Prestasi UI

3 Mahasiswa Arsitektur UI Usung Narana Shelter, Kalahkan 350 Karya Lain dari Seluruh Dunia

Usung Narana Shelter 3 mahasiswa Fakultas Teknik Arsiktektur UI kalahkan 350 karya lain dari seluruh dunia.

Penulis: dodi hasanuddin | Editor: dodi hasanuddin
Dok. Humas dan KIP UI
3 Mahasiswa Arsitektur UI Usung Narana Shelter, Kalahkan 350 Karya Lain dari Seluruh Dunia. 

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, PANCORAN MAS - 3 mahasiswa arsitektur UI usung Narana Shelter, kalahkan 350 karya lain dari seluruh dunia.

Rekonstruksi dan pemulihan pascabencana merupakan hal yang kompleks dan menimbulkan banyak tantangan bagi masyarakat yang mengalaminya, dan bagi pemerintah. 

Baca juga: UI Bawakan Kebutuhan Pendidikan dan Asupan Gizi Siswa SD Korban Erupsi Semeru di Lumajang

Saat terjadi bencana yang meluluhlantakkan rumah yang didiami, maka kebutuhan akan tempat tinggal sangat mendesak.

Tiga mahasiswa Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) angkatan 2018, mencoba menjawab kebutuhan akan desain shelter untuk daerah bencana, yang mereka beri nama “Narana Shelter.”

Ia dapat dibangun hanya dalam waktu enam jam.

Baca juga: UI Catat Sejarah di Tahun 2022 Jadi Perguruan Tinggi Teratas di Indonesia dan 9 di Asia Tenggara

Desain Narana Shelter menyingkirkan 350 karya lain dari seluruh dunia pada kompetisi yang diselenggarakan oleh Mango Architecture (15 Juni – 15 Desember 2021) dengan tema “Disaster Relief Shelter-Reinventing the Tents”.

Narana Shelter merupakan hunian modular adaptif yang memungkinkan penyesuaian dan pertumbuhan sesuai dengan fase kebutuhan para penyintas.

Shelter tersebut mempertahankan identitas komunitas dengan menghargai lokalitas dan budaya, menyediakan tempat yang aman, dan dapat dengan mudah dirakit dan dibongkar.

Tim FTUI yang berkompetisi di ajang tersebut terdiri dari Ariq Dhia Athallah, Gusti Ayu Putu Nadya, dan Nadya Fatin Nur Rahma Sultan.

Mereka dibimbing oleh dosen Departemen Arsitektur FTUI dan arsitek profesional, yaitu Ir. Evawani Ellisa, M.Eng., Ph.D.

Kemudian Baiq Lisa Wahyulina, S.T., M.Ars., IAI dan Farrell Jeremiah, S.Ars.

Tim ini berhasil meraih juara 1 sayembara arsitektur berskala internasional ‘Disaster Relief Shelter’, untuk kategori mitigasi bencana kota-kota di India.

Baca juga: Dosen UI Ungkap Nasib Perawat, Sosoknya Dibutuhkan Namun Belum Digaji Layak Saat Ini

Evawani Ellisa yang dikenal sebagai pakar perancangan kota memaparkan bahwa meskipun desain shelter Narana dilombakan untuk penyediaan shelter bencana di kota-kota India, akan tetapi desain ini juga sangat cocok untuk digunakan di Indonesia.

Selain kesamaan iklim, masyarakat India dan Indonesia memiliki kesamaan dalam hal eratnya identifikasi individu terhadap budaya lokal. 

"Untuk penggunaan di Indonesia, kain saree dapat digantikan dengan kain batik nusantara, yang juga merupakan salah satu identitas kebanggaan masyarakat Indonesia," ujarnya.

Penuhi Kelangsungan Hidup Biologis

Ariq Dhia Athallah menyatakan bahwa Shelter yang tidak memperhatikan kearifan lokal, justru dapat menimbulkan dampak negatif bagi para korban bencana.

Kesepian dan rasa putus asa, dapat timbul pada korban bencana alam, yang merasa terputus dari identitas mereka sebagai bagian dari suatu komunitas,

"Untuk menghindari dampak negatif tersebut, maka shelter dirancang untuk memenuhi kebutuhan dasar kelangsungan hidup biologis individu, juga mempertahankan identitas dalam komunitas,” kata Ariq.

Baca juga: LD FEB UI Ungkap Penelitian Cara Pandang Pemuda Terhadap Usaha di Bidang Pertanian

Gusti Ayu menambahkan bahwa shelter darurat harus dapat dibangun sepraktis mungkin. Oleh karena itu, kami memiliki ide untuk merancang shelter modular yang dibangun dengan memanfaatkan mekanisme permukaan sebagai strategi utama kami.

"Kami membuat desain struktur bangunan dan sistem darurat yang komprehensif untuk komunitas yang berkelanjutan,” ujar Gusti Ayu.

Sementara itu, Nadya Fatin Nur Rahma Sultan menyebutkan bahwa pihaknya menggunakan kain saree sebagai bagian dari desain shelter Narana.

Saree telah mengakar ke dalam budaya India sejak 2800-1800 SM. Seiring waktu, setiap wilayah India telah mengembangkan gaya saree-nya sendiri.

Baca juga: FIA UI Lakukan Penguatan Kelompok Tani Megamendung Bogor, Terungkap 3 Kunci Sukses Berbisnis Kopi

Kain saree merupakan salah satu benang merah yang menghubungkan identitas dan kebudayaan India secara keseluruhan.

Saree lebih dari sekadar pakaian atau kain. Saree mewakili keakraban, identitas, dan rasa memiliki bagi masyarakat India.

Kain saree dapat digunakan dalam desain shelter sebagai pembatas antar ruangan dan lapisan atap. Kain saree memiliki karakteristik yang aerodinamis, dapat menyaring cahaya, berfungsi sebagai penutup, memberikan kehangatan saat malam dan sekaligus menaungi dari iklim panas India. 

Karakteristik kain saree memungkinkan sirkulasi udara yang dinamis antar ruang di dalam shelter. Selain menggunakan kain saree utuh, pengembangan shelter Narana juga memungkinkan penggunaan kain saree daur ulang yang tidak terpakai, sobek, atau rusak, dengan teknik menganyam.

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved