Pemilu 2024
Quick Count Pilpres dan Pileg 2024 Litbang Kompas Gunakan Dana Sendiri, Hasil Dijamin Presisi
Dalam Quick Count Pilpres dan Pileg 2024 ini Litbang Kompas menugasi tim survei memantau 2.000 tempat pemungutan suara (TPS).
Penulis: Domu D. Ambarita | Editor: murtopo
Selanjutnya di Pulau Talaud, Sulawesi Utara, lokasi paling utara, serta dekat perbatan Indonesia dengan Papua Nugini.
Dari lima titik terluar dan perbatasan itu, tim interviewer Litbang Kompas akan menyampaikan laporan pandangan mata secara langsung dari lapangangan. Mereka akan laporan untuk Kompas.id dan Tribun Network.
Mengatasi kemungkinan kendala sinyal dari lokasi survei hitung cepat, petugas wajib mencari lokasi yang terkoneksi dengan sambungan sinyal telepon seluler.
“Petugas harus bergeser, untuk mencari tempat yang ada sinyal. Bisa 5 kilometer, bisa 10 kilometer baru kirim. Pokoknya harus bisa melaporkan, pada hari yang sama dengan pencoblosan,” ujar Kris.
Jika ada titik survei yang lokasinya benar-benar jauh sekali, dan waktu pengiriman lebih dari satu hari, maka Litrbang Kompas menyediakan alat komunikasi telepon satelit.
Sejauh ini, seorang interviewer di Papua menggunakan telepon satelit.
Untuk survei exit poll, Harian Kompas menyelenggarakan survei setelah pemilihan.
Tim survei akan mengambil 4 responden setiap TPS sampel, mereka yang telah selesai menggunakan hak pilih, dan baru saja meninggalkan bilik suara.
Dengan demikian, terdapat 8.000 responden yang diwawancarai petugas survei di 2.000 TPS.
Responden diambil secara acak, dengan jeda waktu masing-masing sekitar 30 menit. Responden jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Saat survei exit poll, interviewer akan menanya pemilih yang telah keluar dari TPS. Siapa capres/cawapres, dan partai apa yang dipilih. Pemilih dimintai alasan mengapa mencoblos pilihan.
Kris mengatakan, kredibilitas hasil Survei Litbang Kompas diakui banyak pihak atas pertimbangan beberapa hal. Pertama, pengalaman.
Litbang Kompas sudah berulang kali melakukan survei politik terkait Pemilu. Limbang Komps telah lima kali melakukan survei hitung cepat.
Pertama kali dilakukan saat Pemilu tahun 1997 di zaman Orde Baru. Saat itu, interviewer melibatkan jaringan wartawan Harian Kompas yang tersebar di banyak kota. Ketika itu, metode yang digunakan belum secanggih dan ilmiah quick count saat ini.
Selain punya pengalaman panjang, Litbang Kompas juga mandiri, Independen.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.