Laporan wartawan TribunnewsDepok.com, M Rifqi Ibnumasy
TRIBUNNEWSDEPOK.COM, PANCORAN MAS - Hari kedua Pekan Kebudayaan Lebaran Depok 2025 dimeriahkan dengan perlombaan menumbuk uli di Rumah Budaya, Rawa Denok, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Senin (12/5/2025).
Peserta lomba merupakan ibu-ibu anggota Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) dari 11 kecamatan se-Kota Depok.
Dengan membawa bahan-bahan dan peralatan, mereka langsung berpacu dengan waktu membuat makanan khas Betawi.
Terlihat, seorang ibu mengenakan pakaian kebaya begitu semangat menumbuk beras ketan yang sudah direbus sebagai bahan dasar uli.
Ibu bernama Nana itu menjelaskan, untuk membuat uli, langkah pertama perlu menyiapkan beras ketan terlebih dahulu.
Baca juga: Hari Ke-2 Lebaran Depok 2025, Pentas Musik Gambang Kromong Meriahkan Rumah Budaya Rawa Denok
Kemudian, beras ketan tersebut dicuci dan direndam, sebelum berlanjut ke proses pengukusan.
“Terus dipakein kelapa, kukus lagi, baru dah kita tumbuk,” kata Nana di lokasi.
Setelah ditumbuk hingga halus, adonan uli dicetak dalam wadah bulat dan siap dihidangkan.
Baca juga: BreakingNews: Ngubek Empang Jadi Pembuka Lebaran Depok 2025, Ribuan Warga Berebut 1,3 Ton Ikan
Cara menghilangkan uli juga beragam, bisa digoreng dan dibakar, kemudian menyantapnya menggunakan serundeng dicampur gula.
Kata Nana, biasanya, masyarakat Betawi menghidangkan uli saat lebaran Idulfitri dan hajatan.
“Kalau dari beras dua hari prosesnya, kalau sudah ngukus ma sejam juga selesai,” ujarnya.
Baca juga: Ini Makna Filosofis Nyuci Perabotan yang Diperagakan di Pekan Kebudayaan Lebaran Depok 2025
Sementara itu, Sementara itu, Wakil Wali Kota Depok, Chandra Rahmansyah menjelaskan, kegiatan di Rumah Budaya Rawa Denok tersebut sebagai rangkaian dari Lebaran Depok 2025.
“Ya kegiatan hari ini bagian dari rangkaian Lebaran Depok tahun 2025, yang mana hari ini ada nyuci perabotan,” kata Chandra di lokasi.
Melalui berbagai pentas budaya dan peragaan tradisi ini, Chandra menilai banyak memberikan makna positif bagi masyarakat.
“Bahwa ini adalah kearifan lokal orang Depok di mana yang kemudian banyak memberikan arti dan makna positif di Kota Depok itu sendiri,” ujarnya. (m38)