Berita Universitas Indonesia

Ingatkan Dampak Bahaya Perubahan Iklim, ISER UI Minta Presiden Terpilih Kembangkan Green Energy

Pengembangan green energy di Indonesia bisa dimulai dari penggantian pembangkit listrik bahan bakar fosil dengan energi terbarukan.

Penulis: M. Rifqi Ibnumasy | Editor: murtopo
Tribunnewsdepok.com/Hironimus Rama
Kampus Universitas Indonesia di Depok, Jawa Barat. 

Laporan wartawan TribunnewsDepok.com, M Rifqi Ibnumasy

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, BEJI - Melalui berbagai riset dan penelitian, Institute for Sustainable Earth and Resources (ISER) Universitas Indonesia (UI) mengingatkan dampak bahaya perubahan iklim.

Lembaga yang memiliki fokus bidang riset perubahan iklim tersebut telah melakukan pelbagai penelitian terkait dampak perubahan iklim di Indonesia.

Menurut Kepala ISER UI, Jatna Supriatna, mimpi buruk sebagian wilayah Jakarta akan tenggelam pada tahun 2050 bukan ancaman tanpa data.

Dalam kurun waktu tujuh tahun kebelakang, suhu udara di wilayah Jakarta terus mengalami kenaikan yang tak wajar akibat perubahan iklim atau climate change.

Baca juga: Waspada Kondisi Iklim dan Cuaca di Indonesia Kerap Berubah, Ini Kata Wakil Direktur SIL UI

"Dulu cuaca Jakarta itu sekitar 29-31 derajat celcius, tapi sekarang bisa mencapai 33-37," kata Jatna saat ditemui di UI.

Selain itu, dampak perubahan iklim juga membuat keberadaan fauna dan flora di dunia terancam akan mengalami kepunahan.

Menurut Jatna, sejumlah hewan endemik di Amerika Serikat dalam beberapa tahun kebelakang mengalami kepunahan akibat dampak perubahan iklim.

"Karena habitatnya rusak, banyak hewan liar masuk ke pemukiman, misal gajah Sumatera masuk ke pemukiman karena kekurangan makanan," ujarnya.

Baca juga: UI Sebut Perubahan Iklim Akibat Pemanasaan Global, Energi Nuklir Termasuk Ramah Lingkungan

Kembangkan Green Energy

Untuk mengurangi dampak serius dari perubahan iklim, Jatna memandang perlunya mengembangkan green energy untuk menopang berbagai kebutuhan hidup.

Bahkan, negara-negara di dunia secara rutin mengadakan konferensi untuk membahas penanganan dan dampak dari perubahan iklim.

"Tidak ada masalah yang menjadi perhatian dunia kecuali perubahan iklim," ungkapnya.

Untuk itu, negara-negara di dunia perlu bersama-sama mengurangi emisi karbon yang disebabkan oleh efek gas rumah kaca.

Untuk mengurangi emisi karbon itu, negara-negara di dunia perlu mengembangkan green energy atau energi ramah lingkungan.

Untuk itu, presiden terpilih pada Pemilu 2024 mendatang perlu komitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sesuai anjuran PBB.

Baca juga: Mitigasi Perubahan Iklim Jadi Tanggung Jawab Bersama, Sektor Swasta Dukung Pemerintah Capai NEZ 2060

"Mengikuti pesta demokrasi kita tetap bersama PBB, bahwa Indonesia akan menurunkan rumah kaca sebesar 31persen," ujarnya.

Pengembangan green energy di Indonesia bisa dimulai dari penggantian pembangkit listrik bahan bakar fosil dengan energi terbarukan.

"Pembangkit listrik energi fosil bisa diubah dengan green energy misalnya dari kincir angin, hydropower atau pembangkit listrik tenaga air," ungkapnya.

Jatna juga mendukung langkah pemerintah untuk mengubah kendaraan berbahan bakar fosil dengan kendaraan ramah lingkungan berdaya listrik. (m38)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved