Tragedi Garut
Tragedi Maut Garut, Jeritan Bocah di Gerbang Pendopo, Gadis 8 Tahun dan Lansia asal Jakarta Tewas
Tragedi Maut Garut, Jeritan Bocah di Gerbang Pendopo, Gadis 8 Tahun dan Lansia asal Jakarta Tewas
TRIBUNNEWSDEPOK.COM, GARUT - Garut berkabung. Suasana ceria pesta rakyat pernikahan putra Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi dengan putri Kapolda Metro Jaya, IrjenPol Karyoto di Alun-alun Pendopo Garut, berubah kelabu, Jumat (18/7/2025).
Sebanyak tiga orang tewas akibat berebut masuk untuk menikmati makan gratis.
Diketahui bahwa ketiga orang tewas itu adalah gadis berusia 8 tahun, lansia berusia 61 tahun dan seorang anggota polisi Polres Garut.
Baca juga: Disunting Putra Sulung Dedi Mulyadi, Ini Permintaan Wakil Bupati Garut Putri Karlina
Lengkapnya adalah Vania Aprilia (8), Dewi Jubaedah (61), dan Bripka Cecep Saeful Bahri (39).
Pesta rakyat tersebut merupakan rangkaian dari pesta pernikahan anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dari Fraksi Partai Gerindra, Maula Akbar Mulyadi Putra yang mempersunting Wakil Bupati Garut, Luthfianisa Putri Karlina pada Rabu (16/7/2025).
Putri Karlina adalah anak pertama Kapolda Metro Jaya Irjen Karyoto.
Dia lahir di Garut pada 14 Maret 1993, Putri Karlina kini berumur 32 tahun dan sempat menyandang status janda.
Putri Karlina merupakan pengusaha kuliner sukses di Garut.

Sedangkan Maula Akbar lahir di Bandung, 4 November 1999. Bapaknya adalah Dedi Mulyadi dan ibunya sudah alrmahumah.
Sang ibu bernama Sri Setyawati. Almarhumah meninggal saat Maula Akbar berusia 3 bulan.
Kemudian Dedi Mulyadi menikah dengan Anne Ratna Mustika (Ambu Anne), Bupati Purwakarta.
Ketiga orang yang tewas tersebut adalah
Jeritan Anak-anak di Pintu Gerbang
Pesta Rakyat yang menyediakan makan gratis di Alun-alun Pendopo Garut yang terletak di Jalan Kiansantang No.2, Paminggir, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Jawa Barat telah tersiar luas.
Sebab itu, warga garut menyambut antusias memeriahkan pesta pernikahan orang nomor dua di Kabupaten Garut.
Baca juga: Instruksi Dedi Mulyadi Pelajar Masuk Sekolah Pukul 06.30 WIB Belum Jadi Kebijakan di Kabupaten Bogor
Warga pun berbondong-bondong menuju Alun-alun Pendopo Garut. Mulai dari anak-anak, dewasa hingga lansia.
Saat pintu gerbang Alun-alun Pendopo Garut dibuka, warga yang sudah menumpuk di pintu gerbang langsung masuk berdesakkan.
Ada anak-anak, ibu-ibu yang mengendong anak, dan bapak-bapak. Mereka pun berebut masuk, sehingga saling injak dan dorong terjadi.
Spontan anak-anak yang turut berdesakkan menjerit. Mereka berteriak minta tolong untuk ditarik oleh petugas.

Petugas yang memakai baju adat Sunda dan petugas Satpol PP berusaha menarik anak-anak tersebut.
Akibat tragedi tersebut membuat banyak warga pingsan. Mereka ada yang dibawah dengan kursi roda dan tempat tidur dorong ke ambulans.
Hal yang menyedihkan adalah tiga orang tewas.
"Benarkan ada tiga korban meninggal dunia akibat akibat desak-desakan. Penyelenggaraan kegiatan ini menjadi perhatian publik dan akan dievaluasi bersama pihak event organizer," kata Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Hendra Rochmawan.
Kasatreskrim Polres Garut AKP Joko menyebutkan bahwa jumlah korban tewas saat ini masih tiga orang, namun tidak menutup kemungkinan bertambah.
Korban tewas adalah:
- Vania Aprilia (8)

Vania merupakan anak perempuan dari Kelurahan Sukamentri, Kota Garut.
Meninggal setelah terinjak-injak di kerumunan saat antre makanan gratis di Alun-alun Pendopo Garut.
Ibunda dari Vania Aprila, Mela Putri membenarkan bahwa anaknya meninggal dunia dalam kejadian tersebut.
"Ia itu anak saya yang meninggal," ujarnya kepada awak media di ruang jenazah RSUD dr Slamet Garut.
2. Dewi Jubaedah (61)
Dewi Jubaedah diketahui merupakan warga asal Jakarta Utara yang tewas akibat terinjak-injak.
Jenazah korban berada d RSUD dr. Slamet Garut.
3. Bripka Cecep Saeful Bahri (39)

Bripka Cecep Saeful Bahri (39) merupakan anggota Bhabinkamtibmas Polres Garut.
Saat insiden, beliau bertugas membantu mengatur kerumunan. Setelah membantu beberapa orang yang pingsan, beliau duduk beristirahat dan tiba-tiba pingsan, lalu meninggal dunia
Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Hendra Rochmawan menjelaskan, Bripka Cecep meninggal saat menjalankan tugas pengamanan.
Anggota Bhabinkamtibmas itu membantu warga yang pingsan karena sesak, lalu beristirahat dan tiba-tiba pingsan hingga meninggal dunia. Diduga karena kelelahan.
Minta Maaf
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi menyatakan bahwa ia tidak tahu bawha anaknya Maulana Akbar bersama istrinya, Putri Karlina menggelar syukuran makan gratis untuk warga dalam rangkaian resepsi pernikahannya di Kabupaten Garut.
"Pertama saya menyampaikan turut berduka cita, semoga almarhum dan almarhumah diterima Iman Islamnya, diampuni segala dosanya, kemudian ditempatkan di tempat yang mulia di sisi Allah," ujar Dedi, Jumat (18/7/2025).
"Acara syukuran Maula dan Putri, secara pribadi saya tuh tidak tahu acara kegiatan itu," tambahnya.
Baca juga: Mahasiswa Bakar Foto Dedi Mulyadi dan Rudy Susmanto, Dinilai Tak Becus Tangani Kawasan Puncak Bogor
Dedi mengaku hanya tahu bahwa acara pesta rakyat untuk masyarakat Garut baru akan digelar pada malam ini.
"Artinya saya hanya memahami bahwa nanti malam itu ada acara kegiatan saya bertemu warga dalam bentuk pentas seni."
"Saya tidak tahu bahwa ada cara syukuran bersama warga, kemudian warga diundang makan bersama," katanya.
Dedi pun menyampaikan permohonan maaf atas nama anaknya Maula dan Putri, karena akibat acara tersebut sejumlah warga Garut meninggal dunia.
"Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya atas peristiwa tersebut," katanya.
Baca juga: Protes SPMB di SMAN 3 Tangsel Banten, Warga: Masa Harus Kang Dedi Mulyadi yang Harus Turun Tangan
Dedi pun mengaku sudah memerintahkan stafnya untuk berangkat ke Garut menemui keluarga korban dan memberikan uang duka cita.
"Saya menyampaikan, hari ini saya sudah meminta staf saya untuk menemui seluruh keluarganya dan menyampaikan uang duka dari saya sebagai Gubernur Jawa Barat terhadap warga saya yang hari ini yang mendapat musibah. Kami menyampaikan uang duka Rp150 juta per keluarga," katanya.
Uang tersebut, kata dia, merupakan bagian dari empati terhadap keluarga yang ditinggalkan dan peristiwa ini ke depan menjadi pembelajaran untuk seluruh pihak agar memperhitungkan berbagai kemungkinan saat menggelar acara yang melibatkan banyak orang.
"Ke depan pembelajaran penting siapa pun termasuk keluarga saya sendiri, kalau buat acara itu harus diperhitungkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi."
"Termasuk juga penyiapan pengamanan yang cukup. Dan saya selalu mengimbau tidak boleh membuat kegiatan dalam ruang sempit kemudian orangnya terlalu banyak," tandasnya.
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.