Nasional

Luhut Binsar Pandjaitan: Terbukti Terima Duit PCR, Saya Resign, Gitu Aja Repot

Menteri Koordinato Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan siap resign bila terbukti terima uang dari bisnis PCR.

Editor: dodi hasanuddin
Istimewa
Luhut Binsar Pandjaitan: Terbukti Terima Duit PCR, Saya Resign, Gitu Aja Repot. 

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, JAKARTA - Luhut Binsar Pandjaitan: terbukti terima duit PCR, saya resign, gitu aja repot.

Ribut-ribut soal turunnya harga tes PCR menuai banyak komentar masyarakat.

Banyak yang mempertanyakan tarif PCR di awal pandemi Covid-19 yang begitu selangit dan kini harganya tiba-tiba miring mencapai Rp 300.000 dengan masa berlaku 3x24 jam.

Baca juga: Mahasiswa FT UI Depok Temukan Sistem Pengolahan Sampah Medis Hanya dengan Menggunakan Handphone

Tidak sedikit masyarakat yang menuding terjadinya permainan soal tarif PCR.

Bahkan, ada yang menyoroti dibalik mahalnya harga tes PCR melibatkan tokoh penting di Indonesia.

Salah satunya adalah Luhut Binsar Pandjaitan.

Baca juga: Cuaca Depok Hari Ini Sabtu 13 November, Prakiraan BMKG: Waspada Hujan Petir Sampai Malam Hari

Mendapat tudingan tersebut Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memberikan pernyataan terbuka.

Dilansir dari Tribunnews.com, Luhut bicara blak-blakan soal tudingan tersebut.

Luhut menyatakan bahwa ia siap mundur, bila terbukti menerima uang dari bisnis tes PCR melalui PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI).

"Kalau saya (terbukti) terima duitnya, saya resign, gampang saja itu."

"Gitu aja repot," kata Luhut dalam wawancara dengan CNN TV, Jumat (12/11/2021).

Bantu Pengadaan Tes PCR

Luhut menjelaskan, pendirian PT GSI diinisiasi sejumlah perusahaan-perusahaan milik konglomerat pada tahun lalu.

Tujuannya adalah ingin membantu pengadaan tes PCR di tanah air yang saat itu terus mengimpor.

Saat itu permintaan tes PCR saat itu terbilang tinggi, berada di kisaran 5-7 juta per minggu.

Baca juga: Andi Arsyil Keringatan Ditanya soal Pacar saat Hadiri Pernikahan Ria Ricis dan Teuku Ryan

Karena itu, PT GSI didirikan sebagai usaha sosial tanpa menarik keuntungan.

Dia mengaku menaruh sejumlah uang untuk turut membantu pendirian PT GSI tersebut.

Maksudnya, ia mengharapkan perusahaan itu dapat membantu memenuhi permintaan tes PCR yang sangat tinggi.

"Karena kekurangan PCR ada 7-8 perusahaan, itu mau bikin usaha sosial tidak ada deviden untuk membantu PCR ini, yang bisa 15 ribu sekali putar satu hari."

'Pak, Bapak nyumbang katanya, ya saya nyumbang," ungkapnya.

Baca juga: Puluhan Tahun Hidup Dirumah Tak Layak Huni, Agus Sumari Akhirnya Dapat Bantuan Rehabsos RTLH

Luhut membantah menerima uang atau keuntungan dari PT GSI.

Dia juga membantah menerima keuntungan dari PT GSI melalui perusahaan miliknya, PT Toba Sejahtera dan PT Toba Bumi Energi.

Luhut juga mengaku siap diaudit oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) ataupun diperiksa oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait tudingan tersebut.

"Oh, siap dari awal."

"Tidak ada ke kantong saya satu peser pun."

"Nah, buat saya itu untuk apa sih?"

"Wong duit saya dari bisnis saya cukup hidup, kok."

"Saya nyumbangin tuh karena betul-betul ya kemanusiaan. Itu saja," tuturnya.

Luhut mengaku heran dengan tudingan bisnis tes PCR yang dialamatkan kepadanya.

Luhut mengklaim tidak mungkin mengambil keuntungan pribadi dalam hal kemanusiaan.

"Saya bukan orang baik, banyak juga dosa saya."

"Tapi saya pikir saya enggak sampai sejahat itulah, untuk memanfaatkan jabatan saya untuk keuntungan pribadi."

"Saya pikir sih belumlah. Enggaklah," ucapnya.

Klarifikasi Luhut

Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan dirinya tak pernah sedikit pun mengambil keuntungan pribadi dari bisnis PT Genomik Solidaritas Indonesia.

Baca juga: Megan Domani Menantang Diri Jadi Wanita Tegas dan Bawel di Sinetron My Friend My Enemy

Hal itu ditegaskan Luhut, menyangkut dugaan dirinya mendapat keuntungan lewat bisnis tes PCR Covid-19.

"Saya ingin menegaskan beberapa hal lewat tulisan ini."

"Pertama, saya tidak pernah sedikit pun mengambil keuntungan pribadi dari bisnis yang dijalankan PT Genomik Solidaritas Indonesia," tulis Luhut melalui unggahan di media sosial Instagram @luhut.pandjaitan, Kamis (4/11/2021).

Luhut menambahkan, pada masa-masa awal pandemi tahun lalu, Indonesia masih terkendala dalam hal penyediaan tes Covid-19 untuk masyarakat.

Baca juga: Salah Tulis Nama di Buku Nikah, Berikut Ini Cara dan Syarat untuk Perbaikannya

GSI (PT Genomik Solidaritas Indonesia) ini tujuannya bukan untuk mencari profit bagi para pemegang saham.

"Sesuai namanya, Genomik Solidaritas Indonesia, memang ini adalah kewirausahaan sosial, sehingga tidak sepenuhnya bisa diberikan secara gratis," tambah Luhut.

Ia juga menyebut, partisipasi yang diberikan melalui Toba Bumi Energi merupakan wujud bantuan yang diinisiasi oleh rekan-rekan dari Grup Indika, Adaro, Northstar, dan lain-lain, yang sepakat bersama-sama membantu penyediaan fasilitas tes Covid-19 dengan kapasitas yang besar.

"Bantuan melalui perusahaan tersebut merupakan upaya keterbukaan yang dilakukan sejak awal," terangnya.

Luhut pun menjelaskan alasannya tak menggunakan nama yayasan.

Baca juga: Kakak Sebut Ria Ricis Jalani Pernikahan dengan Kondisi Tidak Sehat

Menurutnya, memang bantuan yang tersedia berasal dari perusahaan, dan memang tidak ada yang disembunyikan di situ.

Kedua, lanjut Luhut, hingga saat ini tidak ada pembagian keuntungan baik dalam bentuk dividen maupun dalam bentuk lain kepada pemegang sahamnya.

Luhut menyebut, keuntungan GSI justru banyak digunakan untuk memberikan tes swab gratis kepada masyarakat yang kurang mampu dan tenaga kesehatan di garda terdepan, termasuk di RSDC Wisma Atlet.

"Saya juga selalu mendorong agar harga tes PCR bisa diturunkan, sehingga dapat terus menjangkau masyarakat yang membutuhkan."

"Pun ketika kasus menurun awal September lalu, saya juga yang meminta agar penggunaan antigen dapat diterapkan pada beberapa moda transportasi, yang sebelumnya menggunakan PCR sebagai persyaratan utama," papar Luhut.

Baca juga: Buka MTQ Kabupaten Bogor, Wabup Iwan Berharap Jadi Sarana Membangun Generasi Qurani

Ia juga mengatakan, pemberlakuan aturan PCR yang diberlakukan kemarin, karena melihat adanya peningkatan risiko penularan akibat peningkatan mobilitas di Jawa-Bali dan penurunan displin protokol kesehatan.

"Sejujurnya saya tidak pernah terbiasa untuk melaporkan atau menunjukkan segala bentuk perbuatan yang bersifat donasi seperti ini."

"Karena bagi saya jika tangan kanan memberi, tangan kiri tak perlu tahu," tulisnya lagi.

Namun, Luhut berkesimpulan harus menjelaskan dengan detail sesuai fakta yang ada, dikarenakan ada disinformasi yang efeknya tidak hanya menimbulkan kegaduhan.

Tetapi, juga memunculkan ketakutan bagi mereka yang punya niat tulus dan semangat solidaritas tinggi untuk melihat negeri ini bangkit lalu pulih dari pandemi.

"Saya terus berharap agar semangat solidaritas yang digalang oleh berbagai pihak untuk menanggulangi pandemi, bisa bermanfaat bagi pulihnya NKRI."

"Dan bukankah itu semua harapan kita bersama selama ini?" Paparnya.

Baca juga: Rilis Single Kedua Bersama, Irma Darmawangsa dan Irfan Sbaztian Akui Penuhi Permintaan Fans

Sebelumnya, media sosial diramaikan dengan informasi dugaan keterlibatan sejumlah pejabat di kabinet, dalam pengadaan alat kesehatan untuk penanganan pandemi.

Mantan Direktur Publikasi dan Pendidikan Publik Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Agustinus Edy Kristianto, mengungkapkan sejumlah nama menteri yang disebut terafiliasi dengan bisnis tes Covid-19, baik PCR maupun antigen.

Dalam Facebook pribadinya, Edy menyebut sejumlah nama, yakni Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, dan Menteri BUMN Erick Thohir.

Baca juga: Angelica Simperler Kembali ke Dunia Akting Setelah Satu Tahun Vakum Usai Melahirkan

Kedua menteri ini diduga terlibat dalam pendirian perusahaan penyedia jasa tes Covid-19, PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI).

Edy menerangkan, PT GSI lahir dari PT Toba Bumi Energi dan PT Toba Sejahtra, anak PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) yang sebagian kecil sahamnya dimiliki oleh Luhut.

PT GSI juga dilahirkan oleh PT Yayasan Adaro Bangun Negeri yang berkaitan dengan PT Adaro Energy Tbk (ADRO), 6,18 persen sahamnya dimiliki Boy Thohir, yang tak lain adalah saudara dari Erick Thohir.

(Tribunnews/Wartakotalive/Igman Ibrahim/Yaspen Martinus)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved