Universitas Pancasila Bangun 6 Rumah Ibadah Berdampingan dalam Kampus Sebagai Panggung Toleransi
Kami mau menunjukkan sebetulnya semua agama itu baik, tidak ada agama yang tidak baik. Saling berkomunikasi, saling menghargai antar umat beragama
Penulis: Alex Suban | Editor: Umar Widodo
Edie menyebut, semua agama di Indonesia pasti mengajarkan umatnya untuk berbuat kebaikan. Yang menjadi soal, lanjut Edie, adalah orang-orang tertentu yang belum memahami agamanya sendiri.
"Sehingga berpikir dengan cara yang mereka sendiri bangun, sehingga mereka tidak bisa menerima nilai-nilai yang diajarkan oleh agama lain,” jelas Edie.
Edie mengatakan, enam rumah ibadah di UP bakal dijadikan simbol Rumah Keberagaman, tempat dimana seluruh sivitas akademika dan masyarakat sekitar dapat membangun relasi keimanannya baik yang beragama Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu.
Sementara itu, Alessandro Volta, salah seorang mahasiswa UP yang menganut agama Konghucu mengatakan, dengan hadirnya Klenteng di kampusnya, ia bisa lebih mudah melakukan ibadah.
“Sebelum dibangun rumah ibadah di kampus, kami melakukan kebaiktian atau kegiatan keagamaan di ruang-ruang kelas. Sekarang dengan adanya rumah ibadah, kami dapat lebih khusuk dalam melakukan ibadah,” kata mahasiswa semester 5 Fakultas Farmasi UP tersebut.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Katmin Gotama sebagai Koordinator Vihara Dhamma Sasana. Dengan adanya Vihara, kegiatan beribadah di kampus menjadi lebih nyaman.
Selain digunakan sebagai tempat ibadah, Vihara Dhamma Sasana rencananya akan digunakan sebagai tempat organisasi Perhimpunan Mahasiswa Budhis yang sebelumnya sudah terbentuk di UP.
“Mahasiswa Buddhis jadi lebih mudah dan fleksibel untuk berkegiatan diskusi dhamma, meditasi buddhis, rapat-rapat organisasi buddhis dan lain-lain,” tukas Katmin Gotama. (M29)