Bencana Alam

Waspada Kondisi Cuaca di Jabodetabek Sudah Tak Lazim, Pertanda Ini di Jakarta Utara dan Semarang

Waspada Kondisi Cuaca di Jabodetabek Sudah Tak Lazim, Pertanda Ini di Jakarta Utara dan Semarang, Jawa Tengah.

Editor: dodi hasanuddin
IPB University
CUACA SUDAH TAK LAZIM - Ahli Meteorologi IPB University, Sonni Setiawan, SSi, MSi, Jabodetabek dan Indonesia saat ini tengah mengalami fenomena kemarau basah. Musim kemari tapi terjadu hujan deras. Kondisi cuaca ini sudah tak lazim. 

Beberapa di antaranya adalah fenomena iklim global seperti El Niño dan La Niña, serta Indian Ocean Dipole (IOD).

Baca juga: Anak Nakal Tak Cukup Dikirim ke Barak Militer, Ini Kata Nur Islamiah Psikolog IPB University

Namun, La Nina yang ditandai oleh pendinginan suhu laut di Samudera Pasifik tengah dan timur, saat ini terdeteksi dalam kondisi lemah hingga sedang dan berkontribusi pada peningkatan curah hujan selama musim kemarau. 

Sementara itu, IOD yang menunjukkan perbedaan suhu laut di Samudra Hindia berada dalam kondisi netral.

Sebab itu,  dampaknya terhadap kemarau basah tahun ini relatif kecil.

“Saat ini tidak ada indikasi kuat El Nino atau La Nina, begitu pula dengan IOD. Yang menarik justru adalah aktivitas sunspot yang berulang setiap 11 tahun dan sedang berada pada puncaknya sejak 2024 dan masih aktif pada 2025,” ungkapnya.

Pertanda Banjir Rob

Sonni menjelaskan, Sunspot adalah titik-titik gelap di permukaan matahari yang menandakan aktivitas radiasi tinggi.

Ketika sunspot meningkat, matahari memancarkan lebih banyak partikel energi tinggi seperti sinar kosmik.

Baca juga: Waspada Banjir Rob di Pesisir Utara pada 28-29 Maret 2025, Pemprov Jakarta Siagakan Pompa Air

Partikel ini dapat mempercepat proses kondensasi di atmosfer dan meningkatkan pembentukan awan, sehingga memperbesar kemungkinan hujan deras.

“Sunspot juga memperbesar gradien potensial listrik dalam awan, sehingga hujan disertai petir lebih sering terjadi. Inilah salah satu faktor yang membuat curah hujan meningkat, bahkan di musim kemarau,” kata Sonni.

Sonny menuturkan, kemarau basah berdampak signifikan pada berbagai sektor.

Di sektor pertanian, fenomena ini bisa menimbulkan kerugian.

Beberapa jenis tanaman yang rentan terhadap kelembapan tinggi akan menurun kualitas dan hasil panennya. 

“Selain itu, pola tanam yang telah disesuaikan dengan musim kemarau juga terganggu akibat curah hujan yang tidak menentu,” tambahnya.

Baca juga: Ratusan Hektare Tambak Ikan di Muaragembong Bekasi Gagal Panen Akibat Banjir Rob

Di samping itu, lanjutnya, fenomena kemarau basah juga berpotensi menimbulkan banjir rob di wilayah pesisir utara Jawa seperti Pekalongan, Semarang, dan Jakarta Utara.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved