Kriminalitas
Mutilasi Bekasi Terjadi di Desember, Motif Ekonomi, Hilangkan Jejak atau Balas Dendam? Ini Kajiannya
Kasus mutilasi perempuan di Tambun Bekasi, motif ekonomi, hilangkan jejak atau balas dendam? Ini kajiannya.
Penulis: dodi hasanuddin | Editor: dodi hasanuddin
Sementara pada AP jangka pendek bergantung pada motivasi dan faktor situasional. Teori ICAP
mengemukakan bahwa faktor keluarga, teman sebaya, sekolah, dan lingkungan, akan berpengaruh terhadap potensi individu untuk melakukan tindak kekerasan.
Motif utama yang dapat memberikan kekuatan (energizer) timbulnya AP jangka panjang yang tinggi adalah keinginan memiliki materi, status sosial dalam penjara, kegembiraan, dan kepuasan seksual.
Akan tetapi, motivasi ini hanya akan mengakibatkan AP yang tinggi apabila metode antisosial digunakan secara rutin untuk memenuhi keinginan individu yang bersangkutan.
Metode antisosial cenderung digunakan oleh individu yang merasa kesulitan untuk memenuhi kebutuhan mereka secara sah. Seperti pada orang yang berpenghasilan rendah, tidak bekerja, dan mereka yang gagal di sekolah.
Namun, metode yang digunakan akan bergantung pada kemampuan fisik dan keahlian yang dimiliki
oleh individu
Bedasarkan Teori ICAP
Tindakan kriminal dan perilaku antisosial bergantung pada interaksi antara individu (dengan tingkat AP pada saat itu) dengan lingkungan sosialnya (khususnya kesempatan untuk melakukan tindakan kriminal
dan adanya korban).
Potensi jangka panjang dan jangka pendek terhadap tindak kekerasan terakumulasi pada individu.
Potensi jangka pendek berbeda-beda pada individu tergantung pada faktor-faktor energizing , seperti merasa bosan, marah, mabuk, atau frustrasi karena diolok-olok oleh teman.
Kesempatan melakukan tindakan kriminal dan keberadaan calon korban bergantung pada aktivitas rutin individu.
Berada dalam kondisi/situasi yang memungkinkan untuk dilakukannya tindakan kriminal, atau adanya
calon korban, dapat meningkatan potensi antisosial jangka pendek.
Sebaliknya,meningkatnya potensi antisosial jangka pendek dapat memotivasi individu untuk melakukan
tindak kriminal danmencari korban.
Selanjutnya tatkala individu dihadapkan dalam situasi yang memungkinkan dilakukannya
tindak kekerasan, diwujudkan atau tidaknya tindak kekerasan bergantung padaproses kognitif.
Seperti mempertimbangkan keuntungan subjektif, risiko, dan probabilitas hasil yang akan
diperoleh dari masing-masing tindakan bedasarkan pengalaman dan kemampuan yang
dimiliki.
Persepsi keuntungan dan risiko subjektif mengacu pada faktor situasional langsung, seperti persepsi mengenai manfaat (utility) menyakiti korban, dan seberapa besar kemungkinan akan ditangkap polisi.