Berita Jakarta

Bocah 4,5 Tahun di Jakarta Alami Gizi Buruk Sejak Usia 9 Bulan, Tak Pernah Dapat Bantuan Pemerintah

Siti Suwarni menceritakan, cucunya lahir pada tahun 2018 silam dalam keadaan normal dan sehat. Namun perkembangannya terhambat saat usia 9 bulan.

Editor: murtopo
Warta Kota/Miftahul Munir
Seorang bocah bernama Berlian Raditya (4,5) anak dari pasangan suami istri Tommy dan Rogati mengalami gizi buruk hingga mengakibatkan tak bisa berjalan hingga jari tangannya kaku. 

Laporan Wartawan Wartakotalolive.com, Miftahul Munir

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, TANJUNG DUREN - Seorang bocah bernama Berlian Raditya (4,5) anak dari pasangan suami istri Tommy dan Rogati mengalami gizi buruk hingga mengakibatkan tak bisa berjalan hingga jari tangannya kaku.

Ia hanya bisa duduk di stroler bayi, memandangi orang di sekitar rumah kontrakan.

Orangtuanya tinggal di Jalan Delima V RT11/RW05, Kelurahan Tanjung Duren Selatan, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Selatan.

Rumah kontrakannya bisa dibilang kumuh, bagian depan berjajar kandang ayam jago jenis bangkok.

Selain ayam, ada juga burung merpati yang lalu lalang terbang di atas rumah kontrakan. 

Kontrakam berlantai dua ini memang terlihat tak terawat, masuk ke dalam minim penerangan.

Posisi rumah kontrakan orangtua Berlian Raditya ada paling belakang, tak ada penghuni lain selain keluarga tersebut.

Lagi-lagi, pandangan mata kita disuguhkan dengan keadaan kumuh dan banyak dongdang atau pengurung ayam terbuat dari bambu.

Ayam jago berjajar sekira empat di dalam dongdang sisi kanan tempat tinggal Raditya.

Burung merpati itu terbang dan turun ke depan rumah seakan tak ada rasa takut dengan manusia di sekitarnya.

Barang rongsokan berada di depan rumah, ada karung berisi kaleng almunium bekas minuman yang dikumpulkan.

Nampak berantakan, dan ubin di depan rumahnya ini masih tanah. Raditya selalu berada di depan pintu rumahnya setiap hari dijaga oleh neneknya bernama Siti Suwarni.

Wanita berusia 60 tahun itu menceritakan, cucunya lahir pada tahun 2018 silam dalam keadaan normal dan sehat.

Namun, perkembangannya terhambat ketika usianya menginjak diangka sembilan bulan.

"Usia sembilan bulan itu dia sakit panas dan sempat kejang," tuturnya saat ditemui Wartakotalive.com, Selasa (21/2/2023).

Hidup dibawah garis kemiskinan, kedua orangtua Raditya termasuk Siti tidak bisa membawa ke rumah sakit.

Ia hanya diobati alakadarnya dan setelah peristiwa itu, Radity mulai tidak nafsu makan, berkurang minum susu.

Satu tahun usianya, sang anak mulai mengalami penyusutan berat badan dan orangtuanya ada rasa khawatir dengan kesehatan Raditya.

Bocah lelaki itu sempat dibawa ke Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan dengan harapan mengetahui penyebab penghambatan tumbuh kembang anak.

Namun, pihak dokter hanya memberikan obat saja dan juga menyatakan anaknya bakal sembuh serta bisa jalan jika sudah meminum obat.

Baca juga: Dirawat Empat Hari, Kondisi Bocah Penderita Gizi Buruk di Parung Panjang Berangsur Membaik

Sayangnya, gizi buruk yang dialami oleh Raditya ini tak ditangani secara baik hingga berakibat ke perkembangan anak.

"Sudah diurut ke sama ke mari kok enggak sembuh, pas dua tahun ketahuan alami gizi buruk karena badan habis dan enggak bisa jalan, sekarang tangan kaku," kata wanita berdaster biru.

Upaya yang dilakukan Siti saat tahu Cucunya alami Gizi Buruk

Siti sudah berusaha membawa cucunya itu berobat ke Puskesmas dan tukang urut.

Ia berharap, Raditya bisa normal seperti anak-anak normal pada umumnya.

Upaya yang dilakukan selalu tak pernah membuahkan hasil karena ia hanya dijanjikan dokter cucunya bakal bisa berjalan jika sudah minum obat.

Baca juga: Idap TBC, Anak Tujuh Tahun di Parung Panjang Alami Gizi Buruk

"Disaranin sama bidan bawa ke dokter Puskesmas sono sini, tidak ada perkembangannya," jelasnya.

Siti mengaku, terakhir menimbang berat badan cucunya sekira tiga bulan lalu yaitu 12 kilogram.

Tentunya berat badan Raditya tidak ideal karena pada umumnya anak seusianya memiliki berat badan 16 kilogram sampai 18 kilogram.

"Tiga bulan lalu 12 kilogram, saya enggak pernah nimbang lagi, saya enggak tahu idealnya," ungkapnya.

Tak pernah didatangi Pemerintah

Tommy dan Rogati serta Siti merupakan warga ber-KTP DKI Jakarta, tapi ia merasa kurang ada perhatian dari Pemerintah Provinsi DKI.

Selama anaknya alami gizi buruk, tidak ada petigas Kelurahan dan Kecamatan yang datang untuk membantu.

Padahal ia sangat membutuhkan ulurahan tangan dari petugas pemerintah agar gizi anaknya kembali dan bisa hidup normal.

"Harapan saya sih ingin sembuh, entah itu dibantu alat apa atau dibantu apa," kata Siti.

Apalagi, kedua orangtua Raditya tidak memiliki BPJS untuk berobat secara gratis di Puskesmas.

Sehingga, jika untuk biaya berobat setiap bulan kedokter atau alternatif orangtuanya tak memiliki biaya lebih.

Baca juga: Miris, Balita Gizi Buruk Ditemukan di Jantung Kota Jakarta, Ada Tiga Kasus Terdata di Sawah Besar

Tommy hanya bekerja sebagai tukang parkir dan istrinya bekerja serabutan asalkan bisa dapat uang untuk kebutuhan sehari-hari.

"Nikahnya kan siri (Tommy dan Rogati), jadi enggak ada BPJS, buku nikah saja tidak ada apalagi BPJS," ucap Siti.(m26)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved