Ketahanan Pangan

Kerajaan Mataram Islam Sudah Jalankan Ketahanan Pangan dengan Menanam Sorgum, Jateng Memulai

Ternyata Kerajaan Mataram Islam Sudah Jalankan Ketahanan Pangan dengan Menanam Sorgum, Jawa Tengah Memulai

Editor: dodi hasanuddin
Istimewa
KAJIAN SORGUM - Peneliti BRIN, Prof.Dr.Ir.H.Nur Mahmudi Ismail menjadi narasumber dalam kajian Budaya Tanaman Sorghum Menuju Ketahanan Pangan yang digelar Yayasan Patrap Senopati Kotagede (Paguyuban Trah Panembahan Senopati). 

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, YOGYAKARTA - Yayasan Patrap Senopati Kotagede (Paguyuban Trah Panembahan Senopati) menggelar kajian Budaya Tanaman Sorghum Menuju Ketahanan Pangan
Nasional Peninggalan Era Mataram.

Acara tersebut digelar di Serambi Masjid Ageng Mataram Kotagede, Yogyakarta, Jawa Tengah dengan narasumber peneliti BRIN, Prof.Dr.Ir.H.Nur Mahmudi Ismail,M.Sc, Senin (16/6/2025).

Dalam kesempatan itu, Nur Mahmudi menyampaikan bahwa sorgum tanaman asli Ethiopia dan Sudan, sudah didomestikasi 8000 tahun yang lalu.

Baca juga: Jadi Alternatif Sehat Pengganti Nasi, Sorgum Sudah Dikonsumsi Masyarakat Nusantara Sekitar Abad Ke-4

Sorgum mempunyai daya adaptasi tinggi, sehingga ekonomis tumbuh baik di kawasan tropis maupun nontropis

Tanaman ini akhirnya beredar ke Asia, Amerika dan Amerika Tengah dan Selatan.

Di Indonesia disebarkan oleh orang India (Budha dan Hindu) sehingga telah dibudidayakan sebagai makanan pokok sejak kerajaan Budha Hindu.

Baca juga: Lebih Sehat dari Nasi, Profesor BRIN Kenalkan Sorgum ke Pengunjung Omah Simbah Resto Depok

Saat ini, Amerika Serikat berhasil menjadi penghasil sorgum dan devisa terbesar di dunia dengan volume sekitar 12 juta ton, sementara Ethiopia dan Sudan hanya menghasilkan sekitar 10 juta ton.

Kerajaan Mataram Menanam Sorgum

Kerajaan Mataram Islam telah menjalankan ketahanan pangan. Hal itu dengan cara menempatkan sorgum menjadi komoditi ketahanan kerajaan.

Hal ini disebabkan sorgum mudah dibudidayakan. Tak hanya itu panennya pun lebih banyak dari tanaman padi.

Tak hanya itu, sorgum bukanlah tanaman yang cengeng dan dapat ditanam di berbagai jenis lahan.

Maka dari itu, Raja Mataram memerintahkan prajuritnya untuk menanam sorgum.

Baca juga: Uniknya Pernikahan Anak Ketiga Nur Mahmudi Ismail dan Nur Azizah Tamhid, Ada Sorgum Pengganti Nasi

Menanam sorgum sepanjang Yogyakarta hingga Batavia. Hal ini untuk untuk memperkuat logistik pangan Prajurit saat menyerang Batavia.

"Indonesia cukup cerdas melihat kelapa sawit asal Afrika, sehinggaa menjadi negara penghasil Sawit nomo satu di dunia.  Sementara Kerajaan Mataram Islam telah menempatkan sorgum menjadi komoditi Ketahanan Kerajaan," kata Nur Mahmudi.

"Meski pernah menjadi makanan Pokok masyarakat Nusantara ratusan tahun lalu, saat ini saking kecilnya Sorgum tidak menjadi data statistik BPS," tambahnya.

Satu Porsi Sorgum Setiap Hari

Mantan Menteri Kehutanan tersebut menyatakan bahwa untuk mengembalikan sorgum sebagai ketahanan pangan di Indonesia, maka dapat dimulai dengan Gerakan Konsumsi Satu Porsi Sorgum Setiap Hari.

Indonesia dapat memenuhi hal itu. Sebab Indonesia dapat memproduksi biji sorgum melebihi Amerika Serikat yakni 16 juta ton per tahun.

Jumlah penduduk Indonesia 284,44 juta jiwa dengan kebutuhan sorgum 0,1 Kg per jiwa, maka dibutuhkan 11,419 juta ton beras sorgum per tahun.

Baca juga: Alternatif Pengganti Nasi, Profesor BRIN Nur Mahmudi Ismail Ungkap Keunggulan dan Manfaat Sorghum

Untuk menghasilkan beras sorgum sebanyak itu dibutuhkan lahan perladangan hanya 1 juta hektare.

Bila dibagi tiga musim, maka per musimnya menghasilkan 3,806 juta ton per musim.

"Tanpa bersaing dengan Sawah Irigasi Teknis, maka mampu mendongkrak ekonomi nasional senilai di atas Rp 750 triliun per tahun," tandas Nur Mahmudi. 

Mantan Wali Kota Depok dua periode tersebut menyatakan bahwa melalui Sorgum Sejahtera Foundation dan BAPANAS, Provinsi Jawa Tengah sudah mencapai keputusan bahwa sorgum telah dipakai sebagai cadangan pangan lokal.

Seluruh Kabupaten dan Kota di Jawa Tengah sedang mempersiapkan eksekusinya.

Kandungan Gizi Sorgum 

Profesor Riset Bidang Teknologi Pascapanen BRIN, Nur Mahmudi Ismail menjelaskan, asal mulanya tanaman asli Afrika.

Makanan ini sudah dibudidayakan di Ethiopia sejak 8 ribu tahun lalu.

Kata Nur Mahmudi, sorgum merupakan tanaman yang kuat dan tahan banting untuk dibudidayakan.

“Yang pasti bisa bertahan dan beradaptasi di wilayah India, di wilayah Asia, di wilayah Amerika Selatan, bahkan di Amerika Utara,” kata Nur Mahmudi.

“Sekarang ini Amerika menjadi salah satu negara terbesar untuk bisa ekspor dan mendapatkan devisa dari komoditi Sorgum,” sambungnya.

Baca juga: Jadi Khatib Idul Fitri, Ini Pesan Nur Mahmudi Ismail, Singgung Utang & Kemandirian Pangan Indonesia

Nur Mahmudi menjelaskan, sorgum merupakan jenis serealia yang bersaudara dengan gandum dan berbagai pangan lokal seperti padi dan jagung.

Meski demikian, kandungan gizi sorgum lebih baik dibandingkan makanan pokok lainnya.

Sorgum merupakan sumber makanan pokok yang sangat baik dan unggul karena mencukupi unsur karbohidrat dan kaya protein.

Selain itu, sorgum juga memiliki kandungan tinggi mineral, seperti kalsium, fosfor, dan zat besi.

“Jenis karbohidrat kompleks yang rendah gula, tidak mengandung gluten,” ujarnya.

Nur Mahmudi menilai, sorghum sangat ekonomis untuk dibudidayakan di wilayah Indonesia.

Untuk itu, sorghum sangat mungkin menggantikan posisi nasi sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia.

“Sangat mungkin (menggantikan nasi), bentuknya mirip biji-bijian, cara masaknya juga sangat gampang, bisa dimasak dengan rice cooker,” ungkapnya.

“Keunggulannya adalah 1 kg sorgum bila dimasak di rice cooker volumenya bisa 1,5 lebih banyak dari nasi,” pungkasnya. (m38)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved