Penelitian UI

Guru Besar FEB UI Paparkan Kunci Kebijakan Moneter dan Keuangan Menuju Indonesia Emas 2045

Paparkan Kunci Kebijakan Moneter dan Keuangan Menuju Indonesia Emas 2045. Hal itu disampaikan Guru Besar FEB UI Prof. Dr. Telisa Aulia Falianty.

Penulis: Hironimus Rama | Editor: dodi hasanuddin
TribunnewsDepok.com/Hironimus Rama
Guru Besar FEB UI Paparkan Kunci Kebijakan Moneter dan Keuangan Menuju Indonesia Emas 2045 

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, BEJI - Universitas Indonesia (UI) mengukuhkan dua guru besar dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) di Balai Sidang, Kampus UI Depok, pada Sabtu (30/9/2023).

Prosesi pengukuhan dua guru besar ini dipimpin oleh Rektor UI Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D.

Salah satu guru beaar yang dikukuhkan kali ini adalah Prof. Dr. Telisa Aulia Falianty, S.E., M.E.

Prof. Telisa ditetapkan sebagai guru besar bidang Ilmu Ekonomi Moneter di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UI.

Baca juga: Lomba Foto dan Anugerah Pewarta Astra 2023, Dekan FISIP UI Ajak Peserta Gambarkan Format Masa Depan

Dalam acara tersebut, Prof. Telisa menyampaikan pidato pengukuhannya yang berjudul “Adaptasi Kebijakan Moneter dan Sektor Keuangan di Era Dekarbonisasi, Digitalisasi, Multipolar Currency, dan Transformasi: Menuju Indonesia Emas 2045”.

Dalam paparannya, Prof. Telisa mengatakan kebijakan moneter dan sektor keuangan sangat berperan penting untuk meminimalkan risiko-risiko dalam dunia perbankan/keuangan, serta memberi perlindungan terhadap dana masyarakat yang ada pada lembaga keuangan.

"Kebijakan moneter dan sektor keuangan harus responsif dan adaptif di tengah tantangan global dan nasional yang semakin kompleks," kata Prof. Telisa di Balai Sidang, Kampus UI Depok, pada Sabtu (30/9/2023).

Baca juga: Satu-satunya Universitas di Indonesia, UI Berada di Peringkat 1.000 Dunia Versi WUR 2024

Kebijakan yang adaptif sangat penting untuk mencapai stabilitas ekonomi, termasuk stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan.

Untuk itu, Prof. Telisa menyampaikan lima hal penting yang perlu diperhatikan untuk
kebijakan moneter dan keuangan menuju Indonesia Emas 2045.

Pertama, Kolaborasi harus diperkuat antara otoritas moneter dan sektor keuangan melalui transisi dari sisi konvensional ke arah digitalisasi dan juga ekonomi hijau.

Promosi terkait investasi rendah karbon dan kolaborasi dengan berbagai stakeholder merupakan hal yang penting untuk mengelola risiko terkait iklim.

Selain itu, pemerintah maupun masyarakat harus bersiap dengan perubahan sektor keuangan ke arah digitalisasi dengan memprioritaskan keamanan dan data privasi.

Baca juga: Dunia Pendidikan Berubah, UI Komitmen Kembangkan Riset Kolaborasi dengan Institute Teknologi Korsel

Kedua, kebijakan moneter dan sektor keuangan perlu menyesuaikan tren dekarbonisasi dan penerapan environmental social and governance (ESG) dengan mengukur dan menilai risiko
keuangan yang dapat timbul dari perubahan iklim dan ESG faktor lainnya.

Selain itu, perlunya menentukan strategi dan langkah-langkah kebijakan yang efektif untuk mengurangi risiko keuangan dari iklim perubahan dan faktor ESG lainnya.

Kemudian, perlu dipastikan bahwa otoritas moneter dan regulator sektor keuangan memahami dan menilai ruang lingkup dan ukuran dari risiko yang timbul untuk stabilitas keuangan dari tantangan sosial dan lembaga keuangan, serta menghindari terjadinya greenwashing.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved