Anak Tukang Tahu Menjadi Maestro Wayang Golek Cepak Indramayu

Ditemui di kediamannya yang berlokasi di Gadingan, Sliyeg, Indramayu, Jawa Barat pada Minggu (8/5/2022) Ki Warsad membagikan kisahnya

Penulis: Cahya Nugraha | Editor: murtopo

Laporan wartawan wartakotalive.com, Cahya Nugraha

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, JAKARTA - Bangunan tua yang tampak sudah lusuh, atap berlubang, sarang laba-laba di tiap sudut ruangan menjadi saksi bisu perjuangan Ki Warsad (78) dalam perjuangannya menjadi dalang wayang golek cepak.

Bangunan ini pula menjadi tempat Ki Warsad belajar membuat wayang secara otodidak menggunakan pohon kayu Jaran yang bisa ditemukan di pekarangan rumah.

Tidak hanya membuat wayang, ia pula belajar mendalang di tempat ini.

Ditemui di kediamannya yang berlokasi di Gadingan, Sliyeg, Indramayu, Jawa Barat pada Minggu (8/5/2022) Ki Warsad membagikan kisahnya dalam mempertahankan budaya wayang golek cepak.

Baca juga: Berdiri Sejak 1987, Sanggar Nirmala Sari tetap Setia Melatih Generasi Muda Kesenian Wayang Kulit

Rumah itu kini beralih fungsi menjadi sanggar seni tari yang biasa digunakan untuk berlatih dan pentas pagelaran seni budaya.

Memiliki orang tua sebagai pedagang tahu tentunya tidak pernah terpikiran oleh Ki Warsad kelak akan menjadi seorang maestro wayang golek cepak.

Namun kecintaanya terhadap wayang golek mencul ketika ia memasuki usia remaja. Berawal dari menonton pementasan wayang, Warsad muda ingin pula memiliki wayang.

Baca juga: Hadapi Kemajuan Zaman, Pemkot Depok Harapkan Orang-Orang Depok Berbudaya Lestarikan Kesenian Betawi

Pertama kalinya Warsad muda membuat wayang dari kardus pada tahun 1960an.

"Persisnya lupa tahun berapa, pokoknya itu tahun 60an, saat pertama kali buat wayang pake kardus," ucapnya tersenyum.

Pentas ke pentas Ki Warsas tekuni. Hingga ia pernah memasuki masa kejayaannya di tahun yang sama.

"Waktu dulu sekali pentas bisa 15x dalam sehari, capek cuma saya seneng karena hasilnya ada dari jerih payah," ucapnya.

Seiring lanjutnya usia, Ki Warsad berkomitmen untuk tetep terus menjaga budaya ini. Dimulai dari keluarga terdekat, ia mengajari empat dari kelima anaknya untuk mendalang.

Baca juga: Gong Si Bolong, Kesenian Musik Asal Depok Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Tak Benda

"Saya ajari keempat anak saya terlebih dulu, satu orang perempuan tidak bisa jadi dalang. Jadi, hanya yang laki-laki saja," ucapnya.

Selanjutnya, dari anak-anak Ki Warsad tersebut,  terus estafet hingga pada cicit-cicitnya sekarang ini agar kesenian wayang golek cepak terus berlanjut.

Sumber: Warta Kota
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved