Opini

Masyarakat Siaga: Pentingnya Keterampilan Bantuan Hidup Dasar Bagi Setiap Orang

Ini bukan hanya tentang menyelamatkan satu nyawa, ini tentang menciptakan masyarakat yang siap menghadapi darurat

|
TribunnewsDepok.com/dok. pribadi
Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) bagi masyarakat awam, peserta pelatihan masyarakat awam yang dibimbing pelatih dari tim Ahaevent di lokasi studio Ahaevent, Kota Tangerang, Banten, Selasa (10/12/2024). Pelatihan untuk memberikan pengetahuan dasar dalam menangani sitiasi darurat medis. 

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, BEJI - Henti jantung mendadak dapat menyerang siapa saja, kapan saja. Bayangkan sebuah sore yang tenang berubah menjadi tragedi karena tidak ada yang tahu cara memberikan CPR (Resusitasi Jantung Paru). Di Indonesia, peluang hidup korban berkurang hingga 10 persen setiap menit tanpa bantuan CPR. 

Ironisnya, 92 persen masyarakat Indonesia belum memiliki keterampilan ini. Padahal, 70 persen henti jantung terjadi di luar fasilitas kesehatan, seperti di rumah atau tempat kerja. 

Tanpa bantuan cepat, peluang hidup korban menurun drastis hingga 10 persen setiap menit, Ini adalah fakta yang harus diubah demi masa depan yang lebih aman.

Urgensi Masalah

Di negara-negara seperti Denmark dan Jepang, pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) telah membuktikan kemampuannya menyelamatkan ribuan nyawa. 

Baca juga: UI Raih Penghargaan Anugerah Keterbukaan Informasi Publik 2024, Ini kata Rektor Prof Heri Hermansyah

Tingkat respons masyarakat Denmark terhadap situasi darurat mencapai 73 persen , jauh melampaui Indonesia yang hanya 15 persen . Indonesia menghadapi berbagai tantangan. 

Banyak orang berpikir bahwa tindakan darurat sepenuhnya adalah tanggung jawab tenaga medis. Pelatihan BHD sering kali hanya tersedia di kota besar, sedangkan di pedesaan, hanya 20 persen masyarakat yang memiliki akses. 

Biaya pelatihan yang mencapai ratusan ribu rupiah menjadi hambatan tambahan, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah. Selain itu, tidak seperti di Jepang atau Denmark, keterampilan ini belum menjadi bagian dari kurikulum pendidikan formal di Indonesia.

Tetapi bukan berarti kita tidak memiliki harapan. Kisah seorang remaja di Denmark yang menyelamatkan ayahnya berkat pelatihan BHD di sekolahnya menjadi bukti nyata betapa pentingnya keterampilan ini. Apa yang mencegah kita untuk menciptakan kisah serupa di Indonesia?

Baca juga: Seorang Pria Ditemukan Tewas dengan Isi Kepala Berserakan di Trotoar Tebet

Bagaimana Solusi nya?

Langkah pertama adalah menggugah kesadaran publik melalui kampanye nasional seperti "Masyarakat Siaga." Media sosial dan televisi dapat menjadi sarana untuk menyampaikan pesan ini, menggunakan cerita inspiratif yang menggugah hati. 

Di sekolah-sekolah, pelatihan BHD bisa dimasukkan sebagai bagian dari kurikulum pendidikan jasmani atau kesehatan. Pelatihan ini harus tersedia secara inklusif dan terjangkau, dengan subsidi bagi masyarakat kurang mampu, sehingga tidak ada lagi alasan bagi siapa pun untuk tidak belajar.

Perusahaan juga bisa berperan melalui program tanggung jawab sosial (CSR), memberikan pelatihan BHD kepada karyawan dan masyarakat sekitar. Selain itu, teknologi modern menawarkan peluang besar. 

Baca juga: Sepanjang 2024, Ada 56 Bencana di Kota Depok dengan Jumlah Korban Terdampak Mencapai 2.550 Jiwa

Aplikasi pelatihan BHD jarak jauh dengan video interaktif dan simulasi virtual dapat menjangkau masyarakat di wilayah terpencil tanpa kendala geografis. Dengan membangun pusat pelatihan di pedesaan dan melatih instruktur lokal, kita dapat memperluas jangkauan pelatihan ini lebih jauh.

Peran Sentral Manajer Keperawatan

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved