Berita UI

Makara Art Center UI ke Garut, Jawa Barat, di Kampung Adat Pulo Terlihat Toleransi dan Moderasi

Penulis: dodi hasanuddin
Editor: dodi hasanuddin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Makara Art Center UI ke Garut, Jawa Barat, di Kampung Adat Pulo Terlihat Toleransi dan Moderasi

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, PANCORAN MAS - Makara Art Center UI ke Garut, Jawa Barat, di Kampung Adat Kampung Pulo terlihat toleransi dan moderasi.

Seni tradisi yang ada di komunitas adat mengandung nilai dan pengetahuan yang sangat dibutuhkan oleh bangsa.

Jika nilai-nilai dan pengetahuan tradisional itu digali dan dikembangkan akan sangat bermanfaat untuk menjawab tantangan zaman.

Baca juga: Hemat Energi 70 Persen, Laboratorium Hijau Terintegrasi I-Cell FTUI Raih Sertifikasi Edge Advance

Hal itu menjadi penekanan yang disampaikan oleh Dr. Ngatawi Al-Zastrouw M.Si, Kepala Makara Art Center (MAC) Universitas Indonesia (UI), tentang berbagai program kegiatan seni dan budaya di Kabupaten Garut yang dilakukan oleh MAC selama tiga hari, sejak 16 Maret hingga 18 Maret 2022.

Dr. Ngatawi mengatajan, di Kampung Pulo ini dapat melihat, bagaimana toleransi dan moderasi sudah diajarkan oleh para leluhur.

Di sini ada Candi Cangkuan peninggalan Hindu yang berdampingan dengan makam syech Arifu Muhammad yang beragma Islam.

"Dengan adanya candi dan makam keramat yang berdampingan ummat Hindu yang beribadah di candi dan ummat Islam yang ziarah di makam dapat sama-sama melakukan ritual tanpa saling mengganggu,” katanya.

Baca juga: SKSG UI Kolaborasi dengan Kemenlu Tingkatkan Pariwisata Indonesia, Inilah Strateginya

Beberapa kegiatan budaya dilaksanakan di Garut, seperti kunjungan penelitian ke desa adat Kampung Pulo, sarasehan kebudayaan dan workshop fotografi, serta pagelaran seni tradisional.

Rombongan yang dipimpin oleh Ngatawi Al-Zastrouw ini melakukan kegiatan yang mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan tinggi UI, khususnya pengabdian masyarakat.

Kegiatan tersebut terlaksana atas kerja sama MAC UI dengan Dewan Kebudayaan Kabupaten Garut (DKKG), didukung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Garut.

Pada sesi sarasehan kebudayaan, Dr. Ari Prasetiyo M.Si, dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI bersama tokoh budaya Garut, Asep Santana, membahas topik manajemen pementasan seni dan budaya.

Menurut Prasetiyo, saat dipentaskan seni tradisional harus memiliki performa indah, juga harus melihat manfaatnya sebagai sarana pembentukan karakter.

Misalnya, harus mampu melatih pelakunya memiliki sifat kepemimpinan, kepercayaan diri, dan rasa saling menghormati kepada sesama.

Baca juga: Podcast UI: Kejar Mimpi Universitas Top Dunia, Universitas Indonesia Garap 4000 Riset per Tahun

Pada sesi workshop fotografi, Gunawan Wicaksono, pewarta foto Majalah Tempo, alumni UI, membawakan materi terkait fungsi fotografi yang berguna untuk sarana mempromosikan seni dan budaya guna memajukan dunia pariwisata.

Ada berbagai seni tradisi yang dipentaskan dalam kegiatan ini diantaranya tarawangsa, dang ding, debus, pencaksilat Garut, dan lain-lain. 

Halaman
12