Demo di DPR

10 Orang Tewas Demo DPR, Sosok Pelajar SMK Tangerang, Reza Indragiri Beri Catatan untuk Polisi

10 Orang Tewas Demo DPR, Sosok Pelajar SMK Tangerang, Reza Indragiri Beri Catatan untuk Polisi

|
Penulis: M. Rifqi Ibnumasy | Editor: dodi hasanuddin
Istimewa
PEMAKAMAN ANDIKA - Andika Lutfi Falah (16) siswa SMKN 14 Tangerang meninggal dunia saat demo DPR RI. Andika warga Perumahan Puri Bidara RT 02/06, Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Banten, telah dimakamkan di TPU Puri. 

Hingga akhirnya pada Sabtu 30 Agustus 2025, Andika diketahui pihak keluarga melalui media sosial tengah berada di RS Mintohardjo, Jakarta Pusat, dalam keadaan kritis.

Andika mengalami koma sejak Jumat 29 Agustus saat baru pertama dibawa ke RS Mintohardjo.

Baca juga: Kronologis Pelajar di Tangerang Meninggal Dunia saat Ikut Demo di DPR RI

Berdasarkan informasi dari tim medis, Andika kritis karena tempurung belakang kepalanya retak.

Pihak keluarga menduga retaknya tempurung kepala Andika lantaran terkena hantaman benda tumpul.

Kendati demikian, Sugiono tak mengetahui lebih jelas apa yang sebenarnya dialami Andika saat ikut unjuk rasa.

Bagaimana sosok Andika?

Ayah Andika, Abdul Ghofur, menjelaskan, anaknya tipikal anak yang periang dan suka bersosialisasi, tak ayal Andika memiliki banyak sekali teman.

Hal ini membuat jenazah Andika baru sampai ke Kabupaten Tangerang disambut oleh banyak temannya.

Andika juga gemar mendaki gunung sejak sejak kelas 3 SMP. Meski hobi mendaki gunung, Andika tak pernah menyusahkan orangtuanya.

Baca juga: Pengemudi Mobil Rantis Brimob yang Tabrak Ojol Hingga Tewas Kena Sanksi Berat, Terancam Dipecat

Dia akan menabung terlebih dahulu demi mewujudkan keinginannya.

"Kalau mau mendaki pasti nabung dulu, enggak pernah minta orangtua, kayanya semua gunung di Jawa sudah pernah dia datangi," ucap Abdul.

Abdul menuturkan sang anak tak memiliki cita-cita yang spesifik, Andika hanya berkeinginan untuk sukses dan bisa membahagiakan orangtuanya.

"Cita-citanya cuma satu, dia cuma ingin menjadi orang yang sukses agar bisa membahagiakan orangtuanya," katanya.

Catatan Reza Giri untuk Polisi

 Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri memberikan tanggapan terkait penyebab aksi demonstrasi yang berujung tindakan anarkis dan pengrusakan di sejumlah daerah. 

Menurut Reza, fenomena psikologi massa secara alami memang cenderung bereskalasi ke titik destruktif atau merusak. 

Dalam kasus demonstrasi yang terjadi beberapa waktu lalu, cara kerja polisi dalam melakukan pengamanan dinilai berkontribusi memicu perilaku destruktif massa.

Reza Indragiri Amriel, Ahli Psikologi Forensik yang memberikan pandangan soal kasus KDRT di Kota Depok yang menjadikan pasangan suami-istri sebagai tersangka
Reza Indragiri Amriel, Ahli Psikologi Forensik yang memberikan pandangan soal kasus KDRT di Kota Depok yang menjadikan pasangan suami-istri sebagai tersangka (Istimewa)

Secara alami, fenomena psikologi massa memang cenderung bereskalasi ke titik destruktif.

“Perilaku destruktif massa bahkan mendapat kontribusi dari cara kerja polisi dalam melakukan pengamanan,” kata Reza saat dihubungi TribunnewsDepok.com,  Selasa (2/9/2025).

Reza menilai, penggunaan perlengkapan ala robocop, dapat melipatgandakan emosi massa. Ketika emosi massa naik, polisi juga semakin agresif. 

“Begitu terus sampai meledak. Ledakannya bisa diarahkan ke polisi atau pun displacement ke objek pengganti (gedung, fasilitas umum, dll),” ungkapnya. 

Selain itu, aksi brutal polisi dan tindak-tanduk politisi dominan dijumpai pada ribuan aksi unjuk rasa yang diwarnai kekerasan. 

“Brutalitas polisi dan tindak-tanduk politisi memang dua dari sejumlah tema yang dominan dijumpai pada ribuan aksi unjuk rasa yang diwarnai kekerasan. Itu simpulan hasil studi di ratusan negara selama belasan tahun,” ujarnya. 

“Secara manipulatif, alur alami di atas bisa by design dipantik, dipercepat, diperluas, dan dibikin beragam,” sambungnya. 

Baca juga: 5 Poin Pernyataan Sikap Aliansi Bem Se-UI, Tuntut Pertanggungjawaban Presiden Prabowo

Reza menambahkan, dalam situasi unjuk rasa, kehadiran polisi memang selalu memunculkan dilema. 

Mereka datang dengan tugas pengamanan unjuk rasa agar berlangsung konstruktif seperti perkataan Kapolri. 

Tapi, pada saat yang sama, kehadiran polisi dan pola kerja mereka justru berefek bola salju.

Melihat hal tersebut, Reza mengusulkan agar mengerahkan polwan dalam jumlah lebih banyak daripada polisi pria. 

Menurut studi, polwan punya kemampuan komunikasi yang lebih efektif dan lebih menenangkan. Potensi tersebut dapat dimanfaatkan untuk pengendalian massa. 

“Tinggal buktikan saja ungkapan "kesetaraan gender di segala bidang". Semoga mujarab dalam mengawal demonstrasi agar tidak menjadi huru-hara,” pungkasnya. 

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved