Penelitian UI

Guru Besar FTUI Ciptakan Jamu Penghancur Plak Kolesterol di Pembuluh Darah

Ciptakan jamu penghancur plak kolesterol di pembuluh darah. Jamu tersebut dibuat Guru Besar Tetap FTUI Prof Dewi Tristantini.

Editor: dodi hasanuddin
Humas dan KIP UI
Guru Besar FTUI Ciptakan Jamu Penghancur Plak Kolesterol di Pembuluh Darah 

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, BEJI - Guru Besar FTUI ciptakan jamu penghancur plak kolesterol di pembuluh darah

Universitas Indonesia (UI) mengukuhkan Prof. Dewi Tristantini, Ph.D., sebagai Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Herbal dan Kosmetik, Fakultas Teknik (FT) UI. Seremoni pengukuhan dipimpin langsung oleh Rektor UI, Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D., di Makara Art Center (MAC), Kampus UI Depok, Rabu (5/7/2023).

Dalam pidato pengukuhannya, Prof. Dewi memberikan penjelasan tentang bagaimana biomassa yang ada di dunia ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja serta mendorong kemajuan bagi
industri herbal dan kosmetik di Indonesia.

Baca juga: 25 Tahun Reformasi, UI Kaji Keterwakilan Perempuan dalam Perpolitikan Indonesia

Baca juga: Inilah 7 Inovasi Mahasiswa FIA UI yang Dapat Bantuan Dana Kewirausahawan dari Kemendikbudristek

Ia mengatakan, biomassa adalah istilah yang digunakan untuk menyebut semua bahan organik yang berasal dari tanaman budidaya baik yang di darat maupun yang di laut serta semua sampah organik yang dapat dijadikan sumber bahan baku bagi industri makanan, obat herbal, kosmetik, dan lain-lain.

“Biomassa sangat baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia, karena bahan baku yang sangat melimpah ada di sekitar kita yang disebabkan oleh biodiversity Indonesia yang termasuk sepuluh besar di dunia. Pemanfaatan biodiversity yang melimpah tersebut, dapat menciptakan bahan-bahan organik inovatif terbarukan yang berpeluang sebagai pengganti bahan sintetik yang kurang ramah lingkungan,” ujar Prof. Dewi.

Banyaknya biodiversitas dan letak Indonesia sebagai daerah tropis, membuat Indonesia berpeluang
besar untuk memanfaatkan sumber daya alamnya yang melimpah.

Secara turun temurun, pemanfaatan herbal atau biomassa dipelajari dan dicatat yang kemudian menjadi dasar penting untuk pengobatan tradisional.

Prof. Dewi mengatakan, tanaman herbal dapat dimanfaatkan menjadi bahan obat dan kosmetik karena mengandung senyawa bioaktif yang berkhasiat, yang disebut senyawa fitokimia.

Hingga saat ini, ada sekitar 9.000 jenis senyawa fitokimia yang sudah teridentifikasi, tetapi baru sekitar 200 jenis yang dimanfaatkan untuk kesehatan dan kecantikan.

Baca juga: Kembanglkan Wawasan Secara Global, Vokasi UI Kolaborasi dengan IMI dan SFUVET SWISS

Baca juga: SKSG UI Lakukan Ini ke Pelaku UMKM Perkampungan Budaya Betawi, Setu Babakan agar Dapat Bertahan

Modernisasi pengembangan produk herbal dan kosmetik berbahan biomassa, memerlukan bantuan ilmu yang sifatnya rasionalitas, salah satunya adalah komputasi eksperimen.

Melalui komputasi eksperimen ini, akan memberikan beberapa manfaat, yaitu pertama, berupa dukungan pembuktian ilmiah akan khasiat/efikasi obat.

Kedua, berupa nilai keekonomian atau daya saing yang tinggi dari produksi, sehingga industri herbal dan kosmetik berbahan industri ini dapat berperan di tengah masyarakat yang terus berkembang.

Metode In Silico

Lebih lanjut Prof. Dewi menyampaikan, metode In Silico dengan teknik molecular docking simulation adalah cara untuk memprediksi interaksi antara senyawa obat/fitokimia (ligan) dengan protein target berupa enzim/reseptor.

Hal ini guna mengetahui khasiat obat/fitokimia tersebut sebelum dilakukannya analisis laboratorium. Untuk memprediksi khasiat/efikasi obat pada metode In Silico ini digunakan berbagai persamaan reaksi enzimatik.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved