Kisah Romli Porter di Terminal Pulo Gebang, Bekerja 12 Jam untuk Menghidupi 5 Anaknya
Lelaki yang mengenakan topi hitam tersebut mengaku pendapatan menjadi seorang Porter saja dirasa kurang.
"Alhamdulillah saya diperkenankan pinjam saudara, soalnya saya tidak mampu," ujarnya sembari mengelap air mata.
Tidak hanya itu, pendapatan bapak lima anak ini saat masa pandemi sedang mengalami penurunan.
Baca juga: Mudik Lebaran, Harga Tiket Bus Deddy Jaya di Terminal Kampung Rambutan Naik Sampai 3 kali Lipat
Penurunan itu dinyatakan olehnya sebab minimnya penumpang yang membeli tiket bus karena takut terkena virus Covid-19.
"Pandemi turun pasti, yaa di bawah Rp 75.000 untuk Porter," ucapnya.
Lelaki yang kerap disapa Bewok itu mengungkapkan, musibah kecelakaan juga sempat ia terima saat masa pandemik.
Dari kejadian itu mengakibatkan kepalanya terluka, sehingga harus dibawa ke Rumah Sakit untuk tindakan lebih lanjut.
Baca juga: Ini Lokasi Titik Rawan Kepadatan Arus Mudik Lebaran di Tol Jagorawi
Namun, biaya berobat itu tidak ditanggung oleh perusahaan, sehingga ia harus menggelontorkan biaya dari kantong pribadi yang saat itu dinilainya sedang tidak memiliki uang.
"Luka, dan harus dijahit kepala bagian belakang, dan saya bayar pribadi karena jaminan kesehatan saya tidak berlaku untuk ranah itu," jelasnya sembari duduk diatas trolly.
Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, ia juga menjelaskan kerap bekerja sebagai sopir dump truk.
Profesi sopir ia lakukan dengan status freelance, dan tidak tetap.
"Sopir juga, kalau ini udah jarang, tergantung panggilan," kata lelaki paruh baya itu.
Sembari bersandar di tembok warna putih bangunan terminal terpadu Pulo Gebang, ia juga menceritakan terkait rasa bersyukur.
Ia menuturkan, kehidupan manusia bisa dirasa cukup apabila tidak selalu mengikuti gaya kehidupan yang melebihi dari keadaannya.
Bersyukur terhadap keadaan dirasanya perlu dilakukan, dengan tujuan menjauhkan dari pemikiran yang selalu menilai akan kekurangan. (Rendy Rutama Putra / m37).