Imlek
Kenapa Rawabelong Jadi Pasar Bandeng Jelang Imlek Setiap Tahun?, Eky Pitung Ceritakan Kisahnya
Kenapa Rawabelong Jadi Pasar Bandeng Dadakan Jelang Imlek Setiap Tahun?, Eky Pitung Ceritakan Kisahnya
Setiap ikan bandeng jumbo yang dibeli, pasti selalu ditimbang oleh penjualnya untuk memastikan bobot ikan tersebut.
Biasanya, jelang sore hari mulai banyak masyarakat yang datang dan terkadang membuat kemacetan.
Sebab, pembeli memarkirkan kendaraannya di dekat lapak penjual, sehingga jalan yang hanya muat dua mobil itu terpakai untuk parkir sepeda motor beberapa meter.
Sementara untuk pembeli menggunakan mobil, memarkirkan kendaraannya di seberang lapak.
Mobil yang melintas harus mengantre secara bergantian supaya bisa melintas ke arah Pasar Bunga Rawa Belong.
Nali sudah sejak usia 30 tahun menjajakan ikan bandeng jumbo secara dadakan menjelang Imlek.
Tapi setelah perayaan Imlek, ia kembali jalani rutinitas kerja serabutan apa saja yang bisa dijualnya.
"Kalau sudah selesai Imlek ya enggak jualan," katanya.
Nali membuka lapaknya dari pagi sampai malam hari sekitar pukul 21.00 WIB.
Pembelinya tidak hanya warga yang merayakan Imlek, tapi juga masyarakat yang beragama muslim, kristen dan lainnya.
"Yang beli enggak harus merayakan Imlek, siapa saja," ujarnya.

Bandeng seberat satu kilogram per ekor itu dijual dengan harga Rp 75.000 dan bandeng dengan besaran pada umumnya, yakni sekira 300 gram per ekor dibanderolnya seharga Rp, 50.000 per kilogram.
Sementara itu, Apit mengaku setiap jelang Imlek selalu membeli ikan bandeng jumbo di pasar dadakan tersebut.
Karena ia tidak perlu jauh-jauh ke Pasar Jaya atau ke Muara Angke untuk mencari ikan bandeng jumbo.
"Kan dekat, kalau harga beda sedikit enggak masalah," ujarnya.
Nantinya, satu hari sebelum Imlek ia bakalan membeli ikan bandeng jumbo agak lebih banyak lagi.
Karena keluarga besarnya bakalan bekumpul di rumahnya dan ia harus menyediakan makanan untuk saudara-saudaranya.
"Sama seperti lebaran saja, ada masak-masak buat keluarga yang datang gitu kan," ungkapnya.