Kesehatan

Bukan Aib, Ahli Genetika Ekologi IPB University Ungkap Sifat Anak Kidal dan Penyebabnya

Bukan Aib, Ahli Genetika Ekologi IPB University Ungkap Sifat Anak Kidal dan Penyebabnya

Penulis: Hironimus Rama | Editor: dodi hasanuddin
Istimewa
ANAK KIDAL BUKAN AIB - Prof Ronny Rachman Noor, Pakar Genetika Ekologi IPB University menyebutkan memiliki anak kidal bukanlah aib. 

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, DRAMAGA - Anak kidal sering sering dianggap sebagai suatu kelainan, bahkan keluarga sering disalahkan karena dinilai tidak dapat mendidik anaknya menggunakan tangan kanan.

Tak hanya itu, penggunaan tangan kiri di kalangan masyarakat tertentu dianggap tabu, tidak sopan serta tidak pantas. 

Tidak jarang anak kidal juga dianggap sebagai kelainan dan aib yang berujung pada ejekan dan perundungan, tidak saja dari teman-temannya tetapi juga dari anggota keluarga.

Baca juga: Tingkatkan Ketahanan Pangan, IPB Kembangkan Padi Varietas IPB 9G di Pamijahan Bogor

Terkait hal itu, Ahli Genetika Ekologi IPB University Prof Ronny Rachman Noor, mengatakan anak kidal bukanlah kelainan.

“Kidal bukanlah aib melainkan sifat yang kemunculannya dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan," kata Ronny dalam keterangan tertulis, Kamis (17/4/2025). 

Sifat Anak Kidal

Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University ini menuturkan, kidal secara fisik mulai dapat dideteksi ketika janin berusia 9-10 minggu dengan mengamati pergerakan tangannya.

Sifat kidal ini semakin jelas ketika anak telah berusia 2-3 tahun.

“Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat kidal dipengaruhi oleh beberapa gen (polygenes) bukan gen tunggal (single major gene)," papar Ronny. 

Di dalam ilmu genetika kuantitatif, lanjut dia, parameter yang digunakan untuk menentukan persentase besarnya variasi pengaruh genetik ini adalah nilai heritabilitas.

"Gen yang berkontribusi pada kemunculan sifat kidal ini diperkirakan jumlahnya mencapai 40 gen yang secara bersama-sama bekerja dan berinteraksi dengan lingkungan memunculkan sifat kidal," jelas Ronny.

Baca juga: Kawasan Puncak Dilanda Banjir Bandang, Ini Kata Pakar Perencanaan Wilayah IPB

Berdasarkan hasil riset terbaru, salah satu gen yang berperan lebih menonjol yang menyebabkan kemunculan sifat kidal ini adalah gen TUBB4B. 

"Gen ini berfungsi mengodekan protein yang terlibat dalam struktur sel dan varian pengodean langka pada gen ini lebih umum terjadi pada orang kidal,” urainya.

Meski demikian, papar Ronny, keberadaan variasi alel tertentu gen ini tidak serta merta memunculkan sifat kidal.

"Kemunculan sifat kidal merupakan perpaduan antara faktor genetik dan lingkungan," imbuhnya. 

Berbagai penelitian mengungkapkan besaran nilai heritabilitas sifat kidal yakni 0,25. 

"Ini bermakna bahwa variasi sifat kidal dipengaruhi oleh faktor genetik sebanyak 25 persen. Artinya, variasi sifat kidal lebih banyak (75 persen) dipengaruhi oleh lingkungan," tutur Ronny.

Baca juga: IPB University dan Pemkab Bogor Wisuda 36 Peserta Sekolah Pra Nikah

Sementara beberapa faktor lingkungan yang diduga menjadi pemicu munculnya sifat kidal ini antara lain kondisi rahim seperti paparan hormon dan posisi janin selama kehamilan. 

"Fluktuasi hormon selama kehamilan, khususnya testosteron, diduga dapat memengaruhi perkembangan janin dan orientasi penggunaan tangan,” jelas Ronny.

Setelah lahir, faktor lingkungan yang diduga berpengaruh pada orientasi penggunaan tangan ini adalah budaya, berat lahir, dan tipe kelahiran. 

"Bayi yang dilahirkan di lingkungan budaya yang menganggap kidal adalah tabu akan menekan jumlah anak kidal," ucapnya.

Penyebab Anak Kidal

Ronny mengungkapkan bahwa bobot lahir yang rendah dan kelahiran kembar dapat saja menimbulkan sifat kidal. 

Dalam beberapa kasus tidak disusuinya bayi dapat memicu sifat kidal. Sementara dari sisi genetik, jika kedua orang tua kidal maka peluang anaknya kidal hanya mencapai 25 persen. 

"Jadi, secara peluang dapat dikatakan bahwa peluang munculnya anak kidal dari orang tua yang keduanya kidal lebih besar jika dibandingkan jika orang tuanya tidak kidal. Meskipun kedua orang tua tidak kidal, tetap ada peluang 11 persen mereka memiliki anak yang kidal," bebernya.

Baca juga: RSUD Cibinong Siap Jadi Rumah Sakit Pendidikan Utama IPB University

Ronny menjelaskan sampai saat ini penyebab timbulnya sifat kidal masih belum banyak dimengerti oleh masyarakat. 

"Ketidaktahuan ini sering kali memberikan dampak negatif bagi anak kidal maupun orang kidal yang sudah dewasa," ujarnya.

Menurut berbagai penelitian, lanjut Ronny, anak-anak kidal sering menghadapi tantangan dan kesulitan dalam pembelajaran dan kegiatan kesehariannya. 

"Karena kondisi itu, mereka lebih rentan mengalami ketidakstabilan emosi dan berpotensi menyebabkan frustasi dan kecemasan. Terlebih, hampir semua fasilitas dan peralatan yang ada dirancang untuk anak yang bukan kidal,” ungkapnya.

Anak Unggul

Ada juga penelitian yang menunjukkan bahwa anak kidal lebih rentan menderita ADHD (Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder) yang merupakan kondisi perkembangan saraf yang ditandai dengan kurangnya perhatian, hiperaktif, dan/atau impulsivitas yang terus-menerus.

Namun di tengah berbagai tantangan dan kesulitan yang harus dihadapi, anak kidal sering kali berkembang menjadi anak yang lebih kreatif, memiliki ketahanan yang lebih baik serta daya adaptasi terhadap lingkungan sekitar yang lebih baik.

Penelitian lain menunjukkan bahwa anak kidal memiliki pola aktivitas otak yang berbeda dibandingkan dengan individu yang tidak kidal.

Baca juga: Calon Mahasiswa Baru IPB University yang Lolos Bisa Cek Jadwal Daftar Ulang di Sini

Hal ini dapat menimbulkan perbedaan dalam kemampuan belajar dan kognitif.

"Dengan memahami proses kemunculan sifat kidal ini, kita akan dapat menjadikan anak kidal sebagai sumber daya manusia unggul,” tegas Ronny.

Hanya 10 Persen

Dia menuturkan persentase orang kidal di dunia hanya mencapai 10 persen. Sementara 90 persen lebih banyak menggunakan tangan kanannya dalam beraktivitas. 

Namun di antara kedua kelompok ini, ada sekitar 1 persen orang yang dapat menggunakan kedua belah tangannya sama baik dan efektifnya. 

"Kelompok terakhir ini dikenal sebagai ambidextrous," beber Ronny.

Dari sisi evolusi, Ronny menjabarkan terjadi penurunan persentase orang kidal. Penurunan ini akan menuju titik keseimbangan antara kebutuhan hidup berkelompok, bekerja sama, dan evolusi manusia.

“Seperti yang kita ketahui, seiring dengan terjadinya proses evolusi, manusia hidup berkelompok, dan bekerja sama serta mengembangkan berbagai peralatan untuk kebutuhan kesehariannya. Karena itu, proses evolusi dan adaptasinya lebih mengarah pada orang yang tidak kidal,” tandasnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved