Penelitian UI

Peneliti UI Ungkap Bakteri E.coli di Sungai Brangbiji Resisten Antibiotik, STBM Harus DIterapkan

Program Sanitasi Berbasis Masyarakat (STBM) harus diterapkan. Peneliti UI Ungkap Bakteri E.coli di Sungai Brangbiji Resisten Antibiotik.

Editor: dodi hasanuddin
Humas dan KIP UI
Peneliti UI Ungkap Bakteri E.coli di Sungai Brangbiji Resisten Antibiotik, STBM Harus DIterapkan 

Buang air besar sembarangan dan air limbah yang tidak diolah dapat mencemari pasokan air dan mendukung penyebaran penyakit diare seperti kolera.

Kaum rentan yang dapat terpapar penyakit kolera menurut UNICEF adalah anak-anak. Seperempat dari semua anak di bawah usia lima tahun di Indonesia menderita diare.

Baca juga: Dosen FEB UI Ungkap Cara Replikasi Kondisi Ekonomi Ramadan di Bulan Lain

Orang dewasa pun juga dapat terpapar diare akibat air untuk MCK sudah terkontaminasi oleh bakteri tinja, salah satunya E. coli.

Menurut Edi Nusantara, penelitian ini sejalan dengan hasil studi rutin yang telah dilakukan oleh Bappeda.

Ia juga menyampaikan informasi tambahan mengenai kondisi sosial budaya masyarakat peternak di bantaran
Sungai Brangbiji.

“Mayoritas suku yang tinggal di sepanjang Sungai Brangbiji bukan dari suku setempat, sehingga nilai-nilai dan norma yang diyakini berbeda dengan suku asli Samawa. Kondisi ini menyebabkan komunikasi dengan peternak yang tinggal di bantaran sungai sulit dilakukan.”

Bakteri E.coli Resistan Antibiotik

Salah satu anggota peneliti PSTL FTUI, Dr. Iftita Rahmatika, ST., M.Eng., menambahkan bahwa masyarakat
peternak maupun masyarakat umum yang tinggal di sekitar Sungai Brangbiji dapat terpapar bakteri asal tinja
yang sering dijumpai sebagai indikator kualitas air, yakni E. coli.

Bahkan saat ini E. coli yang resistan terhadap antibiotik, terutama yang berasal dari golongan beta laktam, secara langsung maupun tidak dapat memapar ke dalam tubuh manusia melalui pemakaian air sungai untuk MCK.

"Mereka yang terpapar akan sulit disembuhkan dengan pengobatan antibiotik yang biasa diberikan karena sudah mengalami kekebalan terhadap antibiotik, akibatnya resiko kematian semakin tinggi.”

Survei kualitas air dengan parameter E. coli yang resistan terhadap golongan beta laktam juga telah dilakukan
di titik-titik yang mewakili 7 Desa dilewati Sungai Brangbiji.

Baca juga: 2.105 Calon Mahasiswa UI Jalur SNBP 2024 dari 893 Sekolah di 38 Provinsi, Ada 265 Orang Pemegang KIP

Survei bertujuan untuk menguatkan dugaan tercemarnya Sungai Brangbiji akibat kegiatan kegiatan antropogenik.

Berdasarkan hasil survei tersebut, E. coli yang resistan terhadap golongan beta laktam ditemukan pada 24 persen titik survei.

Dekan FTUI, Prof. Dr. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU., berharap hasil penelitian tim dapat memberi
informasi bagi pemegang kebijakan program STBM.

Ada beberapa poin masukan dari tim perlu diperhatikan dan ditingkatkan kedepannya. Di antaranya komunikasi yang belum tepat mengenai penyadaran keberlanjutan program STBM terhadap masyarakat peternak maupun masyarakat umum di sepanjang Sungai Brangbiji.

Lalu, kurangnya aplikasi teknologi untuk penanganan ekskreta ternak. Dengan demikian pemegang kebijakan perlu
berkomitmen untuk mendanai program STBM yang berasal dari sumber anggaran pemerintah maupun nonpemerintah.

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved