Berita Universitas Indonesia

Didukung Government Agency Jepang, UI Kembangkan Penelitian dan Inovasi Alat Kesehatan Berbasis AI

Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi UI, Hamdi Muluk menjelaskan, alat kesehatan menjadi salah satu prioritas riset dan inovasi yang dikembangkan UI.

|
Penulis: M. Rifqi Ibnumasy | Editor: murtopo
TribunnewsDepok.com/M Rifqi Ibnumasy
ALAT KESEHATAN UI - Pembukaan ASEAN-Japan Medical Devices Regulatory di the Westin Jakarta, Rabu (14/5/2025). (TribunnewsDepok.com/M Rifqi Ibnumasy) 

Laporan wartawan TribunnewsDepok.com, M Rifqi Ibnumasy 

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, KUNINGAN - Universitas Indonesia (UI) melalui Fakultas Farmasi berkomitmen mengambangkan penelitian dan inovasi dalam bidang peralatan kesehatan berbasis artificial intelligence (AI).

Untuk mewujudkan hal tersebut, UI menggandeng Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan perusahaan Government Agency Jepang, Pharmaceuticals and Medical Devices Agency (PMDA).

Simposium dan pelatihan bertajuk ASEAN-Japan Medical Devices Regulatory pun digelar selama tiga hari, pada Rabu-Jumat (14-16/5/2025) di the Westin Jakarta.

Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi UI, Hamdi Muluk menjelaskan, alat kesehatan menjadi salah satu prioritas riset dan inovasi yang dikembangkan UI.

“Dan tentu kita juga harus mengikuti regulasi yang ada,” kata Hamdi.

Baca juga: UI dan Pemda 3T Bentuk Konsorsium Buka Akses Pendidikan Seluasnya Bagi Putra-Putri Terbaik Bangsa

Hamdi pun menegaskan, UI sangat siap untuk menyediakan penelitian dan berkolaborasi dengan industri.

Melalui simposium dan pelatihan regulasi alat kesehatan ini, UI diharapkan dapat mewujudkan hal tersebut.

Dengan riset dan inovasi, Hamdi optimis, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan impor alat kesehatan.

“Tentu juga dengan pandan regulatory supaya kita bisa mengembangkan alat-alat medical device yang bisa mengurangi tergantung kita terhadap barang-barang dari luar negeri,” ungkapnya.

“Jadi kita juga harus mengembangkan riset dan inovasi untuk membuat peralatan yang lebih bagus dan kita bisa mengurangi ketergantungan dan sustainable,” sambungnya.

Baca juga: UI Hadir di Papua untuk Dukung Transformasi Pendidikan, Anak Muda Kabupaten Mappi Menatap Masa Depan

Sementara itu, Dekan Farmasi UI, Arry Yanuar menjelaskan, simposium dan pelatihan Asean-Japan Medical Devices Regulatory melibatkan pelaku regulasi.

“Sehingga disini terjadi harmonisasi regulatory, khususnya ASEAN dan Jepang,” kata Yanuar.

Yanuar berharap, melalui kegiatan ini, dapat memperkuat hubungan UI dengan Jepang dan negara-negara ASEAN.

Dengan demikian, nantinya dapat saling tukar teknologi khususnya dalam bidang alat kesehatan.

“Selain riset dengan medical device, kita juga mengembangkan juga artificial intelligence (AI),” ujarnya.

“Jadi banyak produk-produk AI yang bisa masuk ke universitas sehingga kedepannya bisa mensupport dalam diagnostik kesehatan,” sambungnya.

Baca juga: Dorong Riset Lintas Negara Kemitraan UI dan UC Berkeley Makin Erat, Ini Pesan Prof Heri Hermansyah

Sementara itu, Duta Besar Jepang untuk Asean, Kiya Masahiko menjelaskan, pihaknya akan memberikan dukungan dalam dua bentuk.

Pertama, Jepang hadir untuk memberikan bantuan berupa jejaring atau networking dalam bidang alat kesehatan.

Pharmaceutical and Medical Device Agency (PMDA) merupakan perusahaan Jepang yang menjadi salah satu penyelenggara acara ini.

“Jadi, acara ini merupakan kerja sama antara pemerintah Indonesia, akademisi universitas, dan cabang pemerintah Jepang,” kata Masahiko.

Baca juga: Dosen UI Dr. Raden Suhartono Anggota Dewan Organisasi Dokter Bedah Vaskular dan Endovaskular Dunia

“Itu salah satu bentuk kerja sama yang memungkinkan promosi perdagangan intra-ASEAN, serta perdagangan ASEAN-Jepang, ekspor, impor, investasi, dan lainnya,” sambungnya.

Dukungan kedua berupa finansial, di mana acara simposium ini didukung secara pendanaan oleh Japan International Cooperation Agency (JICA).

Menggapai hal itu, Wakil Menteri Kesehatan RI, Dante Saksono menilai, melalui kolaborasi ini, Jepang akan mendukung regulasi alat kesehatan di Indonesia.

Dengan demikian, alat kesehatan yang diproduksi di Indonesia dapat diekspor ke luar negeri.

“Bagaimana regulatory di Indonesia dan bagaimana regulatory di Jepang dan di negara Asia lainnya, sehingga kita bisa masuk ke pasar global untuk produksi dalam dunia,” kata Denta.

Denta menambahkan, Indonesia masih menggunakan alat kesehatan berupa active pharmaceutical ingredient untuk obat-obatan yang selama ini diimpor dari India dan Cina.

“Tapi untuk model-model alat kesehatan, kita sudah bisa bahkan beberapa diantaranya di ekspor ke Jepang. Jadi kita sudah maju ke alat-alat kesehatan ini,” pungkasnya. (m38)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved