Prestasi UI

Mahasiswa FT UI Goyang Dunia, Kalahkan 1.300 Mahasiswa dari 30 Negara untuk Juara Desain Arsitektur

Mahasiswa FT UI Goyang Dunia, Kalahkan 1.300 Mahasiswa dari 30 Negara untuk Juara Desain Arsitektur

|
Editor: dodi hasanuddin
Universitas Indonesia
GOYANG DUNIA - Enam Mahasiswa Fakultas Tekni Universitas Indonesia mengguncang dunia. Desain arsitektur karya mahasiswa Universitas Indonesia (UI) berhasil meraih dua juara pada ajang Architecture Student Contest (ASC) 2025. 

Zahari mengatakan, proyek ini adalah upaya untuk merancang arsitektur yang tidak hanya berfungsi secara fisik, tetapi juga mampu merespons konteks dan budaya lokal secara menyeluruh.

“Terroir bukan hanya soal tempat, tetapi juga identitas, dan kami ingin menciptakan ruang yang dapat menjembatani batas-batas wilayah melalui pemahaman tersebut,” ujarnya.

Atas prestasi yang telah diraih tersebut, Dekan FTUI, Prof. Kemas Ridwan Kurniawan, S.T., M.Sc., Ph.D., memberikan apresiasi kepada kedua tim.

Baca juga: Duta Besar Brasil Kuliah Umum di UI: BRICS Dibuat untuk Memberdayakan Negara-negara Berkembang

Menurutnya, capaian ini adalah cerminan semangat inovasi, keberlanjutan, dan kecermatan dalam membaca konteks lokal yang terus ditanamkan.

“Kemenangan ini bukan hanya kebanggaan bagi FTUI, melainkan juga kontribusi terhadap masa depan arsitektur yang berkelanjutan dan inklusif. Kami sangat mengapresiasi dedikasi dan kerja keras para mahasiswa dan dosen pembimbing. Prestasi ini memperkuat komitmen FTUI dalam melahirkan lulusan yang siap menghadapi tantangan global sekaligus mampu berkontribusi bagi pembangunan arsitektur berkelanjutan di Indonesia,” kata Prof. Kemas.

Adapun, kedua inovasi ini menunjukkan kapasitas luar biasa mahasiswa Arsitektur FTUI dalam menyelaraskan desain visioner dengan isu global keberlanjutan.

Dengan tetap menjunjung tinggi nilai lokal dan sensitivitas kontekstual, gagasan desain ini berpotensi besar untuk diadaptasi dalam pembangunan gedung di Indonesia, terutama dalam menghadapi tantangan iklim tropis dan urbanisasi yang pesat.

Pendekatan terroir dalam memahami ekologi lokal, serta konsep sirkularitas dan strategi pasif dalam perancangan bangunan, selaras dengan kebutuhan arsitektur tropis yang hemat energi, adaptif terhadap lingkungan, serta berpihak pada kearifan lokal.

Kedua proyek tersebut dapat menginspirasi pengembangan ruang-ruang publik dan bangunan multifungsi di Indonesia yang lebih berkelanjutan dan kontekstual.

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved