutkan keluarga besar Kapten Agithia Mirza (58) pilot pesawat naas tersebut.

Terlebih bagi istri dan anak kapten penerbang yang akrab disapa Haji Mirza itu.

Besarnya kehilangan disampaikan oleh putra kedua Haji Mirza, Yudhistira.

Yudistira, menceritakan bahwa Ia awalnya mendengar kabar kecelakaan Pesawat Rimbun Air dari pemberitaan media.

Sebelum berangkat menerbangkan pesawat Rimbun Air kata Yudistira, H Mirza sempat melakukan video call dengan ibundanya.

Kebiasaan ayahnya sebelum terbang itu rupanya menjadi kenangan terakhir Yudistira dengan sang ayah.

"Saya terakhir banget ya ibu saya ini sebelum prepare itu, dia lagi pakai baju (pilot) itu video call," kata Yudistira dikutip dari TribunnewsBogor.com.

Aktivitas menelepon ibu itu kata Yudistira, merupakan rutinitas Haji Mirza sebelum menerbangkan pesawat.

Baca juga: Yudhistira Ungkap Sepak Terjang Kapten Mirza, Jelajahi Aceh-Papua Selama 35 Tahun Jadi Penerbang

Baca juga: Sandiaga Uno Sebut 5G Setitik Harapan untuk Buka Peluang Usaha dan Lapangan Kerja di Tengah Pandemi

Satu jam sebelum penerbangan berlangsung, mendiang Haji Mirza akan melakukan video call kepada istrinya.

"Iya jadi beliau masih video call, setiap hari, dan hari H itu satu jam sebelum berangkat dengan ibu saya," kenang Yudistira.

Kantongi Jam Terbang 35 Tahun

Kapten Agithia Mirza (58), pilot pesawat Rimbun Air yang jatuh di Papua pada Rabu (16/9/2021), ternyata sudah memiliki jam terbang yang tinggi.

Pria kelahiran Padang, Sumatra Barat, ini merupakan jebolan Sekolah Penerbangan (Sekbang) TNI Angkatan Udara Angkatan XXXV (IDP 3) tahun 1986.

Anak kedua Kapten Mirza, Yudhistira, mengatakan ayahnya bertugas sebagai sebagai pilot helikopter TNI Angkatan Udara selama 10 tahun.

"Bapak menjalani Ikatan Dinas Pendek selama 10 tahun, dari 1986 hingga 1996," ungkapnya.

Selama periode ini, Kapten Mirza sudah menjelajah berbagai wilayah udara di Indonesia, mulai dari Aceh hingga ke Papua.

Kapten Mirza menjadi anggota TNI AU yang berdinas di Lanud Atang Senjaya (ATS), Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Baca juga: Pemicu Perceraian Ririn Dwi Ariyanti dan Aldi Bragi Karena Cekcok

Setelah ikatan dinas selesai, Kapten Mirza pensiun dini dan menjadi pilot pesawat komersial dengan wilayah operasi di Kalimantan, Sumatera hingga Papua.

"Ayah sudah 18 tahun jadi pilot di Papua dengan maskapai yang berbeda-beda. Sebelum di Rimbun Air, dia menjadi pilot Aviastar," ujarnya.

Kapten Mirza belum begitu lama bekerja di Rimbun Air.

"Di Rimbun Air baru mulai Februari 2021, jadi baru sekira 7 bulan," tambah Yudhistira.

Sementara untuk pengalaman, Kapten Mirza memiliki jam terbang yang tinggi.

Baca juga: Sandiaga Uno Sebut 5G Setitik Harapan untuk Buka Peluang Usaha dan Lapangan Kerja di Tengah Pandemi

"Beliau sudah 35 tahun menjalani profesi ini. Jadi sudah sangat mengenal medan, apalagi medan di Papua," tuturnya.

Selama bertugas sebagai pilot pesawat komersial, lanjutnya, Mirza menghabiskan waktu dua minggu di luar kota dan seminggu di rumah.

"Itu sudah biasa bagi kami. Namanya juga resiko pekerjaan," ungkap Yudhistira.

Pantauan di rumah duka, suasana pilu masih menyelimuti rumah kediaman Haji Mirza yang berlokasi di RT 02/08, Kelurahan Curug, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor pada Kamis (16/9/2021).

Pasca kabar kecelakaan pesawat Rimbun Air terdengar, kerabat serta tetangga berbondong-bondong datang ke rumah H Mirza.

Hilang Kontak di Pedalaman Papua

Seperti diketahui, pesawat Rimbun Air PK OTW hilang kontak dalam penerbangan dari Bandara Nabire menuju Sugapa, Kabupaten Intan Jaya sekitar pukul 07.37 WITA pada Rabu 15 September 2021.

Baca juga: Sebelum Kecelakaan Pesawat, Kapten Mirza Sempat Video Call dengan Istrinya

Pesawat ini ditemukan pada Rabu (15/9/2021) dalam kondisi hancur di ketinggian 2.400 meter di atas permukaan laut.

Tiga orang awak pesawat yaitu Mirza sebagai pilot, Fajar sebagai kopilot, dan Iswahyudi selaku teknisi ditemukan meninggal dunia dan sudah dievakuasi pada Rabu (15/9/2021) malam.

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved