Berita Universitas Indonesia

Jadi Doktor Kriminologi ke-40 FISIP UI, Mulyani Rahayu Kaji Soal Perilaku Lesbian di Lapas Perempuan

Mulyani meraih gelar tersebut setelah mempertahankan disertasinya dalam sidang promosi di Auditorium Juwono Sudarsono, Kampus UI Depok.

Penulis: Hironimus Rama | Editor: murtopo
Humas UI
Mulyani Rahayu ditetapkan sebagai doktor Kriminologi ke-40 dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) setelah mempertahankan disertasinya dalam sidang promosi di Auditorium Juwono Sudarsono, Kampus UI Depok, pada Rabu (3/1/2024). 

Laporan Wartawan TribunnewsDepok.com Hironimus Rama

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, BEJI - Mulyani Rahayu ditetapkan sebagai doktor Kriminologi ke-40 dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI).

Mulyani meraih gelar tersebut setelah mempertahankan disertasinya dalam sidang promosi di Auditorium Juwono Sudarsono, Kampus UI Depok, pada Rabu (3/1/2024).

Sidang promosi diketuai oleh Prof. Adrianus Eliasta Meliala, M.Si, M.Sc, Ph.D. Sebagai promotor Dr. Drs. Mohammad Kemal Dermawan, M.Si dan kopromotor Dr. Dra. Vinita Susanti, M.Si.

Sementara dewan penguji terdiri dari Dr. Imaduddin Hamzah, S.Psi., M.Si., Lugina Setyawati Setiono, M.A., Ph.D., Dr. Dra. Ni Made Martini Puteri, M.Si., dan Prof. Dr. Drs. Muhammad Mustofa, M.A.

Dalam sidang promosi ini, Mulyani memaparkan hasil penelitiannya berjudul “Strategi Pengendalian Perilaku Lesbian Berpendekatan Sosio Kultural di dalam Lembaga Pemasyarakatan Perempuan".

Baca juga: Kaji Model Lapas Industri di Indonesia, Andi Wijaya Rivai Jadi Doktor Kriminologi ke-39 FISIP UI

Menurutnya, lesbian narapidana merupakan sebuah realitas sosial di dalam Lembaga Pemasyarakatan Perempuan.

"Sebagai sebuah institusi total (total institution), perilaku lesbian tidak dapat dihindari," kata Mulyani dalam keterangan tertulis, Kamis (4/1/2024).

Pada kenyataannya, lanjutnya, perilaku lesbian ini berpotensi menjadi penyebab konflik antar narapidana dan berujung pada terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban.

"Kasus lesbian yang terus berulang di hampir seluruh Lapas Perempuan menunjukkan bahwa pencegahan dan penanggulangan belum cukup efektif," papar Mulyani. 

Baca juga: UI Temukan Kandidat Obat Baru untuk Terapi Kanker Payudara, Kemampuan Obatnya Lebih Kuat

Dalam penelitian ini, Mulyani mencoba mengurai proses dan dinamika lesbian narapidana perempuan di dalam Lapas serta mencari strategi pengendalian yang dapat diterapkan oleh pihak Lapas.

Melihat proses dan dinamika lesbian yang terjadi, peneliti mengulasnya dengan menggunakan beberapa teori sehingga busa menjelaskan persoalan ini secara lebih holistik. 

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik penggalian data berupa wawancara semi terstruktur dan observasi serta studi kepustakaan.

"Sebanyak 24 narapidana perempuan, petugas jaga, pejabat pemasyarakatan, psikolog dan akademisi menjadi narasumber dalam penelitian ini," ucapnya.

Baca juga: Pertama di Indonesia, Mahasiswa UI Temukan Bakteri yang Dapat Membunuh Sel Kanker Serviks

Mulyani menjelaskan bentuk pemidanaan dengan memasukkan seseorang ke dalam Lembaga Pemasyarakatan menimbulkan beberapa kesakitan (pains of imprisonment).

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved