Lebaran

Jadi Khatib Idul Fitri, Ini Pesan Nur Mahmudi Ismail, Singgung Utang & Kemandirian Pangan Indonesia

Ini pesan Nur Mahmudi Ismail saat menjadi khatib salat Idul Fitri di Kelurahan Mekarjaya, Sukmajaya, Kota Depok.

Penulis: dodi hasanuddin | Editor: dodi hasanuddin
Istimewa
Jadi Khatib Idul Fitri, Ini Pesan Nur Mahmudi Ismail, Singgung Utang & Kemandirian Pangan Indonesia 

Bahwa suatu saat tidak ada satu rumah pun di dunia yang tidak dimasuki oleh informasi
Islam. Dengan berkembangnya Teknologi Informasi dan Komunikasi, tidak mustahil amanah tersebut terwujud.

Selain itu, Alloh SWT menghendaki bahwa Risalah Islam akhirnya akan mengungguli ajaran dan doktrin yang lain, meskipun berbagai kalangan melakukan konspirasi, penolakan dan penistaan, seperti Firman Alloh SWT dalam Surat al Fath dan Surat As Shaaf:8-9.

"Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi," (Al Fath: 28)

"Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya".

Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci," (Q.S. As Shaaf:
8-9)

Indonesia Belum Memuaskan

Sementara di Indonesia, kita harus bersyukur sekaligus prihatin. Bersyukur karena kita memiliki aneka kelebihan sumber daya alam, kita juga memiliki kelebihan komparatif dari strategisnya posisi geografis
kita, dan besarnya penduduk yang dapat dioptimalkan untuk mengelola sumber daya alam kita sehingga Indonesia dapat berperan sekaligus berkontribusi positif dalam membangun Peradaban Dunia.

Kita Prihatin karena, meski Indonesia dari ukuran perputaran kegiatan ekonomi nya sudah masuk kalangan negara G-20, namun pada berbagai indikator kegiatan penyelengaraan negara secara global, Indonesia masih tergolong belum memuaskan, misalnya sektor ekonomi baru masuk kategori menengah dengan menanggung banyak hutang, ketahanan dan kemandirian pangan yang rendah, pendidikan masih belum tuntas wajib belajar 12 tahun, penguasaan teknologi dan indeks daya saing juga masih
rendah.

Keterbelakangan Indonesia pada berbagai aspek tersebut karena masyarakat kurang sungguh-sungguh dalam memahami nilai dan tekad untuk mengamalkan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.

Untuk menjawab kelemahan di atas, Rasulullah SAW memberikan tuntunan melalui tiga kegiatan utama, yaitu: pertama, membangun kehidupan masyarakat yang tertib, teratur, dan inspiratif melalui penyusunan peraturan perundangan yang benar, adil, dan mensejahterakan.

Kedua, membangun martabat dan wibawa masyarakat melalui kemandirian ekonomi dan kesejahteraan hingga tidak memiliki beban hutang.

Ketiga, membangun kedaulatan, ketahanan dan kemandirian pangan sehingga masyarakat merasa aman, tercukupi, sehat dan produktif.

Hal ini dijelaskan dalam Hadits Rasulullah SAW sbb:

Manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling banyak memberi manfaat kepada yang lainnya; Amal yang paling dicintai Allah adalah memberikan kebahagiaan kepada orang muslim, yakni: memecahkan permasalahannya, membantu menyelesaikan hutangnya dan mengatasi kelaparannya. Dan sungguh berjalanku bersama saudaraku yang muslim dalam suatu keperluan itu lebih aku cintai dari pada aku ber i’tikaf di masjid ini (Masjid Nabawi) selama satu bulan;.  HR Imam Thabrani dari Ibnu Umar RA

Agar dapat memperbaiki kinerja aneka indikator internasional di atas, Indonesia harus berjuang keras untuk makin banyak memahami esensi nilai-nilai ajaran Islam dan berusaha untuk menerapkan dalam berbagai bidang kehidupan.

Sejak Revolusi Industri, Eropa mengalami kemajuan dan terus berkembang menjadi negara maju di Eropa, Amerika, Asia dan Australia karena mereka telah belajar banyak tentang prinsip-prinsip Islam dalam membangun tata negara, pendidikan, kesehatan dan pengelolaan sumber daya alam.

Karena mereka mengambil prinsip-prinsip ajaran Islam tidak secara sempurna, bahkan masih meninggalkan aspek moral dan keimanan (pertanggungjawaban kehidupan di akhirat kelak), maka berbagai Indikator Pembangunan Internasional tersebut di atas, masih menyisakan berbagai ketimpangan seperti: Kelaparan, Kemiskinan, Kesehatan, Kerusakan Lingkungan, Kualitas Pendidikan, Kualiatas Infrastruktur dll.

Terhadap terjadinya berbagai ketimpangan tersebut, September 2000, 189 pimpinan negara dunia berkumpul di Kantor Pusat PBB mendeklarasikan 8 agenda, Millenium Development Goals.

Melalui 8 agenda tersebut, negara- negara bertekad untuk mengurangi setengah dari kemiskinan dan kelaparan dunia berkurang pada tahun 2015.

Selain itu, mereka bertekad untuk mengurangi angka kematian anak, memperbaiki kualitas pendidikan dan peningkatan kesamaan gender.

Berhubung hingga tahun 2014 tanda tercapainya target agenda di atas masih jauh, akhirnya September 2015, 193 Negara anggota PBB membuat kesepakatan 17 Agenda SDG’s agar tahun 2030 tidak terjadi aneka ketimpangan di atas, bahkan lebih ambisius lagi untuk menghilangkan sama sekali kelaparan
dan kemiskinan (Zero Hunger dan Zero Poverty).

Setelah 8 tahun agenda SDG’s belum menunjukkan hasil yang memuaskan, para ilmuwan dan pemimpin dunia sibuk lagi mencari konsep kesejahteraan global, berupa satu agenda NET ZERO EMISSION, konsepsi kelestarian lingkungan yang mengacu pada penjagaan keseimbangan antara jumlah Gas Rumah Kaca (GRK) yang dilepas ke atmosfer dengan jumlah GRK yang diserap dari atmosfer.

Berarti, manusia dalam menjalankan seluruh aktivitas sosial  kemasyarakatan, perekonomian, pendidikan, politik, seni budaya, dan pemerintahan perlu memiliki pedoman, peraturan, perencanaan,
pembinaan dan pengawasan secara global.

Dengan konsep apa, mereka terus berdiskusi tentang strategi melakukan perubahan perilaku dan manajemen pembangunan global.

Memperhatikan berbagai kesalahan yang telah terjadi, banyak negara sepakat mereka segera melakukan
perbaikan kebijakan pembangunan dan tahun 2050 dapat mencapai target Net Zero Emission, sementara Indonesia memprediksi baru dapat mencapai tahun 2060.

Keengganan untuk merujuk Al Qur’an dan Al Hadits sebagai petunjuk kehidupan universal, tahun 2020-an baru muncul kesadaran terhadap berbagai kesalahan yang telah mereka lakukan dan membuat komitmen memperbaiki berbagai kebijakan pembangunan untuk menjaga keseimbangan GRK secara global dengan istilah NET ZERO EMISSION.

Risalah Islam sejak 14,5 abad yang lalu telah membimbing Rasulullah SAW dan seluruh umat manusia secara universal untuk mengabdi, memakmurkan dunia, sekaligus memohon ampun (Q.S. Huud: 61),
dengan berpedoman kepada al Qur’an sebagai sumber informasi, petunjuk, rahmat, dan berita gembira (Q.S. An-Nahl: 89), serta harus menegakkan dan tidak mengurangi keseimbangan ekosistem dengan adil
(Q.S. Ar-Rahman: 7-13) sebagai berikut:

Kepada (kaum) Samud (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia berkata,

“Wahai kaumku, sembahlah Allah! Sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya. Oleh karena itu, mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat lagi Maha Memperkenankan (doa hamba-Nya).” (Q.S.Huud:61).

"(Ingatlah) hari (ketika) Kami menghadirkan seorang saksi (rasul) kepada setiap umat dari (kalangan) mereka sendiri dan Kami mendatangkan engkau (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas mereka. Kami turunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu sebagai petunjuk, rahmat, dan kabar gembira bagi orangorang muslim," (Q.S. An-Nahl: 89).

Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu.  Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.

Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk-(Nya). Di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang  Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya.

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Agenda tersebut, akan sulit dicapai jika mereka tidak sungguh-sungguh memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ajaran Islam, bahkan sampai mau mengimaninya.

Karena ketiadaan iman dan moral yang Islami, mustahil aneka ketimpangan dapat diatasi secara sempurna. Indonesia sebagai salah satu dari G-20 dengan penduduk mayoritas muslim, memiliki potensi untuk memahami sekaligus mengimani dan mempelopori penyelesaian aneka ketimpangan yang selama ini terjadi di dunia.

Kunci utamanya ada tiga hal: pertama, kita harus meyakini bahwa dunia dan alam semesta itu diciptakan Alloh SWT dan Alloh telah memberi bekal ilmu dan kekuatan manusia untuk mengelolanya.

Kedua,kita harus menggunakan Al-Qur’an dan Al Hadits sebagai petunjuk untuk
mengabdi dan mengelola dunia dan alam semesta ini.

Ketiga, kita senantiasa terus kreatif dan inovatif berjuang sekaligus memohon ampun atas kekurangan dan ketidak sempurnaan ikhtiar kita.

Ujung perjuangan kita, harus diakhiri dengan memohon pertolongan agar diberi kemampuan untuk mengabdi sekaligus mengelola dunia dan alam semesta sesuai sunnatulloh hingga dunia menjadi negeri “baldatun thayyibatun warabbun ghafuur” atau “gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kerto raharjo” sebagaimana diuraikan dalam beberapa ayat al Qur’an sebagai berikut:

"Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu"  (Q.S. Muhammad:7)

"Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di  muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan," (Q.S. Al Hajj: 40-41)

"Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?

(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.

Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn.
Itulah keberuntungan yang besar.

Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah gberita gembira kepada orang-orang yang beriman," (Q.S. As Shaaff 10-13)

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved