Berita Nasional

Soal Insiden Ledakan Pabrik Smelter Morowali, Mahfud MD: Pemerintah Tergila-gila dengan Investasi

Mahfud MD ungkap Pemerintah tergila-gila dengan investasi. Hal itu disampaikan Mahfud menanggapi Insiden Ledakan Pabrik Smelter Morowali.

Editor: dodi hasanuddin
Kompas.com
Soal Insiden Ledakan Pabrik Smelter Morowali, Mahfud MD: Pemerintah Tergila-gila dengan Investasi 

Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Desy Selviany

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, JAKARTA - Insiden ledakan tungku nikel smelter nikel PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) di Morowali, Sulawesi Tengah membuat 18 pekerja tewas.

Selain korban jiwa terdapat 41 pekerja mengalami luka-luka.

Dari total jumlah korban jiwa tercatat 10 korban merupakan Warga Negara Indonesia dan delapan korban Warna Negara Asing.

Baca juga: Ganjar-Mahfud MD Siapkan Program 1 Keluarga Miskin 1 Sarjana untuk Putus Mata Rantai Kemiskinan

PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) berjanji akan memberikan santuan kepada keluarga korban.

Insiden keselamatan kerja tersebut membuat Menkopolhukam Mahfud MD angkat bicara.

Saat berada Pondok Pesantren Tahfidz Quran Nurul Hidayah di Sukabumi Jawa Barat, Cawapres dengan nomor urut 3 itu memberikan pernyataan keras.

Mahfud menyatakan bahwa insiden ledakan tungku smelter tersebut merupakan kesalahan pemerintah.

Pemerintah terlalu tergila-gila dengan investasi hingga lupa dengan keselamatan pekerja.

Baca juga: Debat Cawapres, Ganjar-Mahfud MD Datang Menggunakan Pakaian Adat Madura dan NTT

PT ITSS juga disebut kerap mempersulit pemerintah untuk melakukan sidak di perusahaan smelter nikel tersebut.

Hal itu diungkapkan Mahfud MD Pondok Pesantren Tahfidz Quran Nurul Hidayah di Sukabumi Jawa Barat pada Rabu (27/12/2023) seperti dikutip dari Kompas Tv.

Saat ini PT ITSS ini sudah ditutup oleh pemerintah.

"Pemerintah sudah menghentikan operasinya kan, operasional PT tersebut sudah oleh pemerintah, itu sudah dihentikan dan memang nampaknya selama ini agak tertutup," kata Mahfud dikutip dari kompas.tv, Rabu (27/12/2023).

Maka kata Mahfud MD, pemerintah harus tegas bahwa yang beroperasi di negara Republik Indonesia harus sesuai dengan aturan-aturan dan harus menjamin keamanan.

Apalagi, kasus kecelakaan kerja di pabrik smelter bukan kali ini saja terjadi.

Baca juga: Cawapres Nomor Urut 1 Cak Imin Mengaku Deg-degan Jelang Debat Lawan Gibran dan Mahfud MD

Mahfud juga mendorong ketegasan pemerintah dalam menjamin keselamatan para warga negara Indonesia yang bekerja di perusahaan asing di Indonesia.

Ia mengingatkan agar pemerintah tidak tergila-gila dengan investasi tapi mengabaikan keselamatan rakyatnya.

"Dan pemerintah harus tegas, jangan tergila-gila pada investasi tapi warganya sendiri menjadi korban, warga negaranya sendiri jadi korban," tandas Mahfud.

Menurut Mahfud MD investasi seharusnya berpedoman pada pembangunan untuk masyarakat. Maka apabila ternyata investasi membuat celaka dan merugikan warga maka hal itu tidak akan ada artinya.

Menurutnya, kebijakan investasi harus dilandasi aturan yang jelas dibarengi dengan risiko-risiko yang akan terjadi.

Dia juga menyampaikan setidaknya ada empat poin yang perlu dibenahi agar kejadian serupa tidak terulang.

Pertama, pemerintah menerapkan secara tegas undang-undang Minerba dan seluruh produk turunannya termasuk mengatur hilirisasi.

Kedua, pemerintah meninjau kembali dan memperkuat aturan tentang pembangunan smelter untuk memastikan bahwa teknologi yang digunakan betul-betul proven dan aman.

Kemudian ketiga, pemerintah dan industri harus memastikan bahwa SDM yang ada adalah profesional, terlatih dan patuh pada SOP dan pedoman HSSE (Health, Safety, Security and Environment).

Keempat perlu pemantauan secara berkala agar bisa mendeteksi secara dini kondisi smelter sehingga kehandalan tetap terjaga.

"Sektor pertambangan dan industri berat termasuk yang memiliki risiko kecelakaan kerja yang tinggi karena selain menggunakan mesin-mesin berteknologi canggih, juga biasanya berada di lokasi-lokasi tertentu yang tidak mudah pengelolaannya," sambungnya.

 

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved