Berita Universitas Indonesia

Dosen FIB UI Kembangkan Sekolah Budaya Jawa di Lereng Merapi dan Merbabu, Pesertanya Mancanegara

Tim Pengmas UI juga memberikan edukasi agar masyarakat Tumang dapat memiliki HAKI atas karya seni kriya logam miliknya

TribunnewsDepok.com/M. Rifqi Ibnumasy
Dosen Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Widhyasmaramurti penggagas Sekolah Budaya Jawa di lereng Gunung Merapi dan Merbabu 

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, BEJI - Kecintaan akan budaya membawa Widhyasmaramurti terus berkarya dan mengembangkannya bahkan hingga ke lereng gunung Merapi dan Merbabu.

Dosen Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) itu datang langsung di tengah masyarakat lereng gunung untuk mengembangkan Sekolah Budaya Jawa.

Mara telah berkecimpung dalam Tim Pengambilan Masyarakat (Pengmas) UI sejak 2017 hingga sekarang.

Momen Pengmas tersebut dimanfaatkan Mara untuk mengembangkan wisata minat khusus untuk belajar Budaya Jawa.

Baca juga: Jarang Sosialisasi dengan Tetangga, Pria di Ciampea Bogor Ditemukan Tewas Membusuk di Rumahnya

“Saya mengembangkan Sekolah Budaya Jawa di Lereng Merapi dan Merbabu, tepatnya di Desa Senden, Kecamatan Selo dan Boyolali,” kata Mara kepada TribunnewsDepok.com, Senin (14/10/2024).

“Saya mengembangkan wisata minat khusus agar mereka yang berminat untuk belajar bahasa Jawa, budaya Jawa, baik tari, gamelan, bertani, itu datang dan tinggal homestay di tengah masyarakat,” sambungnya.

Berkat kegigihan Mara, Sekolah Budaya Jawa di lereng Merapi dan Merbabu diminta oleh puluhan peserta mancanegara.

Baca juga: Dihadiri Menhub Budi Karya, UI Gelar Seminar Internasional Sistem Transportasi Darat

“Kemarin kami berhasil mendatangkan 30 peserta dari Asia Tenggara dan juga dari Eropa Timur, bahkan juga ada dari Asia Selatan,” ungkapnya.

Bersama dosen UI lainnya, Mara juga andil mengembangkan seni kriya logam Tumang hingga kini menjadi warisan budaya tak benda Jawa Tengah pada 2022 lalu.

Tak berhenti di situ, Tim Pengmas UI melakukan penjajakan kepada penduduk Desa Tumang hingga Pemerintah Kabupaten Boyolali agar melestarikan seni kriya logam tersebut.

Baca juga: Kasus Pencabulan Anggota DPRD Kota Depok Tak Ada Kejelasan, Kinerja Polres Metro Depok Dipertanyakan

Alhasil, seni kriya logam Tumang sudah menjadi ekstrakurikuler di lingkungan pendidikan khusus pelajar Kabupaten Boyolali.

Yak membuat bangga, seni kriya logam Tumang kini sudah diekspor ke luar negeri.

Meskipun, sebagai Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) produksi seni kriya logam Tumang dimiliki oleh orang luar negeri.

“Tapi saya juga selalu bilang kalau mereka mau produksi sendiri, coba usahakan untuk membuat HAKI, karena mereka selama ini mengatakan, saya yang mengerjakan tapi HAKI-nya kok yang punya orang bule,” ujarnya.

Baca juga: Mendekati Hari Pencoblosan, KPU RI Sebut Daerah Terjauh Jadi Prioritas Pengiriman Logistik

“Tapi saya selalu katakan, karena mereka yang mendesain, kalian adalah pekerja. Jadi beda dengan kalau kalian yang mendesain, yang memproduksi, itu HAKI-nya bisa dari kalian,” sambungnya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved