Guru Besar UI

Guru Besar FISP UI Beberkan Tantangan Pemanfaatan Teknologi Nanopartikel dalam Kehidupan Sosial

Prof. Dr. Drs. Ricardi S. Adnan Guru Besar FISP UI Beberkan Nanopartikel dalam Praktik Kehidupan Sosial

Editor: dodi hasanuddin
Humas dan KIP UI
Guru Besar FISP UI Beberkan Tantangan Pemanfaatan Teknologi Nanopartikel dalam Kehidupan Sosial 

Di sinilah, peran sosiologi muncul karena dapat membantu menganalisis bagaimana teknologi mengubah kelas sosial, distribusi kekayaan, dan ketimpangan akses terhadap teknologi canggih.

Kendati demikian, tantangan yang perlu diantisipasi adalah bagaimana perubahan teknologi akan memengaruhi struktur sosial. 

Dalam pemanfaatan teknologi nanopartikel juga terdapat tantangan, terutama pada aspek keamanan dan dampak kesehatan karena efek nanopartikel pada tubuh manusia dan lingkungan belum sepenuhnya dipahami.

“Untuk tantangan sosialnya sendiri, penggunaan teknologi nanopartikel dapat memperburuk ketimpangan sosial dalam masyarakat, membentuk kesenjangan kelompok tertentu dalam memiliki akses untuk memanfaatkan teknologi, dan nanoteknologi yang menggunakan simbolsimbol identitas sosial (seperti kosmetik, pakaian canggih, atau perangkat elektronik) membuat batasan status sosial,” ujar prof. Ricardi.

Baca juga: Guru Besar FISIP UI Ungkap Perdagangan Bebas Bikin Kemiskinan Bertambah, Perlu Penthahelix Plus

Prof. Ricadi menawarkan solusi dalam prespektif ilmu sosiologi, bahwa hal yang paling penting
dilakukan adalah mendorong keterlibatan masyarakat luas di dalam diskusi tentang nanoteknologi.

Hal ini dapat dilakukan melalui edukasi dan forum dialog terbuka untuk mengurangi kekhawatiran
keterbatasan akses teknologi dan sebaliknya bisa meningkatkan pemahaman.

Oleh karena itu, perlu disiapkan kebijakan yang memastikan nanoteknologi dapat digunakan secara merata dan aman.

“Hal yang juga penting adalah keinginan menyusun dan mengaplikasikan etika teknologi yang memberikan pedoman etis di tingkat global khususnya di bidang sensitif seperti biomedis dan lingkungan. Negaranegara berkembang perlu melakukan kolaborasi antar institusi untuk memastikan distribusi teknologi nano yang lebih adil,” tambahnya. 

Profil Singkat Prof Ricardi

Secara resmi, Prof. Ricardi menjadi Guru Besar Universitas Indonesia ke-48 di tahun 2024.

Ia menyelesaikan pendidikan program Sarjana Sosiologi UI pada 1992, Magister Kebijakan Administrasi Bisnis UI pada 2000, dan Doktor Ilmu Sejarah UI melalui Sandwich-Like Program, Tokyo University pada 2010.

Saat ini, ia aktif menjabat sebagai Ketua Bidang Koalisi Kependudukan Indonesia. Ia terus berperan aktif dalam berbagai riset, seperti publikasi penelitiannya yang berjudul “Tourism’s Vitality After Covid-19 Pandemic: Embracing Healing as a Significant Concept in Tourism in a VUCA World and Managing the Future of Tourism” (2024).

Baca juga: Ikut Lomba Lari di UI Depok, Pramono Dukung Kegiatan Olahraga Lari di Jakarta hingga Kota Penyangga

Kemudian “The Dynamic Role of Moslem in Building Indonesia as a Nation-State in Indonesian Journal of Religion and Society” (2023), dan “Covid-19 Pandemic and Institutional Reconstruction Towards a New Normal Life” (2022).

Acara pengukuhan ini, turut dihadiri Rektor Universitas Paramadina, Prof. Didik J. Rachbini, M.Sc.,
Ph.D.

Selanjutnya adalah Wakil Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Prof. Dr. Ir. Amarulla Octavian, M.Sc., ASEAN Eng, Ketua ILUNI PSIA FTUI, Ir. Santoso Edy, M.Si, Direktur Regional PLN, Muchlis
Chaniago, M.Eng, dan Owner Rifa Jaya Group, Rinaldi Yusuf.

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved