Covid Bogor
Lonjakan Covid-19 Meninggi, Warga Cileungsi Bogor Ini Pilih Isoman di Rumah
Untuk kedua kalinya, Nissa terpapar Covid-19. Ibu dari tiga orang anak ini kembali dinyatakan positif Covid-19 pada Ahad (6/2/2022), lalu.
Penulis: Alex Suban | Editor: murtopo
Laporan TribunnewsDepok.com, Muhamad Fajar Riyandanu
TRIBUNNEWSDEPOK.COM, DEPOK - Nissa (34), warga Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, untuk kedua kalinya harus menjalani isolasi mandiri di rumahnya.
Untuk kedua kalinya, Nissa terpapar Covid-19. Ibu dari tiga orang anak ini kembali dinyatakan positif Covid-19 pada Ahad (6/2/2022), lalu.
Sehari sebelumnya, ia melakukan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) karena merasakan bersin, demam dan pilek di sekujur tubuh.
Sebelum dinyatakan Positif Covid-19 melalui tes PCR, Nissa sempat bolak-balik dari sebuah rumah sakit di Kabupaten Bogor.
Baca juga: RSUD Kota Depok Kini Punya Tanki Oksigen Berkapasitas 10 Ton, Siap Hadapi Lonjakan Covid-19
"Minggu lalu suami saya masuk rumah sakit, terus dirawat kan karena DBD dan Tifus," kata Nissa saat dihubungi via sambungan telepon pada Selasa (8/2/2022), siang.
Selain pulang-balik rumah sakit, Nissa pun kerap kali singgah di kediaman kerabat suaminya yang terindikasi terpapar Covid-19.
"Gak tahu sih (terpaparnya) antara rumah kerabat suami saya atau rumah sakit. Tapi kalau di rumah sakit kemungkinannya kecil karena mereka tidak terima pasien Covid-19," sambung Nissa.
Saat ini, Nissa menjalani isolasi mandiri di rumahnya bersama suami dan dua orang anak.
Sementara, buah hatinya yang nomer tiga sedang dititipkan ke nenek dan kakeknya. "Karena bayi 11 bulan jadi saya titipkan ke orang tua saya," ujarnya.
Baca juga: Liburannya ke Turki Tuai Kontra, Pasha Ungu Pastikan Istri dan Anaknya dalam Keadaan Sehat
Nissa pun mengaku, saat ini, ia sudah tak mengalami gejala seburuk saat dirinya terpapar Covid-19 pada Juli 2021 lalu.
Nissa menceritakan, pada saat itu, dirinya sama sekali belum pernah disuntik vaksin.
Akibatnya, dirinya merasa lemas, sesak nafas, pusing berkepanjangan, badan nyeri, dan tenggorokan kering.
"Cuman bedanya, pas pertama kali terpapar, saya gak batuk dan flu," jelas Nissa.
Sementara, saat terpapar Covid-19 untuk kedua kalinya, Nissa mengaku hanya merasa flu dan batuk.
Gejala ini lebih ringan daripada gejala tahun lalu yang memaksa Nissa untuk istirahat total selama tiga minggu.
Baca juga: Bima Arya Minta Rumah Sakit di Kota Bogor Jadikan Tempat Tidur Umum untuk Pasien Covid-19
"Yang sekarang gejalanya lebih ringan, hanya flu dan batuk, demam gak ada. Saya minum paracetamol sudah membaik," aku Nissa.
Sama seperti tahun lalu, di tengah badai Omicron, Nissa memilih isolasi mandiri di rumah.
Ia menyebut, selagi masih diperbolehkan untuk menjalani isolasi mandiri di rumahnya, ia akan jalani imbauan tersebut.
Walau begitu, Nissa dan keluarga tetap melaporkan hal tersebut kepada pihak RT.
Bedanya, saat menjalani isolasi mandiri pertama pada Juli tahun lalu, dirinya mendapat pengawasan intersif dari puskesmas selama 14 hari.
Baca juga: Graha Wisata Ragunan Siap Jadi Tempat Isolasi Pasien Covid-19 Tanpa Gejala
"Kalau isolasi yang kedua ini belum tahu nih (pengawasan puskesmas). Karena baru lapor RT kemarin kan," cerita Nissa.
Lebih lanjut, saat menjalani isolasi mandiri di periode pertama, dirinya harus memisahkan diri dengan suami dan anak-anaknya serta tidur di kamar yang terpisah.
"Trus saat di kamar mandi peralatan mandinya saya pisah. Habis mandi langsung saya bawa, jadi kayak anak kos gitu. Selesai mandi langsung saya bawa lagi ke kamar. Saya semprot cairan disinfektan," kenangnya.
Sementara pada masa isolasi mandiri periode dua, dirinya merasa lebih longgar dalam menerapkan pembatasan di rumahnya.
Hal yang wajib dilakukan kini hanya selalu mengenakan masker.
"Kalau sekarang lebih biasa aja sih. Karena paling saya maskeran saja. Gak seketat tahun lalu, tahun lalu saya pakai sarung tangan gitu Karena biar gak sentuh barang yang dipakai bersama seperti pintu kamar mandi," papar Nissa.
Melansir laporan harian dari Pusat Informasi dan Koordinasi Provinsi Jawa Barat (Pikobar) per tanggal 7 Februari 2022, di Kabupaten Bogor ada 686 tambahan kasus konfirmasi Covid-19, dengan 497 orang yang menjalani isolasi atau dalam perawatan.
Sementara ketersediaan tempat tidur di Kabupaten Bogor sudah terisi sebanyak 481 atau 51.94 persen dari total 926 tempat tidur yang tersedia.
Baca juga: Update Covid-19 di Kabupaten Bogor, Kini Mencapai 8.173 Orang, Tambahan 711 Kasus Positif Baru
Putus mutasi dengan vaksin
Sementara itu, menurut Epidemiolog Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono, mayoritas warga yang terpapar Covid-19 kemungkinan besar terserang varian Omicron.
Menurutnya, varian Omicron lebih menular daripada varian Delta namun di sisi lain, memiliki tingkat keparahan dan gejala yang lebih ringan dari varian Delta.
"Misalnya peningkatan kasusnya 1000, mungkin yang masuk rumah sakit 50 orang," kata Pandu saat dihubungi via sambungan telepon pada Selasa (8/2/2022), siang.
Lebih lanjut, Pandu menilai, bagi warga yang terpapar Covid-19 dengan gejala ringan atau tanpa gejala, disarankan untuk isolasi mandiri di rumah tanpa harus ke menjalani isolasi di rumah sakit.
"Istirahat di rumah seminggu cukup. Rumah sakit itu hanya berat, yang butuh bantuan medis," sambungnya.
Ia pun berharap, seluruh warga yang belum menerima vaksin segera datang ke sentra vaksinasi. Termasuk mereka yang sudah berhak memperoleh vaksin booster atau dosis ketiga.
Hal ini, ujar Pandu, dimaksudkan untuk mencegah potensi mutasi varian Covid-19. "Kalau semua sudah vaksin mungkin (potensi mutasi) berkurang. Karena masih ada sejumlah warga di Indonesia dan dunia yang belum vaksinasi. Mutasi kan bisa terjadi di mana saja. Omicron ini kan dari Afrika," paparnya.
Perihal potensi adanya mutasi varian baru, ada tiga hal yang menjadi kekhawatiran, yakni tingkat penularan yang bertambah atau berkurang, tingkat keparahan, dan tingkat kekebalan terhadap antibodi atau sistem imun tubuh.
"Itu yang tiap kali kita khawatirkan dari mutasi baru. Memang ada potensi, karena karakteristik virusnya seperti itu. Jadi virus ini sangat mudah bermutasi. Jadi tidak selalu bisa lebih lemah. Tapi Mutasinya kita gak tahu varian barunya seperti apa dan kapan.
"Yang penting yang belum vaksin booster segera dibooster, kalau beraktivitas harap pakai masker yang betul. Karena vaksinasi mencegah supaya gejala tidak menjadi berat. Sedangkan untuk mencegah penularan pakai masker yang benar," tukas Pandu. (M29)