Mahasiswa UI

Cerita Mahasiswa Vokasi UI Berada di Dusun Ntaur, NTT, Kondisi Pendidikan Mengkhawatirkan

Cerita Mahasiswa Vokasi UI Berada di daerah terpencil di Dusun Ntaur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Kondisi Pendidikan di dusun itu mengkhawatirkan

Editor: dodi hasanuddin
Foto Arsip Humas dan KIP UI
JADI RELAWAN - Sirhan Muhammad Dehya Alqolbi, mahasiswa Program Studi (Prodi) Hubungan Masyarakat, Program Pendidikan Vokasi UI menjadi relawan Projek Indonesia #2 di NTT. Sirhan menjadi guru untuk meningkatkan kemampuan pelajar SD dan SMP. 

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, NTT - Mahasiswa Vokasi Universitas Indonesia (UI) menjadi relawan di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Melalui Projek Indonesia #2 yang diselenggarakan Global Youth Ambassador, Sirhan Muhammad Dehya Alqolbi, mahasiswa Program Studi (Prodi) Hubungan Masyarakat melakukan pengabdian masyarakat.

Dengan mengikuti kegiatan ini, Sirhan ingin memberikan dampak secara langsung kepada masyarakat.

Melalui media sebagai relawan tersebut, Sirhan memanfaatkannya secara maksimal untuk belajar dan mengimplementasikan ilmu yang telah ia dapatkan di kelas maupun di luar kelas.

Baca juga: UI Ajak 42 Mahasiswa dari 10 Universitas di Australia Pelajari Kesehatan Masyarakat Indonesia

Bagaimana cerita Sirhan mencoba mewujudkan keinginannya itu?

Bersama dengan 31 rekannya yang juga ikut dalam Projek Indonesia #2, Sirhan menyambangi Dusun Ntaur, Desa NucaMolas, Pulau Mules, Nusa Tenggara Timur.

Pada pelaksanaannya, tim dibagi dalam empat kelompok, yaitu pendidikan, kesehatan, lingkungan,
dan pariwisata. 

Pendidikan Mengkhawatirkan

Sirhan yang berfokus pada bidang pendidikan, mengatakan bahwa kondisi pendidikan di sana cukup memprihatinkan.

Di satu pulau kecil, hanya terdapat satu sekolah dasar dan dua sekolah menengah pertama. Sehingga, masyarakat yang akan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi harus menyeberang dan tinggal di daratan seberang.

“Kami berupaya mengajak para siswa SD dan SMP untuk belajar berbagai macam hal, baik ilmu eksak
maupun hard skill dan soft skill. Kami juga berkoordinasi dengan guru, serta perwakilan kelompok
sadar wisata (pokdarwis) di sana dalam menyelenggarakan berbagai kegiatan,” ujar Sirhan.

Baca juga: UI Jadi Gerbang Masa Depan: Jalur Penerimaan Mahasiswa Baru 2025 dengan Daya Tampung Lebih Besar

Lebih lanjut ia menceritakan, perjalanan menjadi relawan juga dihadapkan dengan berbagai tantangan.

Misalnya, kendala komunikasi yang terjadi karena desa tersebut memiliki akses jaringan telepon dan
internet yang terbatas.

Selain itu, mengajak anak-anak SD untuk berkegiatan pun cukup menjadi tantangan tersendiri bagi mereka.

Meskipun demikian, tantangan tersebut tidak menjadi hambatan untuk terus melakukan kebaikan dan pengabdian pada masyarakat.

Selain dari segi pendidikan yang aksesnya masih terbatas, Sirhan juga mengatakan bahwa beberapa
anak di Desa Nuca Molas memiliki kondisi gigi yang kurang bersih dan sehat.

Baca juga: SMV UI Perkasa di Ajang Shell Eco Marathon Asia-Pacific and Middle East Qatar 2025

Sirhan dan rekanrekannya pun membagikan beberapa peralatan dan sosialiasi mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kepada masyarakat sekitar. 

Dari sisi lingkungan, banyak terdapat sampah di pesisir pantai yang terbawa arus dari daratan seberang.

Sehingga, tim berupaya melakukan kegiatan membersihkan sampah-sampah tersebut. Terakhir, Desa Nuca Molas yang berada di pulau terpencil memiliki kekayaan alam yang sangat indah dan bisa
dimanfaatkan sebagai sektor pariwisata.

Sirhan menambahkan bahwa pengalaman menjadi relawan yang berlangsung pada 5-12 Januari 2025 ini, juga didukung dengan kemampuan dan kompetensi dirinya yang dikembangkan melalui
pembelajaran di kampus.

“Sejak persiapan, saya mengimplementasikan mata kuliah stakeholder relations terhadap program kerja yang akan dilakukan. Selain itu, kerangka kerja yang dibuat berdasarkan prinsip SWOT, PESO, dan SMART, juga membantu saya dan tim saat di lapangan,” kata Sirhan. 

Baca juga: SPICE, Studio Mini Karya Mahasiswa Vokasi UI yang Lahirkan Aplikasi Cookpad

Adapun, Muhammad Yamin, salah seorang wali kelas sekolah dasardi Desa Nuca Molas,
mengungkapkan bahwa kehadiran Sirhan dan delegasi lainnya memberikan banyak dampak positif
pada lingkungan sekitar.

“Kami merasa sangat puas dan berterima kasih dengan kegiatan yang temanteman lakukan. Bahkan, para siswa juga merasakan kebahagiaan di setiap program kerja yang diadakan dari teman-teman,” kata Yamin.

Sebagai Ketua Divisi Pendidikan, Sirhan berharap agar guru-guru di Desa Nuca Molas dapat terus
menjaga mimpi anak-anak agar terwujud.

“Semoga semua program kerja yang sudah kami lakukan di sana menjadi gambaran besar agar mereka bisa membuka lebih lebar pengetahuan tentang dunia, berbagai hal yang seharusnya bisa dicicipi di umur mereka sekarang, materi yang seharusnya sudah mereka kenali, serta mimpi dan harapan yang semakin bisa digapai.

Terakhir, saya juga berharap agar inklusivitas terhadap desa-desa terpencil lainnya di Indonesia ini dapat menjadi perhatian bagi semua pihak, baik pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, lembaga pendidikan, maupun industri, dan pihak lainnya,” ujar Sirhan

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved