Prestasi UI

Mahasiswa UI Temukan Cara Sederhana Cegah Penularan Penyakit Kelamin pada Pengantin Baru

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UI Temukan Cara Sederhana Cegah Penularan Penyakit Kelamin pada Pengantin Baru

Editor: dodi hasanuddin
Humas dan KIP UI
Mahasiswa UI Temukan Cara Sederhana Cegah Penularan Penyakit Kelamin pada Pengantin Baru 

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, JAKARTA - Mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Dini Kurniawati, bersama tim dari Thinkwell, LLC/USAID Health Financing Activity merekomendasikan kebijakan terkait “Potensi
Penghematan Biaya Skrining Calon Pengantin (catin) terhadap Penurunan Penyakit”.

Upaya skrining ini bermanfaat untuk mencegah penularan penyakit pada pasangan pengantin maupun janin.

“Di Indonesia, skrining pada catin baru diimplementasikan di DKI Jakarta sejak 2017. Karena itu, jika
nantinya Kementerian Kesehatan ingin mengimplementasikan skrining catin ke seluruh Indonesia,
tentu diperlukan formula perhitungan pada kebutuhan anggaran pemerintah serta bagaimana potensi penghematannya jika kebijakan ini diimplementasikan,” kata Dini.

Baca juga: Rektor UI Ungkap 3 Fasilitas Baru Perkuliahan FTUI, Ini Sosok Reisyah Agam Kamil yang Jadi Panutan

Formula penghitungan yang dilakukan Dini bersama tim ialah melalui proyeksi jumlah pengantin
dalam lima tahun ke depan, dengan biaya satuan dari tiap komponen pemeriksaan serta angka inflasi.

Adapun paket manfaat skrining yang diajukan terdiri atas tiga skenario.

Pertama, Paket Minimal, meliputi pemeriksaan fisik dan jiwa, biaya admisi, serta hemoglobin.

Paket Moderat mencakup Paket Minimal ditambah pemeriksaan HIV, sifilis, hepatitis B, TBC, diabetes mellitus, dan hipertensi.

Baca juga: Rektor UI Prof Heri Berharap Ketua dan Anggota Dewas yang Baru Dapat Tingkatan Kemandirian RSUI

Sementara, Paket Komprehensif meliputi Paket Moderat ditambah pemeriksaan cenarioia. Formulasi
tersebut dilakukan dengan ataupun tanpa memperhitungkan kepesertaan JKN catin

Menurut Dini, pembahasan tentang financing penting, namun belum banyak dilakukan.

Untuk itu, mereka melakukan perhitungan dari target catin dikali dengan biaya satuan pemeriksaan.

Pada tahun 2025 dalam setahun, pada asumsi 1 didapatkan angka kebutuhan sekitar 44–256 miliar dan padaasumsi 2 sekitar 26–238 miliar.

Setelah perhitungan tersebut, dilakukan perbandingan dengan beban anggaran dalam satu tahun dari beberapa penyakit yang telah teridentifikasi sebelumnya.

Baca juga: Seminar Series Vocast Talks di Vokasi UI, Fazrie Permana: Film Dapat Dibangun dari Cerita Personal

Hasilnya ternyata jauh lebih rendah dibandingkan beban anggaran sebelumnya.

“Hal ini bisa dilaksanakan sesuai asumsi atau skenario yang dipilih oleh Kemenkes. Dalam jangka
panjang, kami berharap ini dapat menghasilkan penghematan pada dana jaminan sosial dan pemerintah tetap memantau pemanfaatannya dari pelaksanaan skrining, serta melihat dampaknya terhadap penurunan di semua penyakit hingga bagaimana penghematan biayanya,” ujar Dini.

Atas rekomendasi kebijakan tersebut, Dini yang merupakan mahasiswa S2 Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, menjuarai kompetisi “Rekomendasi
Kebijakan Kesehatan (SiBijaKs) Award 2024”.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved