Pemilu 2024
Caleg PKN Dian Farizka Nilai Debat Cawapres Kedua Jadi Ajang Saling Mencela, Bukan Adu Gagasan
Wakil Sekjen Pimnas PKN ini menilai gaya Gibran Rakabuming, kurang begitu baik saat mengajukan pertanyaan dan memberi tanggapan.
Penulis: Hironimus Rama | Editor: murtopo
Laporan wartawan TribunnewsDepok.com Hiromimus Rama
TRIBUNNEWSDEPOK.COM, BOGOR - Calon anggota legislatif dari Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) daerah pemilihan Kota Depok-Kota Bekasi, Dian Farizka, menilai debat calon wakil presiden (cawapres) kedua pada Minggu (21/1/2024) menjadi ajang saling mencela, bukan adu gagasan.
Hal itu diungkapkan Dian dalam wawancara podcast dengan Tribun Network di Bogor pada Rabu (24/1/2024).
"Saya melihat para cawapres yang mengikuti debat kedua ini sama-sama bagus saat debat kemarin. Namun yang meresahkan saya adalah mereka saling menyerang dan mencela, bukan adu gagasan," ujarnya.
Dia menyampaikan para cawapres telah memaparkan visi misi dan program kerjanya dengan baik.
Baca juga: Kampanye di Jatiasih Bekasi, Dian Farizka Sebut Wakil Rakyat Harus Terjun Langsung ke Masyarakat
"Masalahnya cuma satu yaitu soal etika saat para cawapres saling memberikan pertanyaan ke sesama peserta debat," papar Dian.
Menurutnya, seharusnya panelis yang memberikan pertanyaan agar debat lebih terkontrol.
"Semua cawapres, Muhaimin Iskandar, Mahfud MD dan Gibran Rakabuming, adalah aset bangsa. Mereka orang-orang terpilih di negeri ini yang akan memimpin masa depan bangsa ini," jelas Dian.
Wakil Sekjen Pimnas PKN ini menilai gaya cawapres nomor urut dua, Gibran Rakabuming, kurang begitu baik saat mengajukan pertanyaan dan memberi tanggapan atas pendapat Mahfud MD dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin).
Baca juga: Datang ke Bekasi Selatan, Caleg DPR RI Dian Farizka Dengarkan Aspirasi Masyarakat
"Sebagai cawapres paling muda, Gibran seharusnya lebih menghormati orang yang lebih tua," imbuhnya.
Dian tidak melarang untuk berbeda pendapat atau mengajukan dissenting opinion tetapi harus mengedepankan etika.
"Kita harus saling menghargai, tidak boleh mencela," ungkapnya.
Salah satu bagian yang disorot Dian adalah momen Gibran menyindir Cak Imin yang terkesan membaca teks saat menyampaikan visi misi.
"Itu kan merendahkan orang. Biarkan saja orang membaca teks visi misi atau program kerjanya, tidak masalah. Tetapi jangan mencela," tuturnya.
Baca juga: Targetkan Kemenangan di Depok, Caleg DPR RI Dian Farizka Blusukan ke Pancoran Mas
Momen lain yang disorot Dian adalah soal pertanyaan Gibran ke Mahfud tentang greenflation.
"Pertanyaan jebakan seperti ini tidak boleh. Seharusnya dijelaskan dulu istilahnya baru dirumuskan pertanyaannya," tambahnya.
Menurut dia, jawaban Mahfud atas pertanyaan Gibran sebenarnya tidak salah karena greenflation itu terkait ekonomi hijau.
Lalu Gibran menanggapi jawaban Mahfud dengan menjelaskan demo rompi kuning di Prancis.
"Sebenarnya ini tidak ada korelasinya dengan greenflation. Kerusuhan di Prancis itu sebenarnya terkait pajak yabg tinggi, sementara gaji rendah. Disitulah muncul rompi kuning," bebernya.
Pria yang berprofesi sebagai pengacara ini menjelaskan dwmo rompi kuning muncul pada zaman Presiden Emanuel Macron tahun 2018.
"Kenapa pakai rompi kuning? Tujuannya agar lebih mudah diketahui ketika ada yang meninggal saat kerusuhan. Itu sejarahnya. Jadi penjelasan Gibran itu sebenarnya bukan soal greenflation tetapi greedflation. Makanya Mahfud mengatakan jawabannya itu ngawur," ungkap Dian.
Dia berharap debat cawapres harus lebih mengemukakan visi misi dan program kerja, bukan saling mencela.
"Jadi tidak perlu kita saling olok-olokan saat debat. Apalagi disaksikan ratusan juta warga Indonesia," tandas Dian.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.