Guru Besar UI
Guru Besar ke-6 UI Tahun 2025 Ungkap Google Earth Engine Dapat Pahami Ancaman Bencana Lebih Mendalam
Prof Tito Latif, Guru Besar ke-6 UI Tahun 2025 Ungkap Google Earth Engine Dapat Pahami Ancaman Bencana Lebih Mendalam dan Mitigasi Lebih Efektif
Saat ini, perkembangan teknologi geospasial telah mencapai tahap penggunaan platform cloud computing atau komputasi awan dalam proses pemetaan dan pengolahan data.
Salah satu platform tersebut adalah Google Earth Engine (GEE).
GEE adalah platform cloud computing yang memuat kumpulan big data spasial citra satelit selama lebih dari 40 tahun dengan kinerja komputasi tinggi yang diluncurkan pada tahun 2010.
Baca juga: Guru Besar FKG UI Sampaikan 12 Cara Jitu Menuju Indonesia Bebas Karies 2030
Platform ini mengelaborasikan big data, cloud computing dan artificial intelligence dalam proses analisis spasial dan bersifat open access platform.
“Secara keseluruhan, teknologi geospasial bukan hanya sekadar peta. Ia adalah kekuatan teknologi yang mampu mengintegrasikan data ruang dengan berbagai dimensi risiko dan resiliensi. Teknologi ini memungkinkan kita tidak hanya memahami ancaman secara lebih mendalam, tetapi juga merancang langkah mitigasi dan adaptasi yang lebih efektif," tutur Prof. Tito.
"Dalam konteks Indonesia yang rawan bencana, penguasaan teknologi ini bukan lagi sebuah opsi, melainkan kebutuhan mendesak untuk melindungi masyarakat dan lingkungan,” tambahnya.
Ia menekankan bahwa dalam menghadapi tantangan kebencanaan yang kian kompleks, Indonesia harus mampu mengintegrasikan tiga elemen utama, yaitu ruang, risiko, dan resiliensi.
Baca juga: Prof Supriatna Dikukuhkan Jadi Guru Besar Geografi FMIPA UI
Pemahaman yang mendalam mengenai karakteristik ruang atau wilayah yang rawan bencana, pemetaan risiko yang tepat, serta penguatan kapasitas resiliensi masyarakat adalah kunci utama dalam merancang strategi mitigasi yang lebih efektif dan adaptif.
“Penelitian dan pengabdian saya selama ini berfokus pada upaya untuk menghubungkan ketiga elemen ini dalam konteks nyata. Dengan riset yang mendalam, saya bersama tim mencoba memberikan solusi berbasis data yang dapat memperkuat ketangguhan masyarakat dan meminimalisir dampak bencana," papar Prof. Tito
"Namun, riset semata tidak cukup tanpa adanya implementasi langsung yang melibatkan masyarakat, pemerintah, dan pihak terkait lainnya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk berkolaborasi lebih erat dalam merancang kebijakan kebencanaan yang responsif dan berbasis pada pemahaman ruang, risiko dan resiliensi yang sinergis,” tuturnya.
Hingga saat ini, ia telah banyak meneliti dan menulis mengenai mitigasi dan adaptasi kebencanaan.
Beberapa karya ilmiahnya telah dipublikasikan, di antaranya berjudul Sintesis Strategi Dekarbonisasi di Wilayah IKN berbasis Proyeksi Above Ground Carbon Sequestration (AGC) Loss dan Identifikasi Local Initiative Berwawasan Lingkungan (2024).
Baca juga: Prof Supriatna Dikukuhkan Jadi Guru Besar Geografi FMIPA UI
Lalu, Wilayah Cimandiri Patahan dan Sekitarnya dilihat dari Perspektif Geografi Fisik (2024).
Flood Disaster Prediction Model Using Long Short-Term Memory (LSTM) in Pekalongan (2023).
Sebelum dikukuhkan menjadi guru besar UI, Prof. Tito telah menjalani pendidikan sarjana hingga doktor di UI.
Prof. Dwi Sosok Perencanaan Wilayah Berbasis Data Ilmiah yang Dikukuhkan Jadi Guru Besar ke-24 UI |
![]() |
---|
Sosok Guru Besar FEB UI Angkat Isu Perbudakan Modern, Ungkap Akuntansi Alat Perjuangkan Hak Pekerja |
![]() |
---|
Klinik Ortodonti RSKGM FKG UI Berikan Kepuasan, Prof Krisnawati: Perempuan Pentingkan Penampilan |
![]() |
---|
Guru Besar FKG UI: Sel Punca Bibir Langit-langit Jadi Harapan Masa Depan untuk Rekontruksi Tulang |
![]() |
---|
Guru Besar FKG UI Ungkap Penggunaan Teknologi 3D dalam Bedah Mulut Masih Hadapi Banyak Tantangan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.