Legislasi DPR
RUU Keamanan dan Ketahanan Siber Dinilai Menjadi Ancaman Terhadap Demokrasi
FIB menggelar diskusi publik tentang Problematika RUU Keamanan dan Ketahanan Siber: Bahaya Militerisasi Ruang Sipil di Kampus UI Depok, Jawa Barat
Penulis: Hironimus Rama | Editor: Hironimus Rama
Al Araf berpendapat kekuasaan dan negara tidak bisa membangun kebutuhan-kebutuhan warga negara tentang ruang siber dan bagaimana individunya bisa dilindungi. Justru negara masuk ke dalam ruang privasi masyarakat karena ujungnya pasti akan melindungi kekuasaan.
"Rencana Pembahasan dan Pengesahan RUU KKS dianggap sebagai ancaman serius bagi kehidupan demokrasi," ungkapnya.
Ia menjelaskan konsep sekuritisasi merupakan versi ekstrem dari politisasi di mana pemerintah otoriter menyelesaikan masalah secara koersif di luar batas demokrasi dan demi menjaga keamanan, mendeligitimasi solusi-solusi jangka panjang dan negosiasi.
"Keterlibatan TNI dalam ranah sipil akan selalu merusak situasi demokrasi karena militer bukanlah penegak hukum," papar Al Araf.
Senada, Rusli Cahyadi selaku Akademisi FISIP UI, melihat ruang siber sebagai arena ancaman, sedangkan warga negara melihat ruang siber sebagai ruang sosial (tempat untuk jual beli, silaturahmi dan hiburan. Akibatnya hukum bicara bahasa perang, sedangkan warga hidup dalam logika konektivitas.
"RUU KKS melindungi sistem tapi lupa untuk menguatkan manusia. Negara melihat ruang siber sebagai arena pertempuran dan warga sebagai objek pengawasan, sehingga RUU hanya melindungi sistem tetapi lupa menguatkan manusia," tuturnya.
Rusli Cahyadi juga mengkritik tumpang tindih kewenangan antarlembaga yang dianggap sebagai cara negara menjaga fleksibilitas kuasa, menciptakan ilusi keamanan digital.
Solusi yang ditawarkan adalah mengubah warga dari objek pengamanan menjadi aktor keamanan, membangun literasi infrastruktur, dan mengintegrasikan nilai privasi dalam budaya dan pendidikan, serta memastikan adanya pengawasan publik independen.
Sementara itu, Symphati Dimas, Ketua Umum Front Mahasiswa Nasional, menyampaikan bahwa masalah Siber adalah masalah dominasi dan monopoli dari kapitalis. Internet adalah media untuk memperbesar keuntungan kapitalis, otomatis menjadi logis jika militer digunakan untuk menjaga itu. Kini dunia maya menjadi Daerah Operasi Militer (DOM).
"Kita harus memposisikan peran siber sebagai ruang untuk mendominasi narasi, menggunakan untuk melawan dominasi Borjuasi Besar dan Tuan Tanah serta Kapitalis Birokrat yang menguasai pemerintahan," tandas Dimas.
Diskusi publik dibuka dengan pemutaran film perjuangan dan ditutup dengan pembacaan pernyataan sikap bersama.
| Paris Baguette Buka Gerai di Margo City Depok, Ada Promo Buy 1 Get 1 pada 24-26 Oktober 2025 |
|
|---|
| Car Free Day di Jalan Tegar Beriman Cibinong Digelar Minggu Pagi Akhir Pekan Ini |
|
|---|
| Pasal Pelarangan Penjualan Raperda KTR Ditinjau Ulang, APPSI: Tetap Harus Dihapus, Menindas Pedagang |
|
|---|
| Pengajian Gus Iqdam Digelar di Balai Kota Depok Malam Ini, 240 Personel Gabungan Disiagakan |
|
|---|
| Curah Hujan Tinggi, BNPB Lakukan Operasi Modifikasi Cuaca, Semai Kalsium Oksida di Bogor |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.