Depok Hari Ini

Kembangkan Urban Farming, Warga Puri Depok Mas Ingin Bantu Pemkot Depok Atasi Masalah Sampah

lahan seluas 500 meter ditanami dengan berbagai tanaman buah, kolam ikan, kandang ayam, kandang burung dan tempat peternakan magot

Penulis: Hironimus Rama | Editor: Vini Rizki Amelia
TribunnewsDepok.com/Hironimus Rama
Bendahara RT 07/RW 20 Eko Roni mengecek kolam ikan di Farm Zoo 7 Puri Depok Mas, Kelurahan Pancoran Mas, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Sabtu (14/1/2023). 

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, PANCORAN MAS - Warga RT 07 Perumahan Puri Depok Mas, Kelurahan Pancoran Mas, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, sukses mengembangkan kegiatan urban farming dengan nama 'Farm Zoo 7' sejak 2021 lalu.

Memanfaatkan lahan kosong milik pengembang perumahan, warga melakukan berbagai aktivitas seperti mengolah sampah organik jadi magot, hingga beternak ikan dan ayam.

Pantauan TribunnewsDepok.com, lahan seluas 500 meter ditanami dengan berbagai tanaman buah, kolam ikan, kandang ayam, kandang burung dan tempat peternakan magot.

Selain itu, ada juga saung untuk pertemuan warga, dan toilet bagi pengunjung yang datang studi banding atau pun magang ke Farm Zoo 7.

Baca juga: Warga Puri Depok Mas Bangun Urban Farming, Manfaatkan Lahan Kosong Jadi Duit

Sejak dibangun pada 2021 lalu, kegiatan urban farming telah menghasilkan uang untuk kas RT dari hasil penjualan mahot, ikan dan ayam.

Eko Roni, Bendahara RT 07, mengatakan  konsep dasar dari kegiatan ini adalah ingin memberikan contoh dan menjadi pelopor pengolahan sampah di Kecamatan Pancoran Mas.

"Kami berharap inisiatif ini bisa ditularkan ke RT/RW lain di Kota Depok sehingga bisa membantu pemerintah kota mengatasi masalah sampah," kata Eko di Puri Depok Mas, Sabtu (14/1/2023).

Baca juga: Anaknya Mengidap Katarak Sejak Bayi dan Banyak Orang Tak Menerima, Asri Welas Tetap Tegar

Menurut dia, kapasitas tempat pembuangan sampah Kota Depok di Cipayung sudah penuh.

"Tinggi gunungan sampah sudah kayak Gunung Krakatau. Kalau kita bisa mengurangi 40-60 persen sampah, maka itu akan sangat membantu," ucapnya.

Eko menambahkan sampah itu identik dengan bau. Image ini yang ingin dihilangkan dengan kegiatan urban farming ini.

Baca juga: Promo Akhir Pekan di Kopi Kenangan Margo City Depok Bisa Kena 4 Pasal

"Sampah itu ternyata masih bisa dipergunakan, mulai dari hulu sampai hilir," paparnya.

Di hulu, lanjut dia, sampah organik bisa dikelola menjadi magot yang bisa digunakan sebagai pakan ikan atau ayam.

Selanjutnya, magot bisa diolah menjadi pelet yang bisa dijual ke orang yang melakukan budidaya burung, ayam atau ikan.

Baca juga: Promo Akhir Pekan Ini di Depok, Ace Hardware Tawarkan Hingga 70 Persen, Berakhir Besok

"Kalau semua warga Depok bisa mengolah sampah seperti ini betapa indahnya Depok," tuturnya.

Namun dia mengakui pihaknya belum bisa mengembangkan urban farming ini secara maksimal karena kendala lahan.

"Untuk pengembangan, kita terkendala dengan lahan yang masih dimiliki developer," imbuhnya.

Baca juga: Politisi PKS DKI Jakarta Tanggapi Positif Penerapan Jalan Berbayar, Ini Alasannya

Koordinator Teknis Lapangan Farm Zoo 7, Sahrudin Tambunan, menambahkan pihaknya mengolah sekira 30 kg sampah organik setiap hari untuk peternakan magot.

"Jumlah sampah itu masih kurang untuk magot sebesar itu. Kita butuh sekira 100-120 kg sampah organik setiap hari. Jadi kita masih ambil dari luar, baik dari warga atau pun pasar," ungkapnya.

Dengan sampah organik sebanyak ini, Farm Zoo 7 bisa memproduksi 10 kg magot 10 per hari.

Baca juga: Cerobong Asap Restoran Terbakar di Cakung, Kerugian Ditaksir Mencapai Rp 20 Juta

Sebagian magot dipakai untuk pakan ikan dan ayam yang ada di Farm Zoo 7 dan sebagian dijual ke pasar.

"Harga di pasaran sekitar Rp 8.000 per kg, tetapi kalau di komunitas Rp 5.000 per kg," tuturnya.

Selain magot, Farm Zoo 7 juga menjual ikan dan ayam kampung hasil budidaya sendiri.

Baca juga: Wakil Wali Kota Depok Ajak Warganya Ikut Pelatihan Kerja yang Digelar Disnaker Untuk Kembangkan Diri

"Kita jual ke warga di perumahan sini melalui wadah Puri Depok Market (PDM). Dua minggu lalu kita jual ayam kampung dan  habis terjual," jelasnya.

Meskipun secara ekonomi belum menguntungkan, Sahrudin menegaskan kegiatan urban farming ini ingin menjadi sarana pendidikan dan model bagi warga.

"Kalau dari sisi bisnis, mungkin 10 tahun lagi belum untung karena skalanya kecil. Tetapi tujuan kita kan ke arah pendidikan. Ada banyak yang datang belajar ke sini, mulai dari mahasiswa mahasiswa hingga PAUD dan komunitas," bebernya.

Baca juga: Wawancara Eksklusif KPU Kota Depok Mengenai Tantangan yang Akan Dihadapi Pada Pemilu 2024 Mendatang

Pengolahan sampah di urban farming Farm Zoo 7 ini dilakukan oleh dua tenaga kerja yang dibayar warga.

"Selain dari urunan warga, tenaga kerja ini dibayar dari hasil penjualan sampah daur ulang dan penjualan magot, ikan dan ayam," kata Sahrudin.

Untuk pengolahan sampah, lanjut dia, pihaknya memilah sampah jadi 3 bagian yaitu organik, anorganik yang masih bisa didaur ulang dan anorganik yang tidak bisa dipakai lagi.

Baca juga: Oknum Wartawan Pelaku Pemerasan di Leuwiliang Bogor Ditetapkan Jadi Tersangka

Sampah organik diolah jadi magot, sampah daur ulang dijual dan sampah anorganik yang tidak bisa dipakai lagi seperti styrofoam dan pampers dibuang ke tempat sampah umum.

"Dengan cara ini kita bisa reduksi sampah sampai 50 persen," jelas Sahrudin.

Dia berharap bisa menggandeng Pemkot Depok untuk mengembangkan aktivitas urban farming ini.

"Sejauh ini perhatian pemerintah Kota Depok untuk pengembangan urban farming ini belum begitu besar. Kita sudah pernah dapat ember dan timbangan. Semoga ke depannya makin meningkat kerja samanya," tandas Sahrudin.

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved